DISCLAIMER: Created in the world belonging to J.K. Rowling and no money here. Just for fun.


PROLOGUE

"Liontin itu akan aku simpan hingga kita mengetahui cara menghancurkannya" kata Harry sambil mengalungkan liontin itu ke lehernya.

"Kupikir kita harus membawanya dan untuk berjaga-jaga".

"Di samping itu, sebelum gelap kita harus mencari makanan karena tadi aku tidak melihat Hermione membawa bekal"

Setelah kejadian pagi harinya di kementerian sihir dan usaha kabur dari pengejaran pihak kementerian yang sudah disusupi death eater, mereka batal kembali ke Grimauld Place karena seorang dari pengejar ikut terbawa ber-apparte bersama mereka sehingga tempat persembunyian mereka yang nyaman sudah ketahuan. Mereka kini terdampar di tepi hutan, hutan tempat piala dunia quidditch dua tahun lalu diselenggarakan.

Mereka bertiga sekarang merasa sangat lapar, sedangkan Hermione memang benar-benar tidak membawa makanan bahkan sepotong coklat sekalipun di tasnya karena tadi dia berasumsi mereka akan kembali ke Grimmauld Place. Akhirnya tenda berhasil juga mereka dirikan, dan setelah hampir dua jam mereka berkeliling hutan, mereka hanya menemukan jamur-jamur liar dan buah-buahan yang masih masam serta minum air dari sungai. Jadi dengan bahan dan peralatan seadanya, Hermione berusaha keras untuk memasak jamur itu sedapatnya. Namun Setelah beberapa sendok jamur tanpa rasa, Ron meletakkan piringnya, pergi menjauh, dan memuntahkannya. Harry hanya terdiam melihatnya sedangkan Hermione terlihat sedih.


Hari demi hari berlalu, selain berjaga-jaga mereka juga berdiskusi tentang kemungkinan tempat penyimpanan horcrux lainnya. Hanya berdua saja, Harry dan Hermione yang menghabiskan waktu dengan serius berbagi tugas mengintai sedangkan Ron hanya duduk saja dengan berasumsi bahwa luka yang didapat karena ber-apparte yang tidak sempurna akan lebih cepat sembuh.

"Aku rasa, luka ini akan cepat sembuh bila aku tak banyak bergerak" komentarnya saat Harry menanyakan apakah dia mau menemaninya mencari jamur.

Tiga hari berlalu, selalu saja ada keributan di antara Ron dan Hermione. Karena tak tahan melihat Ron dan Hermione selalu ribut khususnya hanya soal makanan dan makanan saja. Harry akhirnya tidak betah berada di dalam tenda hingga dia memutuskan untuk pergi seorang diri, berkeliling mencari makanan. Namun keinginannya tidak tercapai. Harry baru saja memasuki sebuah peternakan saat ia merasakan rasa dingin yang tidak normal, kabut tipis perlahan turun, dan tiba-tiba kegelapan menutupi langit yang sebelumnya cerah. Harry terdiam karena merasakan kehadiran dementor yang jumlahnya sangat banyak.

"Diantara kita bertiga, kau kan yang paling hebat melakukan Patronus" kata Ron, saat Harry kembali ke tenda tanpa membawa apa-apa.

"Aku tidak berhasil" kata Harry.

"Jadi kita tidak punya makanan lagi!" teriak Ron..

"Diamlah Ron!, kau seharian hanya duduk dan menyalahkan, kau cuma bisa menunggu kita menyediakan makanan buatmu!" teriak Hermione.

"Harry, apa yang terjadi? Mengapa kau tidak bisa membuat Patronus?".

"Aku tidak tahu" kata Harry sambil duduk.

Di depannya Ron langsung menendang kursi, dan menggeram pada Hermione,

"Aku kelaparan!

Yang aku makan sejak kita berkemah hanya kotoran.

Kenapa kita sama sekali tidak punya makanan yang layak"

"Ron... apa kau tidak bisa menghargai Hermione sedikitpun?" balas Harry,

"Kenapa tidak kau saja yang pergi dan melawan dementor-dementor itu".

"Tentu saja, tapi tanganku kan terluka, apa kau tak melihatnya?" sahut Ron.

