Time Machine
Author : Itsuka Akira
Disclaimer : I don't own this story... Tokoh bukan milik author dan bila ada kesamaan ide hanya kebetulan semata.. Terinspirasi dari lagu Time Machine – SNSD.
Copyright : Tokoh adalah milik sang pencipta, keluarga, dan SM Entertaiment...
Genre : Hurt/Comfort, Fantasy, Little AU
Casts : Mark Lee NCT, Lee Taeyong NCT, NCT Member and Other casts
Pairing : Lee Taeyong NCT x Mark Lee NCT (GS)
Rated : T
Summary : When memories come out like a Pandora box which opened, i can't control myself. Why can't i forget it for forever ? Why is it always in my heart ? Why ? Because one mistake and one regret, i can't bring it back. Can you give me time machine ?
Chapter 1 – One Mistake
Keringatnya bercucuran dengan deras. Demi Tuhan, sudah berjam-jam ia berlatih koreografi ini. Tak ada waktu lagi. Tinggal sebentar lagi. Dia tak punya waktu lagi. Jam dinding berdetik seolah menunjukkan waktunya tubuh ringkih itu istirahat. Mark Lee, pemuda yang kelelahan itu kini mendudukkan dirinya. Hatinya begitu sakit, bingung, entah apa. Jaemin, Na Jaemin, rekan setim di bawah pimpinannya yang seharusnya bisa ikut comeback di album ini kini harus kembali ditelan kekecewaan karena CEO SM Entertaiment lagi-lagi menghalangi jalannya comeback. Otaknya seakan mau meledak saat ini. Ia tak bisa membagi semuanya dengan membernya yang lain atau mereka akan ikut terseret dalam permainan CEO SM Entertaiment. Ingin ia menangis namun ia berada di kandang lawan. Ia akan terlihat lemah.
Jujur dalam hati, Mark menyesal mengikuti permainan sang CEO SM Entertaiment. Ia harus menulis pesan yang menyakiti semuanya. Ia menulis seven of us tapi semuanya berubah. Rumor di luar sana membua kepalanya semakin sakit dan serasa pecah. Demi Tuhan, Jaemin tetap timnya. Jaemin tetap sahabatnya sejak masa sebelum debut. SM benar-benar seperti menguji dirinya dan penggemar. Berulang kali ia mengendap-endap keluar dorm hanya untuk melihat kondisi Jaemin. Ia sengaja datang ke rumah Jaemin setiap malam untuk memantau kondisinya. Entah lelah atau apapun, setidaknya Mark bisa menemukan kelegaan setiap melihat senyuman manis Jaemin. Matanya ingin tertutup jika saja ia tak mendengar langkah kaki ke arahnya.
" Kau belum pulang, Mark ? " tanya sebuah suara yang selalu ia rindukan.
" Hansol-hyung ", seru Mark sebelum menubrukkan dirinya ke tubuh tinggi itu.
Seketika itu air matanya menetes. Usapan lembut tangan Hansol di kepalanya sudah lebih dari cukup menghilangkan semuanya. Meski tak semuanya bisa hilang.
" Sudahlah, jangan menangis. Aku tak bisa selalu di sampingmu. Aku tak bisa menghapus air mata yeodongsaeng kesayanganku ini. Unnie merasa bersalah jika kau seperti ini ", ujar Hansol sambil mengelus rambut Mark.
Lelehan air mata yang mengalir di pipi Mark terlihat begitu jelas ketika Mark mendongakkan kepalanya. Jujur Hansol ingin kembali pada saat ia bisa melindungi semua sahabatnya. Saat ia masih menjadi leader mereka semua. Saat ia dapat menentang keras CEO SM Entertaiment tanpa rasa takut karena ada Mark di sampingnya. Tangannya terus mengelus rambut Mark yang tak lagi hitam seperti dulu. Ia tahu setahun ini Mark terlalu dipaksakan bekerja. Mata rusanya berusaha memancarkan ketegaran.
" Apa yang sajangnim katakan ? " tanya Hansol berhati-hati.
Mark menggelengkan kepalanya.
" Baiklah kita pulang dulu. Kita bahas semuanya di jalan ".
Mark menganggukkan kepalanya. Memang tak biasa jika ia pergi bersama Mark terutama ketika status keduanya berbeda. Mark bukan lagi salah satu orang yang dipimpinnya. Ia sudah debut bukan lagi trainee seperti Hansol. Jujur memang ada perbedaan besar saat ia masih tergabung dengan SMRookies bersama teman-temannya dibanding dengan saat temannya debut kini. Mereka ibarat saling tak mengenal meski sering kali berpapasan. Jika saja ia tak terikat dengan Johnny, mungkin Hansol sudah mengemasi barangnya dan pulang ke Busan. Rumor semacam ini tak hanya menimpa Mark, Jaemin, namun juga dirinya. Rumor dirinya keluar dari SM bahkan membuat hubungannya dan Johnny merenggang. Terlalu banyak rumor yang beredar hingga satu sama lain tak saling mempercayai.
