Love and Hate
Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto
Story by mrs YRA
DILARANG COPAS DAN PLAGIAT
DON'T LIKE, DON'T READ
TIDAK SESUAI EYD, TYPO, DLL MOHON DI MENGERTI
Enjoy Reading
SASUKE POVS
Aroma masakan membangunkanku pagi ini. Entah siapa yang memasak hingga membuat aroma yang sama dengan aroma masakan ibuku, sangat lezat dan nikmat. Dengan mencium aroma ini saja dapat ku pastikan ia ahli dalam memasak.
Ku alihkan perhatianku pada meja nakas di samping tempat tidur. Ini masih sangat pagi dan aku terbangun kurang dari satu jam dari alarm yang telah ku setting. Bagaimanapun juga aku harus kembali tidur. Bukan berarti aku adalah seorang pemalas, hanya saja aku tak ingin membuang kesempatan untuk beristirahat. Bekerja sebagai seorang CEO membuatku kekurangan waktu tidur. Kalian harus tahu itu.
Satu menit, dua menit, lima menit, sepuluh menit. Sia-sia sudah usahaku untuk sekedar terlelap lagi . Mataku tak mau terpejam karena aroma kelezatan makanan itu makin menjadi-jadi dalam penciumanku. Sial, siapapun orang yang memasak pagi ini, orang itu harus ku kutuk karena mengganggu waktu tidurku walaupun ia seorang ahli masak.
Dengan malas kupaksa kaki-kaki ini menuju ke kamar mandi. Menyalakan pemanas air, mencuci muka, dan menyikat gigi yang telah menjadi semacam prosedur tetap. Dan tentu saja, ritual ini kuakhiri dengan merileks-kan diri di bawah guyuran air shower yang hangat. Kubiarkan derasnya air dari shower membasahi rambut dan seluruh tubuhku. Membuatku nyaman dan tenang.
Setelah segala rutinitas pagiku usai, aku berjalan keluar kamar menuju ruang kerjaku. Aku harus menyiapkan dokumen-dokumen yang harus kubawa menuju kantor.
Deg
Langkahku terhenti. Benar benar terhenti.
Pandanganku menuju ruang makan yang tergabung dengan dapur. Seorang gadis tengah menguasai dapurku. Ya, seorang gadis. Ingatanku mengatakan bahwa semalam aku tak meniduri seorang wanitapun di sini.
Kini ku pandangi seorang gadis yang tengah menguasai dapurku. Ia tak merasakan kehadiranku. Sepertinya sebuah iPod yang telah terpasang earphone pada kedua telinganya telah membuatnya tuli.
Gadis itu terlihat cukup ceria dari caranya bersenandung kecil dan sedikit menari seirama dengan senandungnya. Rambut pinknya yang aneh ia ikat tinggi ikut bergoyang bersama tubuhnnya yang eerrrrrr cukup seksi walau terbalut baju tidur kekanakan – sebuah celana panjang yang di padukan dengan kaos lengan panjang. Semuanya tipis, sehingga menampakkan lekuk-lekuk tubuh indahnya.
Ia sangat bersemangat menyiapkan sarapan. Seakan menyiapkannya untuk sang suami.
'Suami? Apakah aku memiliki seorang istri sehingga pagi ini ada seorang gadis errrr atau seorang wanita menyiapkan sarapan di meja makanku? Apakah aku tak ingat jika aku memiliki seorang istri? Kapan aku menikah? Apakah aku hilang ingatan pagi ini?' Bermaca-macam pikiran menggangguku.
"Umm hai tuan. Selamat pagi." Tiba-tiba ia berbalik dan terkejut melihatku memperhatikannya.
SAKURA POVS
Ku kerjap-kerjapkan mataku. Uh, badanku rasanya pegal semua tertidur dengan posisi seperti ini. Satu detik, dua detik.
Deg!
Dimana aku sekarang? Ku lihat diriku masih berpakaian lengkap, tak ada rasa sakit-hanya pegal pada tengkukku, dan tak ada tanda kemerahan mencurigakan dari tubuhku-hanya beberapa goresan bolpoin di telapak kondisi ini, aku merasa cukup lega.
Sekarang kulihat sekeliling. Ruangan yang cukup luas ber-wallpaper putih dengan sedikit ornamen dark blue, Sofa dark blue, sebuah meja kaca dengan banyak kertas berserakan dan laptop yang menyala sekarat karena lowbart.
Kepingan kepingan ingatan berusaha aku kumpulkan. Perlu waktu lama bagiku untuk mengingat semua ini. Aku benci mengingat, walaupun aku adalah seorang mahasiswa kedokteran. Terlebih mengingat hal-hal yang telah kulakukan tanpa sadar. Ini membuat kepalaku sakit.
Butuh waktu lama untu merangkai ingatanku dan berhasil tentu saja. Ingatan ini membuatku lebih tenang. Segera kulirik jam pada iphone ku yang sama sekaratnya dengan laptopku. Huh, ini masih pagi. Terlalu pagi.
Tiba-tiba otakku memutuskan untuk memasak pagi ini, membuat sarapan. Entah untuk siapa masakan yang akan ku buat ini. Aku tak mengenalnya sama sekali. Kepingan ingatanku sangat sedikit mengingatnya. Lelaki itu tak banyak bicara. Ia terlihat jauh lebih tua dari usiaku, bermata gelap dengan tatapan dingin. Hanya itu yang dapat aku tangkap dari mataku semalam.