"Harry, berikan liontin itu! Ayo!" kata Hermione,

"Horcrux-nya, Harry, kau masih mengenakannya di lehermu.

Horcrux itu mungkin yang membuatmu tidak dapat menghasilkan Patronus".

Hermione menjulurkan tangannya dan langsung menyambar liontin yang baru dilepaskan dari leher Harry.

Saat liontin itu terlepas, barulah Harry merasakan tubuh dan pikirannya terasa bebas. Harry sebelumnya tidak menyadari bahwa dirinya tertekan atau terbeban.

"Apakah dengan ini kau jadi lebih baik?" tanya Hermione.

"Sangat jauh lebih baik!" jawab Harry.

"Harry, apakah kau tidak merasa kau telah dirasuki?" tanya Hermione sambil duduk di depan Harry.

"Apa? aku dirasuki? aku rasa tidak" kata Harry.

"Aku ingat semua akan apa yang aku lakukan saat sedang memakainya.

Aku pasti ingat bila aku sedang dirasuki, kan?

Ingat, Ginny memberitahuku bahwa ada masa-masa yang kosong yang ia tidak bisa mengingatnya".

"Meski demikian, kita seharusnya tidak boleh memakainya. Kita akan menyimpannya di dalam tenda saja".

"Tidak, kita tidak boleh membiarkan horcrux itu tergeletak. Bagaimana bila hilang, atau ada yang mencurinya…" protes Harry.

"Baik, kita akan memakainya bergiliran" kata Hermione sambil mengalungkan liontin itu di lehernya.

"Bagus sekali!" kata Ron "Dan karena kita sudah tahu masalahnya, bisakah kau pergi mencari makanan?"


Setiap dua belas jam, mereka bertiga, bergantian memakai liontin. Masalah yang kini dihadapi Harry adalah bekas lukanya kian terasa sakit, khususnya bila ia sedang mengenakan liontin itu.

Mereka juga menemukan saluran khusus radio penyihir, Potterwatch, untuk mendapatkan informasi terbaru tentang pergerakan Kau-Tahu-Siapa dan death eater-nya.


"Ibuku bisa memunculkan makanan yang enak-enak dari udara" kata Ron sambil menyendok potongan ikan hangus di piringnya.

"Ibumu tidak akan bisa membuat makan dari udara kosong" kata Hermione.

"Tidak seorang pun bisa. Makanan adalah hal pertama yang ada dalam lima elemen dasar hukum Transfigurasi yang menya..."

"Hermione! apakah kau tidak bisa berbicara dengan normal?" sahut Ron.

"Tidak mungkin kau bisa membuat makanan dari ketidakadaan!

Kau bisa memanggilnya kalau kau tahu di mana tempatnya berada, kau bisa merubahnya, kau bisa menambah jumlahnya kalau kau punya..."

"Aku tidak ingin menambah makanan ini, ini sudah cukup menjijikkan" kata Ron sengit.

"Harry yang menangkap ikan dan aku mencoba memasak yang terbaik yang ..." bantah Hermione.

"Bukan!.., kau seharusnya belajar lebih baik dalam melakukan sihir!" bentak Ron.

Hermione meloncat berdiri, menjatuhkan piringnya sehingga makanannya tumpah ke tanah.

"Ron! Mulai besok kau yang masak. Kau pergi mencari bahan makanan. Kemudian kau yang menyihirnya menjadi sesuatu yang lebih layak untuk kita makan.

Aku akan duduk. Diam dan mengeluh! Agar kau tahu bagaimana rasanya…"

"Itu bukan tugasku, itu..." teriak Ron.

"Lalu apa maumu?! Kalau kau cuma bisa duduk dan mengeluh sebaiknya kau pulang saja. Kau sama sekali tak peduli dengan kita.." teriak Hermione.

"Kalau aku tak peduli dengan Harry...aku tak akan pernah ikut ke sini.." bantah Ron.

"Kalian semua diam! dan berhenti bertengkar..." Teriak Harry.

"Harry...kau jangan membela Ron!..kau kan sudah..." bantah Hermione.

"Maaf Ron, maaf Hermione. Maaf! Maaf kalau kalian sudah terpaksa kurepotkan selama ini. Kalian selalu mengikuti aku.

