Dislaimer : Harry Potter dkk bukan milikku, tapi milik dai J. K. Rowlings
Warning : Slash, Fluff, Possessive! Harry, Au, ooc, Post war, twoshot
Pairing : DMHP, BZSF, other
AN : Hmm... aku mulai tertarik bikin oneshot, tapi yang ini adalah twoshot. nggak tahu gimana tanggapan kalian setelah membacanya, selamat membaca aja!
EMERALD KITTEN
by
Sky
Harry benar-benar merasa sangat marah, ia ingin memukul sesuatu dan menyakiti seseorang sampai apa yang menyebabkan dirinya marah itu benar-benar hilang. Mata emeraldnya berkilat, seperti api dari mantra Avadra yang siap menyerang siapa saja, sangat berkilat sampai beberapa orang yang duduk di meja asrama Gryffindor merasa was-was kalau saja Harry meledak secara tiba-tiba. Bahkan sahabat baiknya, Ron Weasley, yang berada di sampingnya dan terbiasa dengan mood Harry yang sering berubah-ubah saja sampai berkeringat dingin karena sikap aneh Harry yang seperti ini. Ron tidak pernah melihat Harry semurka ini dan siap membunh siapapun, bahkan saat duel terakhir melawan Voldemort aka pangeran kegelapan aka wajah ular aka Moldy voldy setahun yang lalu saja tidak semarah ini. Dan lihatlah dia sekarang! Harry James Potter, The-Boy-Who-Lived-Again-Twice, terlihat akan meledak kapanpun juga dan menjanjikan Avada Kedavra pada orang itu.
Sebenarnya apa yang membuat Harry semarah itu?
Jawabannya sangat sederhana, yaitu Astoria Grenggrass. Gadis Slytherin yang berada di tingkat ketujuh (Harry dan teman seangkatannya berada di tingkat kedelapan karena pada tingkat ketujuh mereka tidak bias menerima pelajaran secara maksimal akibat perang) itu tidak bisa menjaga kedua tangan kotornya untuk dirinya sendiri, dia dengan lancang menyentuh apa yang menjadi milik Harry tanpa izin dari Harry (dan Harry tidak akan pernah memberinya Izin). Harry terus-terusan memberi glare kepada gadis itu, mata emeraldnya yang terlihat sangat tajam tanpa kacamata yang dulu sering ia gunakan (Harry telah menggunakan sihir untuk memperbaiki penglihatannya) itu menjanjikan kesakitan yang amat pedih kepada Astoria, sayangnya gadis itu tetap tanpa malu menyentuh apa yang menjadi milik Harry.
Ya… milik Harry dalam artian lain adalah kekasihnya, kekasih Harry sejak dua tahun belakangan ini tidak lain dan tidak bukan adalah Draconis Alexander Malfoy sendiri: putra dari tangan kanan Voldemort yang bernama Lucius Malfoy, pewaris dari semua harta kekayaan keluarga Malfoy (menjadikan Draco orang terkaya di Inggris), Pangeran Slytherin, The Hottest Bachelor and beautiful people this year versi Witch Weekly (yang kedua ditempati oleh Harry sendiri), The Hogwarts Sex God, dan julukan Draco yang terpenting bagi Harry sendiri adalah: The Loving- Gorgeous- Confidant- Best Lover yang pernah Harry miliki. Dan tentu saja Harry tidak akan pernah melepaskan Draco demi apapun.
Harry bukan orang yang possessive! Bukan… er… ok, dia memang orang yang sangat possessive kepada kekasihnya dan gampang cemburuan, tapi ia selalu punya alasan yang bagus dan salah satunya adalah karena Possessive itu adalah Gryffindor Nature. Tapi setidaknya Draco tidak pernah mengeluh mengenai masalah itu, ia sangat menyukai Harry yang seperti ini karena menurutnya Harry Potter sangat seksi bila ia sedang marah. Jadi, ketika Astoria Grenggrass yang juga mantan tunangan dari Draco mulai membenamkan cakarnya pada Draco, Harry pun langsung bertindak. Ia ingin memukul gadis itu kalau saja bukan sepasang tangan erat dari kedua sahabatnya memeganginya untuk tetap berada di tempat.
"Harry, apa kau sama sekali tidak berlebihan bersikap seperti ini?" Tanya Ron, sedikit takut pada mood Harry yang seperti itu.
