Freesia
#NulisRandom2017
Day 6; 06 Juni 2017
Sesuatu yang tidak sengaja dia lakukan sekitar satu tahun yang lalu. Berawal dia mencoba membidik seseorang dengan kamera barunya. Gadis yang tidak ia kenal. Gadis yang tidak ia tahu namanya dengan jelas.
Naruto hanya tahu, bahwa gadis itu memiliki wajah agak sendu. Cukup menyejukkan dirinya kala itu yang sedikit merasa sedih karena alasan pada hidupnya yang terkadang ia pandang cukup pelik. Hingga membuat dirinya langsung mengambil gambar tanpa pikir panjang. Pada waktu yang sama ia juga menyumpal telinganya dengan earphone. Memutar musik klasik karya pianis dunia; Chopin.
"Kita bertemu lagi...," kebodohannya selalu ia tunjukkan pada siapa pun. Bahkan pada gadis yang tidak seharusnya sekarang ia buat terkejut. Hingga sebuah angin di musim panas membuat rambut dengan warna indigo itu berterbangan. Gadis itu masih mendongak. Memandang Naruto yang kini terengah-engah, namun wajahnya cukup cerah.
"Kau... siapa?" gadis itu masih mencoba tenang. Ketika gadis itu masih memandang lelaki di depannya. Dan lelaki tersebut pun menyerahkan sebuah kertas foto. Dengan segera, dia melebarkan kedua matanya terkejut. "Se-sejak kapan?" serunya kaget.
"Satu tahun yang lalu, sebelum aku pergi ke London, saat aku merasa tidak ada alasan untukku tinggal di Jepang. Aku tidak sengaja memotret-mu. Kala itu, kau sedang...," Naruto kemudian diam. Dia mencoba mengingat jelasnya, kapan dia berhasil mendapatkan gambar tersebut. "Ehm," dia bergumam. Lantaran tidak benar-benar mengingat sekarang. "Aku rasa, aku melupakannya." Dia tersenyum, membuat gigi putihnya terlihat.
Ketika gadis itu sedikit memasang wajah takut. Naruto berhenti tersenyum. "Tenang saja, aku bukan orang jahat." Namun, siapa yang akan percaya dengan penjelasan seperti itu? Yang gadis itu tahu, hal biasa yang dilakukan seorang penjahat adalah mereka menyatakan diri mereka orang baik-baik. "Kau..., tidak percaya padaku?" Naruto menggaruk pelipisnya dengan jari telunjuk.
"Master?!" teriakan melengking itu membuat Naruto diam untuk sebentar. Lalu, pada akhirnya ia menarik napas. Membalikkan badannya ke belakang. Melihat sosok tinggi dan tegap, berlari ke arahnya. "Pesawat akan lepas landas satu jam lagi. Kita harus cepat ke bandara." Jadi, ia harus berpisah lagi, setelah baru saja dia bertemu dengan gadis yang membuatnya bertahan dari keterpurukan satu tahun silam?
"Aku, tidak ingin pergi ke London,"
"Master!"
Naruto berbalik dengan segera, ke arah gadis itu yang masih memandang dirinya dengan wajah kebingungan. "Kau... siapa namamu?" Naruto mengulurkan tangannya. Namun, gadis itu tidak kunjung membalas segera untuk menjabat tangannya "Namaku Naruto Uzumaki, mulai sekarang aku akan menetap di London. Mulai sekarang aku tidak lagi berada di Jepang—"
"Hinata," kali ini. Gadis itu yang mendapatkan panggilan. Sosok lelaki tinggi dengan rambut panjangnya berlari dengan mendorong kursi roda. "Maaf lama, aku sudah memperbaiki roda kursinya, ayo kita pulang."
"Kak Neji," gadis itu beberapa kali melirik. Memberi isyarat pada si pria berambut panjang. Dan ketika pandangan dua orang lelaki itu bertemu. Hal tersebut membuat Naruto langsung diam.
"Kau siapa?"
"Aku—"
"Master? Kita tidak memiliki waktu lagi."
Pria berambut panjang itu masih penasaran. Ia terus memandang kedua orang lelaki yang sama-sama memakai setelan formal. "Kalian siapa? Apakah kalian mengenal adikku?" Naruto membisu. Dia hanya memandang gadis indigo itu. Yang memandang dia pula dengan diam.
"Maukah kau menikah denganku?"
"Ha?" pria berambut panjang dan satu orang lelaki tegap yang berada di belakang Naruto berteriak dengan keterkejutan yang tidak main-main. "Kau!" Neji tampak geram. Dia berjalan meninggalkan kursi roda adiknya. Kemudian, memberikan satu pukulan pada rahang Naruto. Hingga membuat pria berambut pirang itu terjungkal ke samping. Mendarat pada tanah. Membuat orang-orang melihat mereka semua.
"Kak Neji, hentikan. Kak Neji, apa yang kau lakukan?"
"Jangan sekali-sekali kau mencoba mengganggu adikku, sialan!" Neji mencoba untuk memukul kembali. Namun, saat ia merasa Hinata mulai ketakutan dan sedikit khawatir padanya. Dia membiarkan Naruto meludah dengan membuang ludahnya yang sudah bercampur darah ke atas tanah.
Lelaki tegap yang berada di belakang si pirang itu pun langsung berlari. Mencoba membantu tuannya untuk berdiri. "Anda tidak apa-apa Master? Saya akan segera menggugat dia karena kasus ini."
"Apa yang kau lakukan!" Naruto mendorong lelaki yang tampak khawatir itu dari hadapannya. Dia benci diperlakukan seperti itu. Menunjukkan dia selalu berada di bawah perlindungan keluarganya.
"Ayo Hinata, kita pergi." Setelah selesai dengan membantu adiknya untuk duduk kembali ke kursi roda. Neji pun mendorong kursi roda itu untuk menjauhi orang-orang yang ia rasa cukup aneh, bagi adiknya dan tentu baginya juga.
Bersambung
