Dari tempatmu berdiri sekarang…
… aku sudah tak terlihat, 'kan?
BLUE DAYS
Disclaimer : I do not own Naruto. Naruto © Masashi Kishimoto
I don't gain any commercial advantage by publishing this fanfic. This exactly is just for fun.
Story © Sukie 'Suu' Foxie
Notes: please just see notes at the end of story
Ch 1. An Opening Rain
Hari itu temperatur menunjukkan angka dua puluh enam derajat. Satu hari yang biasa di musim panas. Langit masih terang meski sudah pukul enam saat itu. Kalaupun ada awan hitam yang terlihat, tampaknya hujan belum akan turun dalam waktu dekat. Ramalan cuaca bilang, kemungkinan hujan turun sekitar 60 persen. Tapi, seberapa besar ramalan cuaca bisa dipercaya menghadapi anomali yang terjadi akhir-akhir ini?
Yamanaka Ino memutuskan untuk mengunjungi department store di perjalanan pulang dari kantor. Ia mampir tanpa ada barang yang ingin dibeli secara khusus. Lebih tepatnya, hanya sekadar untuk mengusir sejenak hawa panas dengan mengunjungi tempat yang memasang pendingin. Lalu, mungkin sepotong roti untuk sarapan esok hari.
Stand roti itu berada di dekat pintu masuk. Begitu pintu terbuka, mata para pengunjung akan dapat segera meraih stand roti tempat Ino berada sekarang.
Kala itu, sudah tak begitu banyak roti yang diletakkan di etalase. Apa mau dikata, tentu roti-roti itu sudah habis diborong di pagi hari oleh ibu-ibu yang tinggal di perumahan sekitar sana. Sementara bagi Ino, lebih mudah menyiapkan sarapan sepulangnya ia dari kantor.
Hari ini beli apa, ya? Croissant cokelat kayaknya enak. Atau melon pan? Atau—
Kegiatannya memilih roti terganggu ketika pintu masuk otomatis terbuka dan menampilkan seseorang yang ia kenal.
Uchiha Itachi.
Mata kebiruan Ino membelalak sebelum ia cepat-cepat membalikkan badan—berusaha menyembunyikan diri di balik stand-stand roti yang ada. Ia tak bisa seratus persen mengatakan bahwa usahanya akan membuahkan hasil—setidaknya ia tak harus beradu pandang dengan laki-laki itu. Ia memilih untuk tak melihat laki-laki itu meski jika pihak sana bisa melihatnya.
Mereka memang tinggal satu kota, tapi dulu, saat mereka masih menjalani hubungan spesial, kemungkinan untuk berpapasan bahkan begitu kecilnya jika mereka tak membuat janji.
Kenapa sekarang …?
Jantung Ino berdebar dengan kencang. Ada setitik rasa rindu di sana, tapi … menyakitkan bukan? Karena ia yakin, Itachi tak melihatnya. Lebih lagi, saat itu Itachi sedang bersama … seseorang yang lain.
Pada akhirnya, hanya Ino yang besar kepala.
Kepala Ino bergerak sedikit untuk mencuri pandang. Ia tak salah lihat.
Itachi sedang menggandeng perempuan lain. Perempuan yang tak ia kenal.
Dan laki-laki itu … tertawa. Tertawa begitu lepasnya.
Sekali lagi, jantung Ino berdetak dengan tidak nyaman.
Dia tertawa … karena perempuan yang bukan diriku.
Ino menggigit bibir bawah. Beberapa saat, tubuhnya seakan tak bisa bergerak. Begitu dirasanya Itachi sudah tak ada di sekitar, ia memilih asal sebuah roti, membawanya ke kasir, dan bergegas pulang setelah membayar.
Pintu otomatis membuka. Bersamaan dengan itu, Ino dibuat terkejut dengan rintik air hujan yang sudah mulai turun membasahi jalanan. Kali ini ramalan cuaca tak salah, eh? Atau tepatnya, ia memang tak seharusnya meremehkan petunjuk alam.
Perempuan berambut pirang itu menengadah. Dalam hitungan detik, hujan turun semakin deras. Mungkin tak akan berhenti sampai ia mencapai apartemen.
Helaan napas meluncur keluar tanpa bisa dicegah. Ia pun mengeluarkan payung lipat yang selama ini tersembunyi nyaman di tasnya. Setidaknya, ia tetap berjaga-jaga.
Begitu payung itu membuka, sekilas bayang-bayang Itachi yang tertawa tadi melintas. Bersamaan dengan sosok belakang perempuan yang berjalan berdampingan dengan laki-laki tersebut.
Tubuhnya kaku. Lagi.
Kepalanya kembali dipenuhi oleh sosok yang pernah—atau masih—mengisi relung hatinya.
Menyesakkan. Menyesakkan bukan?
Tapi …
… tak apa-apa.
Ino menarik napas panjang yang membuat bahunya sedikit terangkat. Kaki dibalut sepatu flat berwarna hitam itu pun akhirnya bisa melangkah meninggalkan pelataran department store
Tak apa-apa.
Ino bahkan sudah lupa niatnya untuk melihat-lihat toko baju langganan yang sering memberikan diskon.
Sudahlah! Ia bisa berkunjung lain waktu.
Tak apa-apa.
Yang lebih penting, hujan ada di sana untuk menemaninya.
Tak apa-apa ….
Ino tak merasa menangis sendirian.
***TO BE CONTINUED***
A/N: Hallo! Aku balik lagi bawa ff multichapter baru. Ff ini bakal jadi ff multichapter yang tiap chapter-nya berisi cerita dengan panjang sekitar di bawah seribu kata, jadi … jangan berharap chapter yang panjang yah. WK.
Blue Days bakal nyeritain hari-hari galau seorang Yamanaka Ino. Yes, there'll be galau everytime everywhere. WKWK. Semoga para pembaca sekalian tetap bisa menikmati, ya!
Aku bakal tetap nunggu feedback teman-teman sekalian. Kalau-kalau ada yang mau cerita pengalaman galaunya juga dipersilakan~ Jadi, feel free to leave any review via review box!
With love,
Suu.