"Siapa yang berlebihan, Ron!" Gertak Harry, dia melepaskan kedua tangannya dari mereka berdua dan terus-terusan melemparkan glare pada Astoria. Harry menggeretakkan giginya dan mencoba untuk tidak membunuh Grenggrass saat gadis itu membelai bahu Draco dengan begitu sensual atau caranya menempelkan dadanya pada lengan kekasihnya, untungnya Draco sama sekali tidak terpengaruh oleh cara Astoria yang mencoba untuk menggodanya atau pakaian ketat yang dikenakkan oleh Astoria. "Kurang ajar, aku akan mematahkan leher wanita jalang itu supaya dia tidak mendekati Draco-'ku' lagi!"
Hermione yang duduk di samping Harry hanya memutar bola matanya melihat kelakuan Harry yang mirip seekor singa, seekor singa yang mencoba untuk menjaga daerah kekuasaannya dari singa lainnya.
"Kau terlalu berlebihan, Harry. Setiap kali ada orang yang mendekati Draco, entah itu laki-laki atau perempuan kau selalu seperti ini." Kata Hermione.
"Itu karena mereka ingin merebut Draco dariku, 'Mione!" ujar Harry sedikit emosi.
"Oh, Please…. Kau terlalu berlebihan."
"Itu sama sekali tidak benar!" Protes Harry. Ia beralih kepada Ron, "Katakan, Ron, kalau aku tidak berlebihan seperti yang Hermione katakan!"
"Er… Sorry, Harry. Tapi aku setuju dengan 'Mione kali ini." Kata Ron, mau tidak mau ia harus setuju dengan kekasihnya atau Ron akan dalam masalah yang sangat besar. Hermione adalah wanita yang sangat menakutkan bila ia marah.
Hermione tersenyum puas.
"Sudahlah, Potter, kau tidak perlu terlalu cemas seperti itu. Draco tidak akan berpaling darimu." Ujar sebuah suara baritone yang tidak jauh dari Harry.
Harry memberikan glare kepada Zabini yang memberikan tatapan mencemooh kepada Harry seperti biasanya. Semenjak Zabini dan Seamus menjalin hubungan, murid Slytherin yang berkulit gelap itu bukan lagi hal yang aneh bila ia sering duduk di meja mereka untuk makan, atau Seamus yang berada di meja Slytherin. Dan yang lebih menyebalkan lagi, Zabini selalu terlihat mencemooh atau merendahkan Harry karena Zabini sendiri adalah sahabat terbaik Draco selain Pansy dan dia juga pernah menjadi kekasih Draco sebelum akhirnya berhubungan dengan Seamus, hal yang terakhir ini sering Zabini lemparkan di wajah Harry dan tidak pernah gagal untuk membuat pahlawan dari dunia sihir ingin menghajar Zabini sampai babak belur.
Harry benar-benar tidak menyukai Zabini, namun ia harus bisa menerimanya demi Draco dan Seamus.
"Draco itu seperti seekor panther, dia hot dan menyukai sex tapi ia tidak akan berpaling dari kekasihnya sendiri. Percayalah padaku, aku pernah mengalaminya sendiri." Ujar Zabini dengan seringai lebar di wajahnya. "Dia akan membuatmu untuk melupakan siapa namamu sendiri."
Kalau saja tatapan bisa membunuh, pasti baik Zabini dan Grenggrass akan mati terkapar saat itu juga.
"Blaise, jangan memanas-manasi Harry lagi. Aku tahu kalau Malfoy sangat Hot dan membuatmu kecanduan, tapi dia adalah masa lalumu dan saat ini kau denganku." Kata Seamus, dia mengerling pada Blaise.
"Tentu saja, My Sexy Irish. Aku senang karena kau pengertian." Balas Blaise sebelum mencium Seamus dan melakukan Snogging session saat itu juga.
"Merlin, jangan berciuman di tempat umum seperti itu! Orang lain datang ke sini ingin makan, bukannya ingin melihat kalian berdua bermesraan seperti itu!" teriak Ron, wajahnya berubah menjadi hijau dan sepertinya ingin muntah melihat Lovey-dopey seperti itu.