Kalian pulanglah. Kembalilah saja ke Hogwarts atau ke The Burrow. Aku akan tetap di sini."

"Harry kau jangan.." bantah Hermione.

"Tidak apa-apa. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku hanya mohon pinjam satu tongkat sihir saja. Nanti aku akan kembalikan".

"Baik kalau begitu. Ayo Hermione...kita pulang saja" kata Ron.

"Tidak...tidak Ron. Kau saja sendiri yang pulang Ron. Harry, aku tak akan meninggalkanmu dalam situasi seperti ini".

"Baiklah... kau pergi saja dengan Potter, aku akan pulang".

Itulah puncak bertengkaran mereka berdua, dan kini sudah hampir seminggu Ron meninggalkan mereka berdua.


Semenjak kepergian Ron, mereka hanya berduaan saja. Harry dan Hermione selalu bergantian berjaga. Kadang mereka pergi bersama mencari buah-buahan atau jamur. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan untuk berbagi kehangatan karena dinginnya cuaca. Mereka saling menghibur dan bercanda, bahkan sempat main lempar-lemparan salju. Sungguh aneh, suasana di sekitar mereka justru menghangat tanpa kehadiran Ron. Harry bahkan sempat mentransfigurasi peti kayu menjadi gramaphone, memainkan musik, dan mengajak Hermione berdansa. Mereka berdansa sambil saling berpelukan erat. Makin hari hubungan mereka berdua menjadi lebih dekat dan boleh dikatakan intim.

Malam itu sangat gelap tanpa ada cahaya bulan. Harry sedang berjaga di luar tenda saat dia mendengar suara gemerisik mendekat. Harry segera mematikan cahaya dari tongkat sihirnya lalu segera menyusup ke balik semak, mengintip dan mengamati situasi dari balik semak. Lalu dia melihat rusa betina yang bercahaya seperti patronus. Rusa itu mengedip kepadanya, lalu pergi sambil sesekali menoleh ke arah Harry, seakan meminta Harry mengikutinya. Harry mengendap-endap, perlahan mengikuti rusa itu hingga akhirnya tiba di tepi danau yang beku.

Rusa itu berputar tiga kali di satu titik, berubah menjadi cahaya-cahaya kecil lalu perlahan menghilang. Harry melihat sekelilingnya dan setelah yakin tak ada yang mencurigakan ia menyalakan tongkatnya

"Lumos".

Lalu Harry mengamati tempat yang tadi ditunjukan oleh rusa tadi. Dia melihat lempengan logam panjang bersinar putih terang. Harry seakan pernah melihatnya di suatu tempat, lempengan itu mirip seperti pedang, tergeletak di dasar danau. Seperti tersihir, Harry lalu melepaskan sepatunya, melepaskan semua pakaian luarnya yang berlapis-lapis, lalu mengarahkan tongkatnya ke arah pedang tadi

"Diffindio".

Segera lapisan lapisan es di atas pedang mulai membelah, beberapa saat kemudian terbentuk sebuah lobang diatasnya. Harry meletakkan tongkat sihir di atas pakaiannya, lalu masuk ke dalam danau. Saat tangannya hampir mengapai pedang, tiba-tiba lehernya tercekik dan tertarik oleh liontin masuk ke dasar danau. Harry berusaha melepaskan liontin tersebut, namun tak berhasil. Setelah beberapa lama bergulat sendirian dalam air, Harry kehabisan nafas, dan perlawanannya mulai melemah. Dia kemudian melihat cahaya lain atasnya. Harry berpikir inilah akhir hidupnya, dia hanya menyesal belum sempat berpamitan dengan Hermione. Tanpa disadarinya serta tanpa perlawanan tubuhnya ditarik ke arah cahaya tersebut. Harry merasakan seolah cahaya itu penuntun tujuan akhir hidupnya. Sekilas pikiran Harry sudah dipenuhi oleh pikiran kematian, dan dirinya akan segera berjumpa dengan orang-orang yang dicintainya, ayah dan ibunya, juga Sirius. Bahkan teman-teman lainnya yang akan segera ditinggalkannya Ron, Hermione, Cho Chang, Luna, Neville, serta Ginny yang sempat menjadi kekasihnya juga bibi Petunia, paman Vernom serta Dursley pun sempat hinggap dipikirannya hingga akhirnya semua pikirannya menghilang dan menjadi gelap.