Aku selalu memasak sambil mendengarkan musik dari ipodku dan bersenandung. Terkadang aku sedikit menari mengikuti irama yang terdengar di telinga ini. Membuatku nyaman dan rileks. Terlebih, saat ini aku memasak di dapur yang bersih dan luas dengan peralatan masak yang lengkap. Seakan menyemangatiku untuk segera memasak. Walaupun aku cukup shock ketika melihat isi kulkas di dapur ini, sangat banyak tomat di sana.
Aku terperangah ketika mataku menemukan seseorang di ujung ruangan. Memperhatikanku dalam diam dengan mata kelamnya. Ia terlihat sangat errrrrr menawan dengan wajah stoic-nya. Lelaki itu tak bergerak sedikitpun ketika aku balik menatapnya.
"Umm hai tuan. Selamat pagi." Tanpa berfikir aku menyapa lelaki stoic itu.
'Uhhh, tuan? Kenapa aku harus memanggilnya tuan?'
Dia hanya mengangkat sebelah alisnya dan memandang seakan aku adalah seorang gadis aneh. Tak ada sahutan dari dirinya. Kemudian ia melangkah mendekatiku tanpa melepas tatapan yang semakin tajam seiring dengan langkahnya yang semakin dekat.
Deg.
Ia berhenti melangkah ketika kami hanya sekitar 30 cm. Kemudian ia mencondongkan tubuhnya. Matanya terarah padaku. Aku hanya bisa menahan nafas seiring dengan jarak kami yang tereliminasi. Dekat dan makin dekat. Sekarang aku bisa mencium aroma tubuh dan parfumnya dengan jelas. Aku bisa melihat hidung mancungnya hampir menyentuh hidungku. Aku ingin pingsan saat ini Tuhan.
Kemudian semuanya berhenti. Berhenti ketika jarak hidung kami mungkin hanya setengah senti.
Ia menghirup nafas panjang tepat didepan wajahku. Aku sangat gugup dan tidak nyaman dengan posisi ini. Pasti pipi ini sudah semerah tomat-tomat yang ada di kulkas. Satu detik rasanya sungguh lama bagiku.
Tangannya tiba-tiba bergerak ke arah kepalaku. Oh Tuhan, aku tak bisa mengontrol detak jantungku sekarang.
Klek.
Tangan itu menarik headphoneku. Ia menyeringai tajam dan memandangku dengan remeh. Lalu ia menjauh, bergerak menuju ujung meja makan ini.
"Kenapa kau masih disini?" tanyanya dingin.
"Ummm, aku kira aku tak akan pergi tanpa berpamitan denganmu. Itu bukan tindakan yang sopan kurasa." Aku benar-benar gugup saat ini. Aura dapur yang tadinya sangat menyenangkan kini berubah mencekam dengan kehadiran lelaki aneh ini. Terlebih dengan tindakan yang baru saja ia lakukan padaku.
"Dan aku membuatkanmu sarapan sebagai tanda terimakasihku." Lanjutku
"Kau tak berusaha membunuhku kan?" ia mengernyit menatapku, merendahkanku.
"Apa maksudmu? Kau kira aku menaruh racun dalam makananmu hah?" Mulut lelaki ini sangat berbisa, dengan mudah ia mampu membuat kepalaku meledak.
Tanpa pikir panjang aku memakan satu per satu hidangan yang ada. Tentu saja aku tak menghabiskan seluruh makanan ini, hanya memakannya satu sendok. Bagaimanapun juga si menyebalkan itu harus makan.
Melihatku kesetanan, lelaki itu tak bergeming. Malah makin menatapku aneh.
'Oh Tuhan, ampuni dosa-dosaku. Kenapa aku harus bertemu dengan lelaki aneh ini?'
"Apa aku mati hah?" tanyaku sarkastik.
Hanya tersenyum miring respon lelaki itu padaku setelah semua kegilaan yang aku perbuat. Satu detik kemudian ia duduk dan memakan masakanku.
"Kenapa kau masih di situ?" Tanyanya datar menatapku heran
Segera aku menuju ke meja makan itu dan meenarik kasar kursi yang akan aku duduki. Tak kuhiraukan tatapannya yang makin menyiratkan bahwa aku gadis aneh. Aneh. Sangat aneh.
Plak
Tiba-tiba tangannya menepis tangannku yang akan membalik piring dihadapanku.
"Siapa yang menyuruhmu makan disini hah? Pergilah. Kau seharusnya tak ada di sini." Ia berhenti, menghela nafas. "Silahkan keluar nona. Aku akan MEMAKAN rasa terimakasihmu" lanjutnya. Menekankan kata MEMAKAN dengan seriangaian aneh.
"Lelaki gila!" umpatku padanya. Ia mendelik marah. Sebelum ia berhasil mengeluarkan kalimatnya, aku berlari mengambil barang-barangku dan keluar dari kamar apartemennya. Tak lupa aku membanting pintu keras-keras. Agar si menyebalkan itu tahu bahwa aku sebal padanya.
TO BE CONTINUED
Halo, saya seorang newbie ingin berbagi fict dan ini adalah fict pertama saya di sini. Karena selama ini hanya sebagai pembaca karya-karya bagus kalian.
Kritik (MEMBANGUN) dan Saran sangat saya butuhkan. Terimakasih
Review, please?