Harry menghiraukan teman-temannya, ia kembali focus pada objek yang diciptakan kekasihnya. Selama dua tahun ini Baik Draco maupun Harry tumbuh menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya dan keduanya membuat gambaran seperti sepasang kekasih yang sangat sempurna. Draco yang dari dulu telah mempunyai badan bagus, kini menjadi lebih seksi dengan otot-otot yang membuat siapapun ingin menititikkan air liur mereka, apalagi ditambah dengan seringai seksi yang mampu membuat siapapun merasa diri mereka begitu inferior bila melihatnya. Sebagai seorang Lord Malfoy ( Draco mendapat julukan itu setelah membunuh ayahnya dalam pertempuran setahun yang lalu), ia mempunyai aura yang yang begitu misterius dan sangat berbahaya di sekitarnya
Dalam artian lain dia benar-benar sempurna, dan terkadang hal itu sering membuat Harry bertanya-tanya apa yang Draco lihat dari diri Harry sehingga memilih Harry sebagai kekasihnya. Draco mempunyai tinggi tubuh sekitar 6'2 kaki, cukup tinggi dan melampaui tinggi Harry yang cuma 5'6 kaki. Banyak orang terutama para gadis mengatakan kalau Harry sangat imut, cantik dan seperti boneka dengan kulit tubuh berwarna kecoklatan, apalagi tubuhnya begitu langsing serta memiliki kurva tubuh yang mampu membuat para wanita marah karena cemburu ditambah lagi rambutnya yang hitam berantakan itu memberikan kesan ia baru mendapatkan 'sesuatu' yang sangat hebat. Dia cantik apalagi dengan sepasang mata emerald yang kini tidak ia tutupi dengan kacamata, tapi Harry merasa tidak begitu percaya diri dengan dirinya dan malah mengaggap dirinya jelek karena mempunyai banyak bekas luka di tubuhnya akibat perang tahun lalu. Dia dan Draco benar-benar berbeda, bagaikan langit dengan bumi. Bahkan kepribadian Harry sangat berlawanan dengan Draco, jadi Harry tidak heran bila suatu saat nanti Draco minta putus dengannya. Tapi sebelum itu terjadi, Harry tidak akan membiarkannya.
Serasa mendengar pemikiran Harry, Draco mengangkat wajahnya dan matanya bertemu dengan Harry. Remaja itu memberikan senyum manis kepadanya, wajahnya sedikit bercahaya saat Harry memberikan senyuman lebar sebagai balasan. Meskipun mereka telah bersama sejak dua tahun, efek senyuman dari Draco selalu tidak pernah gagal memberikan efek luar biasa pada tubuh Harry.
Astoria akan menyesal telah menantang Harry dalam permainan ini, dan Harry bukanlah tipe orang yang mudah menyerahkan sesuatu apalagi itu adalah sesuatu yang menjadi miliknya. Tenang saja, Harry akan membalas Astoria suatu saat nanti!
Sepanjang hari yang Harry bisa lakukan adalah menggerutu, di mana saja dan kapan saja. Waktu latihan Quidditch ia menggerutu, waktu mengerjakan PR ia juga menggerutu, bahkan pada pelajaran ramuan di mana professor Snape yang paling menyebalkan mengajar pun ia sempat-sempatnya menggerutu. Karena itulah di sini ia sekarang, berada di kelas ramuan menggosok kuali-kuali kotor bekas percobaan sebagai detensi dari Snape.
Meskipun tangan-tangannya sibuk menggosok kuali yang jumlahnya puluhan, Harry masih sempat-sempatnya menggerutu. Ia masih marah dengan murid-murid yang ada di Hogwarts, khususnya para murid perempuan. Mereka berani sekali melihat Draco seperti ingin memilikinya dan menelanjangi kekasihnya dengan mata pervert mereka apa mereka tidak tahu kalau Harry telah memberikan klaim pada satu-satunya Draco Malfoy yang ada di Hogwarts? Ugh… Harry kesal… kesal… dan kesal…. Harry tidak keberatan kalau kekasihnya adalah seseorang yang sangat tampan dan seksi, namun hal itu semua adalah untuk Harry seorang dan bukan untuk lainnya. Apa yang harus ia lakukan agar mereka tidak melihat Draco seperti itu lagi? Apa perlu Harry harus berhubungan seks dengan Draco di hadapan mereka?
Harry berhenti sejenak memikirkan ide itu, wajahnya memerah karena malu namun juga memerah karena marah pada saat yang sama.
"Bagaimana mungkin aku bisa punya ide seperti itu! Merlin, aku benar-benar sakit." Keluh Harry. "Oke, tadi adalah ide yang buruk, sangat buruk!"