"Harry!...Harry!... sadarlah" terdengar suara yang amat dikenalnya.

Tak lama dia merasakan dirinya berbaring di atas tanah, dadanya terasa ditekan dengan keras beberapa kali. Dan juga dari bibirnya dirasakan kehangatan udara memenuhi rongga paru-parunya. Kemudian, barulah dia berhasil membuka matanya. Samar-samar dia melihat Hermione berada di atasnya sedang menangis.

"Harry,..Harry..akhirnya kau sadar juga. Aku tadi sudah mengira kau sudah..." isak Hermione.

"Mione..., di mana aku? sepertinya tadi aku hampir tenggelam gara-gara liontin sialan itu" kata Harry sambil melepaskan dan melemparkan Liontin itu ke tanah di sampingnya.

Lalu Harry bangkit, duduk di sebelah Hermione dan memeluknya.

"Thanks ... Mione..."

Hermione sempat membalas pelukannya, namun dalam sekejap ia segera melepaskan pelukannya, dan seketika menampar wajah Harry, Plakkk...plak...

"Mione...kau kena..." Hermione melanjutkan pukulannya, mulai meninju dagu serta dada dan lengan Harry.

"Dasar berengsek! Kau memang sialan.

Kau selalu saja bertindak sendirian tanpa memikirkan resiko.

Kau tidak bilang kalau mau pergi.

Kau seenaknya saja meninggalkanku sendiri di tenda.

Apa kau mau meninggalkan aku juga seperti Ron?" teriak Hermione sambil tersedu-sedu.

"Aku tadi mendengar kau pergi lalu aku segera menyusul dari jauh" lanjut Hermione.

"Saat aku tiba di tepi danau, aku melihat kau sudah tenggelam.

"Aku mau..." potong Harry berusaha menjelaskan.

"Ngapain kau berenang malam-malam. Dasar gila!"

"Apa kau tidak bisa berenang di siang hari saja?"

"Apa kau sudah bosan hidup..?" lanjut Hermione tanpa memberikan kesempatan pada Harry untuk menjawab.

"Jangan bilang liontin itu yang menuntunmu kemari?"

"Aku mau mengambil ini..." kata Harry sambil menunjukan pedang yang entah bagaimana caranya sudah ada dalam gengamannya.

"Ini sepertinya pedang Gryffindor".

"O..Kenapa pedang itu bisa ada di hutan ini?" tanya Hermione.

"Harry,...cepat singkirkan benda itu!...Jangan-jangan itu mengandung sihir hitam juga"

"Aku tak mau nanti tiba-tiba kau menyerangku dengan pedang itu..".

"Sepertinya tidak, aku tidak merasakan beban bahkan terasa nyaman.

Sama seperti dulu aku menggunakannya saat di Kamar Rahasia" bantah Harry.

"Mione...mungkin kita bisa mencoba menghancurkan liontin sialan itu dengan pedang ini" kata Harry bersemangat sambil berdiri.

Harry segera mengambil liontin yang tadi dilemparkannya, lalu berkata

"Sepertinya aku harus menggunakan parseltounge untuk membukanya. Mione...kau saja yang menghancurkannya" sambil menyerahkan pedang ke tangan Hermione. Hermione terlihat agak ragu saat menerima pedang itu, namun Harry menegaskan bahwa mereka perlu mencobanya. Sejenak keraguan Hermione sirna setelah merasakan kekuatan yang mengalir dari pedang itu.

"Kalau kau sudah siap kita akan lakukan" lanjut Harry. "Baiklah, mari kita coba" sambung Hermione

Harry memegang rantai liontin erat-erat, meletakkan liontin di atas batu besar sementara Hermione ada di hadapannya siap dengan pedang di kedua tanggannya.

"Pada hitungan ke tiga ya... aku akan memerintahkan liontin itu membuka. Siap Mione..."

"Satu!...dua!... tiga!... Buka dan tunjukan dirimu" desis Harry dengan parseltounge-nya.

