DISCLAIMER:Tsugumi Ohba+Takeshi Obata=Death Note


Matahari sudah berada tepat diatas kepala, orang-orang sudah mulai tenggelam dalam aktivitas mereka masing-masing, terkecuali untuk seorang pemuda bernama Beyond, yang pekerjaannya sedikit lain daripada yang lain; membunuh. Selain karena pekerjaan yang membuat ritme kehidupannya bak kelelawar yang mengharuskannya berkeliaran pada malam hari, pada dasarnya ia memang orang yang sedikit malas.

Meskipun tak lagi dalam keadaan tertidur dan mata setengah terbuka, Beyond enggan beranjak dari sofa tempatnya tertidur dan malah bergelut dengan selimut tebalnya.

Suara pintu terbuka memecah kantuk Beyond. Suara langkah kaki dan gemerisik kantong plastik pun menggema dalam apartemen sempit itu. Sosok penyebab suara-suara itu pun mendekati Beyond setelah sebelumnya meletakkan kantong belanjaannya diatas meja.

"Ah~ seperti dugaanku kau masih bermalas-malasan di sofa... Bangunlah Beyond, kau tahu ini sudah tengah hari," bujuknya itu seraya mengguncang tubuh Beyond.

Beyond bangkit dengan enggan, "Tak bisakah kau membiarkan seseorang tenang setidaknya untuk tidur saja?" keluh pemuda berambut hitam acak-acakan itu.

"Kau sudah cukup tidur dengan tenang selama 10 jam,tidakkah itu cukup untukmu?" omel lawan bicaranya sambil mengeluarkan isi belanjaan dari kantong plastik. Lalu disodorkannya sebuah tube kaca berisi cairan kental kemerahan pada Beyond.

"Selai strawberry. Kau pasti takkan menolaknya kan?" tawarnya. Seketika Beyond langsung bangkit berdiri dan mengambil selai strawberry itu.

"Terima kasih Matty, kau perhatian sekali~" katanya dengan suara manja yang dibuat-buat sambil memasang senyum nakal. Pemuda berambut merah yang lebih dikenal dengan aliasnya; Matt, hanya mendengus.

Sudah 3 hari ia menumpang di rumah Beyond. Awalnya ia keluar dari Wammy untuk menyusul Mello. Malangnya, tas laptopnya dicuri sehingga tak hanya pakaian dan uangnya yang ludes, ia pun tak bisa menghacking untuk mencari keberadaan Mello.

Entah keberuntungan atau apa, secara tak sengaja Beyond mengingatnya sebagai 'salah seorang anak asuh L' saat ia berteduh didepan beranda apartemen yang ternyata milik Beyond. Dan setelah itu Matt pun diizinkan untuk menumpang di kamar apartemennya.

Dan sebagai gantinya, Matt mengerjakan segala pekerjaan rumah tangga untuk Beyond seperti bebersih rumah, ataupun menyiapkan hidangan. Seperti saat ini, Matt mulai memasak sesuatu dari dengan bahan-bahan yang sudah ia siapkan tadi.

Penasaran dengan wangi harum masakan yang mulai merebak, Beyond pun beranjak ke dapur.

"Sudah jadi? Aku lapar..." kata Beyond sambil menyandarkan kepalanya di bahu Matt yang sibuk mengaduk kare yang sedang dimasak.

"Sebentar lagi, bersabarlah," balas Matt.

"Kau tahu, agak aneh jika anak sepertimu bisa memasak. Di Wammy House, tiap anak sudah pasti disiapkan makanan oleh staf panti. Apalagi kau laki-laki," kata Beyond.

"Yah, tapi tiap malam Mello selalu punya keluhan pada makanan yang dihidangkan, makanya aku pun belajar memasak dengan memakai dapur diam-diam. Keluhan Mello bisa membuatku gila jika tak ditangani," jelas Matt.

Beyond menegakkan kepalanya dari pundak Matt."Jadi kau melakukannya demi Mello, huh? Kalau diingat-ingat, kau meninggalkan Wammy juga untuk mengejar anak itu. Kelihatannya Mihael sangat penting bagimu, ya? Memang dia apamu?" sedikit nada gusar terselip pada kata-kata Beyond tanpa disadari sang pemilik suara sendiri.

Matt tak mampu membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi rona merah merebak di wajahnya, dan itu sudah cukup untuk Beyond mengetahui alasannya.

"Kutunggu makanannya di ruang makan," kata Beyond sembari beranjak keluar dari dapur. Matt hanya terdiam. Kata-kata Beyond masih membuatnya terpaku, sampai asap panas dari masakan yang menerpa mukanya mengingatkannya untuk kembali pada aktivitas memasaknya.

'Mello... kapan aku bisa bertemu denganmu lagi....'


Sembari menunggu makanan dihidangkan, Beyond mengacak-acak isi kantong belanjaan untuk mengecek apa lagi yang dibeli Matt dengan uangnya. Dan Beyond menemukan suatu benda yang membuatnya terhenyak.