Harry melihat pekerjaannya lagi, ia masih mempunyai 24 kuali kotor lagi yang perlu digosok, namun ia sudah tidak kuat lagi karena capek.
"Snape sialan, mentang-mentang professor ia bisa berbuat seenaknya seperti ini! Huh, kalau saja dunia terbalik pasti aku akan memberikan detensi lebih kejam dari ini padanya! Aku benci ramuan." Kata Harry dengan nada kesal, ia menggosok kuali yang tengah ia pegang dengan begitu keras.
Beberapa menit telah berlalu namun usaha yang Harry kerjakan untuk menggosok kuali benar-benar berjalan lambat, selama 15 menit saja ia masih mempunyai 18 kuali lagi yang perlu digosok sementara ia benar-benar kehabisan tenaga. Harry menghentikan pekerjaannya saat ia mendengar pintu ruang kelas ramuan terbuka, ia menoleh dari balik punggungnya untuk melihat siapa itu dan dalam hati seraya berdoa agar orang itu bukan Snape.
Harry bernafas lega karena doanya terkabul, namun…..
"Duduk bersimpu di atas lantai dengan kaus yang ketat, Mr. Potter! Apa kau sengaja membuatku merasa panas, hm…?" ujar orang itu dengan suara seksi yang mampu membuat Harry blushing seperti kepiting rebus, Harry menatap apa yang dikenakannya, kaus T-shirt yang dikenakannya begitu menempel pada tubuhnya karena keringat. Ia menelan ludah saat orang it uterus menatap sosoknya dengan mata tajamnya. "Yummy."
"Er…" Harry tertawa nervous, "Apa.. apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Harry, ia melupakan segala-galanya yang ada di sekitarnya.
"Melaksanakan tugas seperti biasanya, memberi hukuman pada anak nakal yang perlu untuk dihukum." Mata silver kebiruan milik orang itu menatap lekat kepada Harry yang mulai memerah, "Katakan padaku, Mr. Potter. Are you a naughty boy?"
Kali ini Harry benar-benar nervous, Harry melihat sosok kekasihnya itu dengan baik-baik. Draco berdiri tidak jauh dengannya dengan bersandar di serambi pintu, ia tidak mengenakan jubah sekolahnya namun ia masih mengenakan kemeja putih seragam yang bagian bawah tidak dimasukkan ke dalam celana hitam yang ia kenakan dengan dua buah kancing baju dari atas dibiarkan terbuka, Harry menelan ludah saat melihat dada Draco terlihat dari sana. Pemuda itu selalu terlihat seksi seperti biasanya, apalagi dengan seringai tipis yang ada di bibirnya dan kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Mata silver kebiruan milik Draco menjanjikan sesuatu yang…. Ugh… Harry merinding memikirkannya.
"Aku tidak tahu kalau The Golden Boy mempunyai pikiran nakal seperti itu." Ujar Draco, ia beranjak dari tempatnya berdiri tadi dan menghampiri Harry yang masih membatu di tempat.
"Hei, aku tidak mempunyai pikiran nakal, Dray…. Dan jangan panggil aku golden boy!" Protes Harry, ia memberikan glare pada Draco.
"Benarkah kau tidak punya?" ia membisikkan hal itu di telinga Harry dengan nada lirih, ia tersenyum puas saat merasakan Harry merinding. Draco melingkarkan tangan kanannya pada pinggang langsing milik Harry dan mendekatkan tubuh keduanya, ia juga mengendus leher milik kekasihnya dengan perlahan. "Aku bisa mengendus kebohongan darimu, Kitten! Apa aku perlu memberikan 'hukuman' padamu?"
"Draco!" protes Harry, wajahnya benar-benar merah karena itu. Ia meraskan Draco menciumi lehernya dan itu adalah sensasi yang sulit untuk dilupakan, membuat Harry sampai mendesah saat Draco menggigit lehernya, meninggalkan bekas merah di sana.
"Hush, kitten!" ujar Draco lembut, ia semakin erat memeluk Harry.
"Draco, aku sedang menjalani detensi… kita akan tamat kalau Snape tahu kita membuat kelasnya semakin 'kotor'." Ujar Harry, ia mencoba untuk berpikir lurus dan tidak terpengaruh oleh hembusan naas kekasihnya di belakang lehernya.