Tiba-tiba liontin membuka, lalu muncul kabut asap hitam dan hawa dingin segera keluar memenuhi udara di sekitarnya lalu berkata

"Hermione Jean Granger, aku sudah menyelami hati dan pikiranmu. Aku dapat memberikan apa yang kau inginkan. Kau menginginkan Potter, bukan". Di mata Hermione kabut asap tersebut terbentuk visualisasi Harry sedang bermesraan dengan Cho Cang dan Ginny. Cho tampak jauh lebih sexy dengan rambut hitam panjangnya yang mengkilap, Ginny kelihatan lebih cantik dengan rambut merahnya yang menyala keemasan. "Harry lebih mencintai dan memilih kami bukan kau, lihat saja rambutmu terlihat berantakan, kucel, lalat aja bisa tersesat di rambutmu" kata "Cho". "Dan kau lihat saja tubuhnya begitu kurus tidak berisi seperti kami" lanjut "Ginny"

Hermione berkata dalam hatinya "Tidak...tidak tidak mungkin seperti itu. Harry sudah putus dengan Cho. Harry juga sudah putus dengan Ginny. Harry tetap menyayangiku apa adanya. Baru kemarin Harry bilang dia suka dengan rambutku". "Awas aja kalau dia mungkir" geram Hermione.

"Mione...cepat hancurkan! Aku sudah hampir tak kuat memegangnya lagi!" Teriak Harry, menyadarkan Hermione.

Bayangan itu lalu melanjutkan "Kau kan juga menginginkan nilai sempurna untuk setiap pelajaran yang kau ikuti".Kemudian bayangan itu membentuk profesor McGonagall, menyatakan dirinya tidak lulus ujian tranfigurasi. "Potong 100 point dari Gryffindor karena..." belum selesai bayangan McGonagall berbicara

"Dasar sialan...liontin keparat. itu kan sudah terjadi dua tahun lalu...basi amat sih" pekik hermione sambil menghujamkan pedang berkali-kali ke liontin.

Teriakan kesakitan terdengar dari liontin itu dan akhirnya suara dan kabut asap itu lenyap. Namun Hermione masih saja menghujamkan, memukul liontin itu sementara Harry melonggo dan akhirnya tersenyum melihat kelakuan Hermione.

"Mione...Hermione...sudah cukup. Kau sudah menghancurkan liontin itu hingga jadi serpihan. Mari kita kembali ke tenda"

Harry segera membereskan sisa serpihan liontin sementara Hermione meneliti pedang yang masih dipegangnya, terlihat di sisi pedang ada terukir "Godric Gryffindor" pada gagang pedang, yang meyakinkan dirinya bahwa pedang yang dipegangnya adalah pedang asli milik salah satu pendiri Hogwarts. Tak lama Harry telah selesai memungut serpihan liontin, lalu dengan tongkat di tangannya dia menyalahkan cahaya "lumos" yang menuntun mereka kembali ke tenda. Dalam perjalanan kembali ke tenda, Harry mengandeng tangan Hermione dengan erat seolah takut terlepas.

Setibanya di tenda mereka duduk berdampingan, tangan mereka masih saling berpegangan belum lepas sejak dari tepi danau. Harry kemudian meletakkan tangannya di bahu hermione, menariknya mendekat lalu memeluk bahunya.

"Kita berhasil menghancurkan liontin itu, Mione..." kata Harry dengan nada lepas

"Ya..kita berhasil. Three Down, four to go" kata Hermione sambil tertawa senang.

"Ya...tinggal empat lagi Horcrux yang harus kita cari dan kita hancurkan" kata Harry.

"Tiga lagi Harry...bukankah kau pernah menjelaskan bahwa Horcrux yang terakhir ada di dalam dirimu" ralat Hermione.

"Kau benar...ya...kau benar. Ada satu Horcrux di tubuhku. Entah bagaimana cara kita memusnahkannya, mungkin kau harus membunuhku terlebih dahulu" kata Harry sambil tersenyum.

Hermione mendengus "Usul yang bagus, Harry. Mungkin aku akan membunuhmu kalau kau meninggalkan aku sendirian lagi"

"Kita akan cari tahu nanti saja" sambung Harry sambil tersenyum

"Ya...kita akan cari tahu nanti. Sebaiknya kita beristirahat sekarang. Sudah hampir pagi dan kita belum tidur" jawab Hermione sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Harry.

