Semuanya terlihat berputar ketika Namjoon membuka mata dan isi perutnya terasa seperti diaduk-aduk. Dengan cepat Namjoon berlari menuju toilet untuk mengeluarkan semua yang ada di perutnya, semua yang mampu dikeluarkan Namjoon.
Bad hangover..
Namjoon mendesah lega ketika perutnya terasa stabil. Namun merasa heran ketika pelipis kanannya terasa sangat sakit. Diiringi perasaan panik, Namjoon berjalan mendekati cermin.. dan merasa terkejut ketika mendapati memar keunguan hinggap di pelipis kanannya. Tidak heran pelipisnya terasa sakit, tapi kenapa bisa?
"Seokjin.." Namjoon memanggil istrinya, sosok yang mungkin saja tahu apa yang terjadi padanya semalam. Tapi Seokjin tidak ada. Biasanya Seokjin akan duduk di ranjang pukul sepuluh pagi di hari libur untuk menyambut Namjoon yang baru bangun. Sekarang pukul setengah sebelas, Namjoon seharusnya mendapati Seokjin di ranjang.
Oh tidak.. apa yang terjadi semalam?!
Namjoon mencoba meraih kepingan ingatan semalam. Dia minum dengan teman-temannya untuk merayakan dirinya yang memenangkan tender senilai tujuh triliun, lalu.. apa? Sakit kepala yang dirasakan Namjoon bertambah ketika dia tidak kunjung mendapatkan rentetan kejadian yang terjadi setelahnya.
Apa dia melakukan sesuatu yang buruk semalam? Jadi Seokjin.. pergi..
"Astagaaa!" tangan Namjoon menjambak rambutnya sendiri. Apa yang terjadi semalam?! Dimana Seokjin?! Apa dia melakukan sesuatu yang buruk pada Seokjin? Tapi Namjoon masih berpakaian walaupun pakaian kerjanya sudah diganti dengan piyama. Bukankah itu berarti Seokjin yang menggantinya? Karena tidak mungkin putranya yang masih berusia enam tahun mengganti pakaiannya. Jadi, Seokjin pergi setelah mengganti pakaiannya?
Demi apapun jika Seokjin pergi karena dirinya yang.. macam-macam, Namjoon akan membunuh dirinya sendiri.
Sekujur tubuh Namjoon lemas seketika. Dia jatuh terduduk meratapi nasib buruknya. Apa yang terjadi semalam? Itu masih menjadi pertanyaan yang memburu otak Namjoon.
Tapi jika Seokjin pergi.. apa putra mereka turut dibawa?
Namjoon segera berlari ke bawah dan langsung menuju kamar putranya. Tapi tidak ada siapapun di dalam.
"Jungkook? Jungkook?!"
"Di ruang makan, Dad!"
Beban yang menindih Namjoon terasa sedikit berkurang ketika putranya menyahut dan tanpa membuang waktu, Namjoon bergegas menghampiri putranya.
"Hai jagoan." Namjoon menyapa hangat, berusaha menyingkirkan segala rasa takut yang menyerang sekarang dari cara bicaranya pada putranya.
"Hai Dad." si kecil membalas dengan senyum manis sarat akan kerinduan. Maklum, sudah seminggu ini Namjoon tidak pulang. Namjoon membalas senyum putranya senormal yang dia bisa. Jantungnya berdebar begitu cepat karena ketakutan dan itu membuat Namjoon merasa senyumnya terlihat begitu aneh untuk putranya.
"Tadi Mom pergi, tapi Mom meninggalkan sandwich untuk Dad." jari telunjuk gemuk Jungkook menunjuk piring plastik biru dengan roti yang diisi berbagai isian kesukaan Namjoon. Lalu si kecil menyodorkan piring berwarna merah dengan isi yang sama pada Namjoon, "Mom juga membuatkan satu untukku, tapi Dad tahu sadwich itu bukan kesukaanku. Bisa Dad buatkan untukku semangkuk sereal?"
