THE PENDANT FROM GOGURYEO
Remake from Tere Liye's anthology, Berjuta Rasanya
An original story from China, The Legend of Liang Shanbo and Zhu Yingtai
Kim Taehyung x Jeon Jungkook
BTS and some characters belong to God, their parents, and their agency.
Rated T
Warn: GS (GENDER SWITCH)! Angst! Typo(s), boring, etc
Enjoy yas!
Malam semakin larut. Anjing menyalak-nyalak dari dalam hutan dekat Biara Taekkyeon. Seseorang mengendap-endap di balik pagoda khas Korea, bertingkat dan lancip ke atas. Ia melangkah perlahan, menjejak penuh perhitungan. Sebisa mungkin tidak menimbulkan suara ketika sepatunya menapaki tangga batu. Orang itu sama seperti penghuni biara lainnya, botak dan berpakaian kain cokelat khas murid biara.
"Taehyung-ah, kau di mana?" tanyanya berbisik.
Tidak ada jawaban. Kalimatnya ditelan desau angin yang menelisik dedaunan. Orang itu menajamkan pendengaran. Telinganya ia pasang baik-baik. Tidak ada jawaban, hanya ada suara erangan dari arah tenggara. Kakinya berayun lagi.
"Taehyung, kaukah itu?" kali ini ia membesarkan volume suaranya sedikit. Terdengar berat dan berwibawa dengan harap dan cemas di ujung suaranya.
"Iya. Ini aku," suara erangan itu menjawab, memastikan.
Jungkook langsung menuju ke arah suara itu. Di balik patung yang besar dan remang ia menemukan seseorang yang ia cari.
"Maafkan aku datang terlambat, Tae. Tidak mudah mengendap-endap saat penjagaan diperketat," suara itu berubah nyaring tapi merdu, persis seperti perempuan. Matanya berkilat senang tapi sendu. Senang bertemu dengan kekasihnya tetapi iba melihat kondisinya. Hanya dengan penerangan dari rembulan, netranya bisa melihat jelas luka-luka di sekujur tubuh Taehyung. Lebam di banyak tempat, beberapa bagian tubuh terkoyak dan mengeluarkan darah. Gadis itu memekik pelan, "Astaga! Lihatlah sekujur badanmu. Demi Sang Buddha!"
Taehyung tertawa kecil, mengusap ujung mata gadisnya yang tiba-tiba saja berembun, "Aku baik-baik saja, Kook. Kenapa kau begitu khawatir? Lantai lima pagoda itu memang sangat sulit ditaklukkan, aku hampir mati rasanya. Tapi seperti yang kaulihat, kau masih bisa menikmati wajah kekasihmu yang tampan ini."
Jungkook mulai mengeluarkan peralatan dari keranjang kecil yang dibawanya. Sebuah mangkuk kayu rendah, bejana kecil, dan kain serta obat-obatan herbal.
Taehyung meringis menahan sakit ketika gadisnya mulai membasuh luka-lukanya. "Begitu katanya baik-baik saja, hah?! Jangan sok jago. Dan satu lagi, kau tidak tampan!" omel Jungkook. Bibirnya mengerucut sebal. Tangannya cekatan meracik obat-obatan herbal, meletakkannya di kain dan membalutkannya di kulit Taehyung yang menganga.
"Dusta. Kau berdusta jika kaubilang aku tidak tampan. Kalau aku tidak tampan tak mungkin kau ja ̶ Ah! Pelan-pelan, Kook!" Taehyung kembali memekik ketika gadisnya menangani lukanya yang lain.
Taehyung mendongakkan kepala. Sudah hampir tengah malam.
Ia menggigit bibir sambil mengamati wajah gadisnya lamat-lamat.
"Kau jangan dekat-dekat denganku, Kook." Katanya tiba-tiba.
"Eh?"
"Nanti aku tertular penyakit kulitmu." Ia tertawa kecil.
Jungkook memukul bahu Taehyung pelan. "Sempat-sempatnya kau berkata seperti itu!"
Taehyung tertawa lagi. Telunjuknya menyentuh hidung lalu pelipis Jungkook.
"Dan kau terlihat lucu."
"Apanya yang lucu?" Jungkook mengerutkan alis.
"Kau botak." Taehyung mendekap mulutnya, menahan tawa. Sementara Jungkook melotot.
"Kau! Berani-beraninya! Padahal sudah kutolong."