"Hmm… itu memang sebuah masalah, tapi membuat Snape marah adalah hal yang lebih menarik. Tidakkah kau ingin membalas dendam, 'Ry?" Tanya Draco, ia menuntun Harry ke salah satu kursi yang ada di sana. Ia mendudukkan Harry di atas pangkuannya dan tidak membiarkan anak laki-laki yang bertubuh lebih kecil darinya itu beranjak dari sana, dan sebenarnya Harry sama sekali tidak keberatan dengan posisi duduk mereka. Ia malah menyandarkan kepalanya pada bahu Draco.
"Detensiku akan bertambah semakin buruk. Snape sudah membenciku jadi aku tidak ingin menambahkannya lagi." Kata Harry.
"Lalu bagaimana denganku? Tidakkah aku akan mendapat hukuman?" Tanya Draco.
Harry menautkan jari tangan besar milik Draco dengan jari tangan yang lebih mungil miliknya, "Itu sangat mustahil kalau si brengsek Snape itu akan memberikan detensi padamu. Kau adalah murid kesayangannya, Dray…. (di sini Harry merasa jiijik), terlebih lagi kau ini ketua murid laki-laki, jadi akan sangat mustahil kalau Snape akan memberikan hukuman apapun padamu. Ini sama sekali tidak adil?" ujar Harry sambil membenamkan wajahnya pada leher Draco.
Draco tidak mengatakan apa-apa, ia hanya memberlai rambut hitam milik kekasihnya, ia sedikit simpati melihat Harry yang harus mengerjakan detensi sampai malam seperti ini. Mungkin ia harus berbicara kepada Severus untuk tidak berlebihan menekan Harry, perang sudah usai dan seharusnya professor pelajaran ramuan itu untuk mengambil masa santai sedikit saja, tapi sayangnya harapan Draco yang terakhir itu tidak akan terlaksana begitu saja. Perasaan tidak suka Snape kepada keluarga Potter memang mutual, tidak ada habisnya.
Ketua murid laki-laki itu memeluk Harry, ia membiarkan kekasihnya beristirahat di dalam pelukannya sebentar saja. Draco mengambil tongkat sihirnya dari dalam saku celananya, ia melambaikannya perlahan dan membuat sisa pekerjaan Harry selesai. Dengan ini tugas Harry sudah selesai, begitu pula dengan tugas Draco yang harus mengawasi Harry sebagai ketua murid.
"Ayo, Harry, buka mata indahmu itu. Kita pergi dari sini!" bujuk Draco membangunkan Harry yang mulai tertidur.
"Ngghh… tidak ingin, di sini nyaman…" ujar Harry, ia semakin membenamkan kepalanya pada dada Draco.
Draco tersenyum kecil melihat tingkah Harry yang seperti kucing, ia mencium kepala yang berambut hitam itu dengan pelan. "Apa kau tidak ingin pergi dari kelas ini, Kitten? Kita tidak ingin Severus salah paham lagi 'bukan?"
Harry mendongak untuk memberikan glare pada Draco, apa ia tidak tahu kalau Harry begitu lelah dan Draco sangat enak untuk dijadikan bantal… bantal yang hangat. Ia merengut pelan, namun Harry tidak bisa marah kepada Draco kalau pemuda itu mencium bibirnya dengan penuh nafsu seperti yang ia lakukan saat ini. Sudahkah Harry menyebutkan kalau Draco adalah seorang good kisser? Tidak heran kalau mereka yang lain selalu melihat Draco dengan penuh kekaguman seperti itu, Harry tidak akan keberatan bila Draco menciumnya seperti itu seumur hidupnya.
Harry merasa ingin protes saat Draco mengangkat bibirnya dari bibir Harry, "Nah, karena sekarang kau sudah bangun, bagaimana kalau sekarang kita pergi dari sini?" Tanya Draco dengan senyum kecil di wajahnya.
"Baiklah." Ujar Harry, masih kesal karena dibangunkan tidurnya tadi. Ia beranjak dari pangkuan Draco dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa pegal di tubuhnya. Harry senang saat melihat pekerjaannya sudah selesai, tidak salah lagi kalau Draco yang menyelesaikan semua ini meskipun ia menggunakan sihir. "Terima kasih, Dray."