Mom pergi dan meninggalkan sandwich..
Namjoon meraih piring biru berisi sandwichnya dan menemukan sticky note di atasnya.
Menuju rumah mama
-Istrimu
Rumah mama, rumah keluarga Namjoon.
"Dad?"
"Y-ya, tunggu sebentar jagoan."
Rumah keluarganya bisa menunggu Namjoon rasa. Jika memang ada masalah, mungkin beberapa tamparan menunggu Namjoon di sana. Tidak apa, putranya lebih layak untuk diurus terlebih dahulu.
Tapi apa yang terjadi semalam?
Apa dirinya bercumbu dengan pelacur di club? Atau berlaku kasar pada Seokjin? Rasanya dua hal itu adalah yang paling mungkin terjadi untuk sekarang. Tapi mungkin Jungkook tahu jawabannya.
"Hei, jagoan. Apa.. apa kau tahu yang terjadi pada Dad semalam? Kau tahu.. mungkin hal-hal bodoh?" Namjoon bertanya sembari menuangkan sereal ke mangkuk merah kesukaan Jungkook.
"Ya, Dad melakukan hal bodoh."
Jantung Namjoon berdebar cepat mendengar jawaban Jungkook. "B-b-benarkah? H-hal seperti a-apa?"
"Dad berjalan seperti zombie dan ketika Mom mau membantu, Dad menolak dan meracau tidak jelas. Lalu Dad menabrak dinding dengan keras saat Dad akan masuk ke kamar."
Ah.. pantas pelipisku memar.
"Lalu saat Mom ingin mengganti baju Dad, Dad mendorong Mom dan berteriak seperti orang aneh."
Namjoon semakin gugup, botol susu di tangannya bahkan bergetar. "A-apa yang Dad katakan saat itu?"
Namjoon dengan cepat menuang susu ke dalam mangkuk sereal Jungkook dan duduk di samping putranya, menunggu jawaban dari Jungkook yang tampak sedang berpikir.
"Aah! Dad bilang.. Jangan sentuh aku! Aku sudah memiliki anak dan istri! Aku mencintai dan menyayangi mereka! Pergilah! Lalu Mom tampak senang setelahnya, bahkan Mom memperbolehkan aku makan biskuit sebelum tidur. Dad tahu kan Mom sangat ketat tentang snack malam.."
Namjoon tidak menghiraukan ocehan Jungkook tentang betapa kejamnya Seokjin karena tidak memperbolehkannya makan snack di malam hari. Hatinya begitu lega ketika tahu tidak hal buruk yang terjadi semalam, hanya beberapa hal konyol yang tidak sengaja Namjoon lakukan karena mabuk.
"Dad, Mom bilang Dad harus mengobati memar di pelipis Dad."
Dan Namjoon menuruti perkataan Jungkook. Dia melangkah menuju lemari obat di ruang keluarga untuk mengambil gel dingin yang biasanya Seokjin balurkan di memar Namjoon ataupun Jungkook. Ketika menutup pintu lemari, mata Namjoon mendapati sticky note tertempel di pintu lemari yang terbuat dari kaca itu. Senyumnya mengembang setelah membaca kertas itu dan Namjoon bersumpah, setelah ini dia akan membawa anak dan istrinya berlibur ke Hawaii.
.
.
.
Hei Joon, hanya ingin memberitahu bahwa semalam tingkahmu benar-benar konyol, tapi kau berhasil membuatku jatuh cinta kembali padamu.
Oh ya, aku pergi ke rumah mama untuk membantu mama menata ulang kebunnya.
Kurasa Jungkook sudah menceritakan apa yang terjadi semalam, jadi jangan lupa mengobati memarmu, oke? Aku juga mencintai dan menyayangimu!
Kecup dan peluk -istrimu
.
.
.
END
Oneshot untuk menghibur kalian :)
Maaf kalau ada typo :(
Have a nice day! Peace.