Beberapa batang coklat. Itu mengingatkannya pada si pecandu makanan manis saingannya dulu... dan juga.....

"Beyond?" panggil Matt yang baru keluar dari dapur dengan membawa mangkok besar berisi kare, membuat Beyond terhenyak dari pikirannya.

"Matt..." desis Beyond, "Apa kau membeli coklat-coklat ini untuk dirimu sendiri?".

Matt terhenyak. Apa ia membeli coklat tadi? Walaupun pikirannya sendiri tidak yakin batangan Van Houten ditangan Beyond telah menjawab keraguannya.

"Ah, maaf, kurasa aku mengambil coklat itu tanpa sadar, soalnya dulu akulah yang selalu membelikan coklat untuk Mello. Ia selalu memaksaku menyusup keluar Wammy dan membelikannya coklat. Benar-benar egois," kata Matt sambil tertawa kecil.

'Meskipun begitu, kau menyukainya setengah mati kan?'. Namun kata-kata itu tak meluncur di mulut Beyond, hanya terkunci hatinya.

"...Yah, sudahlah. Ayo kita makan," Beyond pun mengakhiri pembicaraan.


Tengah malam. Baik Matt maupun Beyond tidur di waktu ini, saat-saat dimana malam baru akan menunjukan pesonanya.

Matt masih asyik memainkan gameboy tua Beyond, sementara Beyond sendiri di kamarnya sibuk memasukan berbagai senjata tajam yang ia selipkan sedemikian rupa dalam bajunya hingga tak tampak dari luar.

"Matt, aku pergi dulu ya," kata Beyond seraya membuka pintu apartemen. Matt mengangguk. Ia tak tahu dan tak mau tahu apa jenis pekerjaan Beyond, yang pasti kelihatannya itu cukup untuk memberi mereka berdua makan.

"Jangan masuk ke kamarku," pesan Beyond seperti biasa. Karena di dalam kamar Beyond banyak hal yang bisa membuat Matt shock hanya dengan melihatnya saja, meskipun itu adalah barang-barang kesukaan Beyond. Cipratan darah di mana-mana, bola mata dalam tabung kaca, dan berbagai senjata tajam; beberapa diantaranya masih terhias cipratan yang sudah mengering, dan berbagai benda-benda lain yang mampu mebuat orang bergidik ngeri karenanya. Dan lagi Beyond tak ingin Matt masuk ke kamarnya dan mengetahui Matt memang tak pernah bertanya-tanya soal itu.

Seperti biasa, Matt hanya mengangguk mendengar pesan Beyond. Sebenarnya ia sedikit penasaran pada kamar maniak selai strawberry itu. Sejak malam pertama ia menginap, Beyond sudah mewanti-wanti untuk tidak masuk ke kamarnya dan terus mengulanginya hingga hari ini. Apa yang disembunyikan Beyond hingga ia terus mengungkit peringatan (yang sebenarnya tak perlu diulang) pada Matt?

"Harusnya ia lebih percaya padaku, aku kan bisa membantu membereskan kamarnya..." gumam Matt setelah Beyond keluar. "Dia mestinya tahu, aku sudah terbiasa dengan jumlah majalah porno yang Mello sembunyikan di kamar kami. Dia tak seharusnya malu..."


Beyond yang (pastinya) tidak tahu perkiraan Matt melangkahkan kakinya makin dalam pada kepekatan malam.

"Nah...saatnya bekerja.." bisiknya sambil menyeringai.


Menjelang subuh Beyond kembali ke apartemennya, dan menemukan Matt tertidur di sofa dengan gameboy dalam keadaan off di pangkuannya.

Beyond tersenyum tipis lalu mengambil selimut untuk Matt, sebelum mengambil selai strawberry dari kulkas untuk ia cemil.

Mengamati wajah tertidur Matt sambil menjilat makanan kesukaannya kembali membuat Beyond bertanya pada dirinya sendiri, 'untuk apa aku menampung anak ini?'.

Beyond, seorang pembunuh berantai yang dikenal kesadisannya oleh berbagai lapisan masyarakat, tidak tega hanya untuk membiarkan seorang remaja berambut merah kelaparan di luar sana?

Entahlah, sebenarnya ia sendiri merasa tak terlalu peduli pada Matt, namun nyatanya ia masih membiarkan bocah bergoggle itu menumpang padanya hingga kini.

"Hmmm.... Mello...." gumam Matt tak jelas dalam tidurnya. Beyond terhenyak. Perasaan aneh yang muncul tiap kali Matt menyinggung soal Mello kembali menyeruak dalam hatinya.

Mungkinkah?

Tsuzuku!!


Waai, crack pairing lagi, BBXMamat!!Uhh...tapi saya rada nggak pede ama ceritanya... mungkin OOC kali yak....

REVIEW!!