"Itu kewajiban seorang kekasih, Kook." Kata Taehyung lembut.
Jungkook menghela napas. Tanpa diperintah pipinya bersemu.
"Aku dulu sama sekali tidak menyangka jika kau perempuan. Meskipun begitu, lihatlah kau terlihat begitu cantik malam ini." Taehyung tersenyum. Di bawah sang dewi yang menghiasi angkasa, ia menatap wajah gadisnya dengan tatapan memuja.
Jungkook semakin tersipu mendengar pujian kekasihnya. Pipi gembilnya bersemu. Sempurna sudah ia seperti remaja yang sedang dimabuk cinta.
Jungkook teringat sesuatu. Ia merogoh balik baju besarnya, mengeluarkan sebuah botol.
"Minumlah, Tae. Sini aku bantu." Dengan tangkas Jungkook membantu tubuh Taehyung yang masih lemah agar bersandar di pundaknya. Pelan dan hati-hati lengannya menyangga kepala Taehyung agar tidak mengenai luka-luka Taehyung. Ia mengerahkan ujung botol itu ke mulut kekasihnya.
Taehyung memejamkan mata begitu air mengaliri kerongkongannya, nikmat sekali. Terakhir kali ia minum siang tadi sebelum ia melaksanakan hukuman sialan yang menderanya.
Jungkook sudah akan melepaskan Taehyung saat tangan kekasihnya menahan gerakannya.
"Jangan beranjak. Begini saja. Aku lebih suka bersandar di dekapanmu daripada bersandar di patung batu yang kasar ini." Kata Taehyung.
Jungkook diam, tidak jadi melepaskan kekasihnya.
Taehyung menatapi gadisnya. Tangan besarnya menggenggam tangan Jungkook lalu membawanya ke depan muka. Dan membawanya ke dalam ciuman-ciuman kecil dari bibirnya. Tangan kekasihnya sangat halus, berbeda dengannya yang sangat kasar dengan belasan baret luka di punggung tangan. Ia dulu tidak menyangka jari-jari indah dan lentik ini akan menjadi miliknya. Jari yang senantiasa pas ia genggam dan yang selalu repot merawatnya disaat-saat seperti ini, sakit dan penuh luka.
Hangat. Ciuman dari bibir Taehyung hangat menerpa permukaan kulit tangan Jungkook, membuat dadanya yang menjadi tumpuan Taehyung berdesir halus.
"Maaf aku telah membuatmu melewati Pagoda Lima Tingkat, Tae." Kata Jungkook memecah keheningan. Ia menatap kekasihnya penuh penghargaan.
Taehyung tersenyum riang dengan luka biru di ujung bibirnya, " Tidak apa-apa, sayang. Aku sudah terbiasa dihukum. Tidak sepertimu yang cerdas dan penurut."
"Seharusnya kau tidak perlu mencuri Liontin Permaisuri di Ruang Pusaka itu, Tae."
"Ssstt… Jangan keras-keras. Celaka jika nanti ada seseorang yang mendengarmu menyebut-nyebut liontin itu," ia memasang telunjuk di depan bibir. Mata awas Taehyung melirik kiri kanan, memastikan tidak orang yang mendengar mereka, "dan kau tidak ingin kita ketahuan, kan?"
Jungkook menepuk dahi. Ia sungguh lupa, "Ah, maaf. Aku akan bicara hati-hati."
"Malam ini sangat indah, Kook." Ujar Taehyung setelah jeda beberapa saat di antara mereka yang dibalas anggukan kekasihnya. Jungkook setuju.
Ini adalah malam indah kesekian di kaki Gunung Geumo, tapi bagi mereka, yang telah mendapat luka lebam habis-habisan dan Jungkook yang mencemaskan Taehyung sepanjang hari, maka malam itu tetap lebih indah. Hanya dengan Taehyung yang bersandar lemah, dan Jungkook yang memeluk kekasihnya hangat.
"Aku mencintaimu, Kook."
"Aku juga."
"Tapi aku lebih."
Jungkook semakin melesakkan kepalanya ke ceruk leher Taehyung.
Dan Taehyung yang menggenggam tangan Jungkook semakin erat.
TBC
Halo,
Cuma mau ngingetin. Ini GS ya, dan ANGST. Kalo suka Alhamdulillah, kalo tida suka mending cabut aja hehe.
TERIMA KASIH.
Semoga kalian suka,
ED.