Harry merangkul Hermione lebih erat, lalu mencium rambutnya."Kau istirahatlah dulu, aku akan berjaga untuk kita"

Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan gerakan di belakang mereka.

Harry dan Hermione melompat berdiri sambil mengarahkan tongkat sihir mereka.

"Wah kalian mesra sekali. Baru saja kutinggal beberapa hari saja sudah begini. Keluar malam-malam dan bermesraan" kata Ron dengan sinis.

Wajah Hermione memerah, Harry bertanya, "Ron!...kau kembali?"

Hermione segera menerjang Ron, hendak menamparnya. Namun Ron segera menangkap pegelangan tangan Hermione. "Hermione, tenanglah. Sebaiknya kita tinggalkan Potter sekarang. Nanti kujelaskan". "Apa maksudmu Ron? tanya Hermione.

Tiba-tiba dari luar tenda terdengar suara, "Kalian semua, keluar dari tenda dan angkat tangan kalian! Sebelumnya lempar tongkat kalian ke luar tenda".

"Kami tahu kalian hanya bertiga di dalam! Di sini ada selusin tongkat sihir mengarah kepada kalian dan kami tak peduli siapa yang kami kutuk!"

Hermione mendelik ke arah Ron, "Ron! Apa yang telah kau lakukan? Kau membawa death eater kemari untuk menangkap kami"

"Hanya Harry, kau tidak..."

"Apa katamu?" teriak Hermione

"Kau...kau menghianati kami" sambungnya.

"Nanti aku jelaskan" balas Ron.

Seketika dari luar cahaya-cahaya sihir masuk ke dalam tenda, tenda mulai terbakar, dan setengah lusin orang tak dikenal masuk menyerbu sambil mengarahkan tongkat-tongkat mereka.

"Buang tongkat kalian, cepat!..." teriak seorang dari mereka. Sepasang tangan dengan kasar menarik Harry dari belakang. Sebelum dia bisa menghentikannya, seseorang menggeledah sakunya dan mengeluarkan tongkatnya.

Tiba-tiba Ron berteriak, "Minggir, singkirkan tanganmu dari dia!, kalian sudah berjanji tidak akan menyentuh dia.."

"he ..he..kau dengan mudahnya mempercayai kami." sahut suara parau. "Kami adalah death eater, dan kau dengan mudahnya percaya kepada janji kami..ha..ha..ha..."

"Gadis yang lezat… traktiran bagus… Aku akan menikmatinya. Kulihat kulitnya sangat lembut dan putih...hahaha..."

"Tidak!..Tidak!..kalian tak boleh menyentuhnya. Bukan begitu perjanjiannya" seru Ron.

"Perjanjian?...Perjanjian apa Ron? Kau...kau menjanjikan apa pada mereka?" teriak hermione.

Perut Harry terasa mual. Dia tahu siapa suara itu. Fenrir Greyback, manusia serigala yang bergabung dengan Death Eater.

"Sekarang, mari kita lihat siapa yang kita dapat" kata Grayback

"Weasley...terima kasih buat informasinya. Kami akan menerima banyak mendapatkan hadiah dari pangeran kegelapan".

"Ron...bisa-bisanya kau menghianati kami" teriak Hermione.

"Maaf Hermione..mereka hanya menginginkan Harry..."

"Apa katamu!" seru Hermione dan dengan tenaganya, dia lepas dari penangkapnya dan memburu ke arah Ron.

Langsung kembali menghajarnya, meninju, menampar dan menendang setiap bagian tubuh Ron yang terjangkau olehnya.

"Wah...gadis ini liar juga ha..ha..pasti sangat seru saat aku menikmatinya nanti" kata Greyback.

"Kau...kau sudah berjanji..." teriak Ron. Namun dua orang death eater memingsankannya dengan "Stupefy!"

Harry hanya bisa diam. Dia masih syok dengan perbuatan Ron. Tak disangkanya sahabatnya ini tega menghianatinya. Bahkan tega menghianati Hermione. Harry merasa tak apa bila Ron hanya menghianatinya seorang. Namun dia marah karena Ron telah juga menghianati Hermione. Ia mulai menyesal telah melibatkan Hermione dari awal.