"Sama-sama." Jawab Draco yang seraya berdiri dari kursinya, ia mencium pipi kiri Harry sebelum meletakkan jubahnya di atas bahu Harry, menjaga agar tubuh kecil kekasihnya tidak kedinginan.
Keduanya berjalan keluar dari ruang kelas milik professor Snape untuk menuju kamar Draco yang ada di menara timur. Sebagai ketua murid, baik Hermione maupun Draco memiliki kamar pribadi di Hogwarts, namun mereka berdua masih mempunyai ruang rekreasi bersama. Harry senang dengan ketentuan itu, dengan begitu ia bisa menghabiskan waktu bersama Draco tanpa ada yang mengganggu.
Saat memasuki ruangan rekreasi ketua murid, baik Harry maupun Draco menemukan Hermione tengah sibuk dengan pekerjaan rumahnya di sana. Gadis itu sibuk berkutat dengan buku di kanan kirinya dan pena bulu di tangan kanannya, menuliskan sesuatu di atas sebuah perkamen yang ada di hadapannya. Saat mendengar pintu gerbang terbuka, Hermione mendongak dan tidak heran bila ia melihat Harry berada di sana, temannya itu memang lebih sering menghabiskan waktunya bersama Lord muda Malfoy itu.
"Hermione, kau harus sedikit santai! Kau selalu tegang seperti itu." Ujar Harry, ia duduk di dekat Hermione, sementara Draco berjalan menuju dapur yang ada di sana.
"Bagaimana mungkin aku bisa santai, Harry! NEWT kita tinggal satu bulan lagi, aku ingin lulus dengan nilai yang bagus." Protes Hermione.
"Aku mengerti, tapi kau jangan memaksakan dirimu. Aku tidak ingin kau jatuh jatuh sakit karena terlalu memaksakan belajar seperti ini." Kata Harry, ia khawatir pada temannya itu.
Hermione memberikan senyuman kecil pada Harry, "Aku senang kau peduli, Harry… tapi tahun ini adalah kesempatan terakhir kita karena tahun lalu kita sibuk untuk menyiapkan perang menghadapi Voldemort, aku tidak ingin gagal pada tahun ini."
Harry tidak bisa berkomentar lagi, "Thanks." Ujarnya pada Draco yang menyodorkannya segelas teh hangat padanya, ia menyeruput teh hangat itu.
"Yang Harry katakan itu ada benarnya juga, Granger. Kalau kau terlalu berlebihan, kau akan jatuh sakit dan kalau kau sakit maka artinya kau tidak akan bisa belajar, lalu kalau kau tidak bisa belajar maka artinya kau akan gagal juga." Ujar Draco dengan senyuman penuh kemenangan di wajahnya, ia senang sekali membuat gadis itu naik pitam.
Hermione memberikan glare kepada Draco, 'Terima kasih akan saran yang tidak masuk akal, Malfoy!" ujar Hermione sarkatis.
"Tentu saja." Jawab Draco dengan senyumannya. Ia kembali menatap Harry yang mulai menguap.
"Harry, kalau kau lelah sebaiknya kau segera istirahat." Kata Hermione.
Harry mengangguk dan berdiri dari sofa empuk itu, Draco menuntunnya masuk ke dalam kamar tidurnya. Pemuda itu membiarkan Harry mengganti bajunya dengan piama sebelum jatuh ke atas tempat tidur yang empuk itu, Draco tersenyum melihat tingkah laku Harry. Ia mnenyelimuti Harry dengan selimut yang ada di sana dan mencium keningnya, "Apa yang terjadi denganmu hari ini, Harry?" Tanya Draco lirih.
"Aku.. aku tidak suka bila ada orang lain yang menyentuhmu." Jawab Harry singkat sebelum tertidur pulas, ia tidak sadar telah mengatakannya.
Draco tersenyum kecil, "Hmm… kau begitu possessive, Kitten." Ujarnya kecil, ia beranjak dari sana karena ia mempunyai patroli yang harus ia lakukan. Menjadi seorang ketua murid itu ternyata tidak mudah juga, ketika orang lain bisa tidur nyenyak saat ini, Draco harus berpatroli bersama Granger.
Bersambung
AN : Kurang satu episode lagi akan tamat, bagaimana pendapat kalian? Ini adalah fic pendek pertamaku. terima kasih sudah membaca, meskipun aku tahu kalian sedikit bingung membacanya atau menganggap fic-ku kurang bagus.
Author : Sky