Hansol sempat membeli dua gelas kopi untuk dirinya dan Mark sebelum melajukan mobilnya ke arah dorm NCT. Ia memberikan kopinya pada Mark dan berhenti di tepi sungai Han.
" Apa yang sajangnim katakan ? "
Mark menghela napasnya. Terlalu berat. Ya memang terlalu berat mengungkapkannya.
" Jaeminnie tidak bisa melanjutkan langkahnya sebagai Dream. Sajangnim bilang menunggu bukanlah pilihan tepat. Sajangnim ingin mengeluarkan Jaemin. Aku bingung unnie ingin berbagi dengan siapa. Aku tak yakin bisa mengatakannya pada Sooman-seosaengnim sementara sajangnim selalu menekan seosaengnim ".
" Kau akan menyerah dan membiarkan sajangnim mempermainkan kita seperti mempermainkan EXO-sunbaenim atau F(x)-sunbaenim ? Sajangnim sudah bermain dengan banyak orang. TVXQ, Super Junior, Girls Generation, Shinee, F(x), EXO, Red Velvet dan kini ia ingin menyentuh NCT ? Andai aku berada di tengah kalian, aku akan melindungi kalian semua. Sajangnim sengaja membuat kita tak saling percaya, Mark ".
Mark meresap Americano yang Hansol belikan untuknya. Ya dirinya tak boleh kalah di dalam perang ini. Karena perang ini bukan hanya perang antara dirinya dan CEO SM namun perang antara dirinya yang melindungi NCT dengan CEO SM. Entah bagaimana perang ini akan berlanjut. Pemberitaan kalau NCT adalah anak kesayangan adalah hal bodoh yang Mark pernah dengar. Mereka tak lebih dari sapi perah. Mereka hanya dibentuk untuk meneguhkan SM di puncak popularitas sementara mereka bermimpi banyak hal yang tak pasti.
" Ya, aku takkan menyerah, unnie meski semua member NCT tak mempercayaiku lagi. Posisiku serba sulit. Aku bukan leader NCT seperti Taeyong-oppa. Aku bukan hyung tertua seperti Taeil-oppa atau hyung yang paling didengarkan seperti Johnny-oppa atau Doyoung-unnie. Aku penengah antara hyung-line dan maknae-line. Aku tak ingin mereka terlibat perang kita. Cukup kita berdua yang babak belur namun mereka tetap aman ".
" Mark, kau tahu persamaan kita dan sajangnim ? "
" Huh ? "
Hansol tersenyum. Matanya menerawang. Menerawang pada saat dirinya masih bersama Johnny dan yang lainnya.
" Kita sama-sama egois ".
Mark terdiam. Ia mengenggam cangkir kertas itu sedikit kuat. Egois ? Mark dan Hansol egois ?
" Aku menyadarinya ketika aku merenung seharian di kamar. Kita egois karena kita mengorbankan diri kita tanpa seorang pun tahu kalau kita berperang dengan sajangnim demi orang yang kita cintai. Kita tak peduli terluka parah atau apapun. Ya kita tak peduli asalkan mereka, NCT tetap tersenyum meski berat. Sajangnim egois karena menggunakan cara yang selalu kita benci untuk mempermainkan kita seakan kita adalah pion caturnya. Sajangnim ingin mempertahankan SM dan kekuasaannya di SM dengan cara yang salah ".
" Ya, unnie. Kau benar. Kau selalu benar ".
" Andai kita bisa menentukan nasib kita, Mark. Maksudku, kita bebas memilih bagaimana jalan kita di NCT tanpa membuat antar member merasa cemburu atau hal yang lain ".
" Itu juga mimpiku, unnie ".
Tit tit tit. Bunyi alarm membuat Mark tersenyum. Ini saatnya pulang. Jika tidak semuanya akan menanyakan kenapa ia tak terlihat di dorm. Hansol tersenyum dan menjalankan mobilnya menuju dorm NCT. Keduanya diam karena memang hanya dengan ini mereka bisa tenang untuk sementara. Hansol menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah yang menjadi tempat tinggal NCT. Matanya meredup. Apa Johnny masih mengingatnya ?
" Unnie, aku pulang dulu. Jika ada waktu, main-mainlah. Aku yakin semuanya kangen dengan unnie ", ujar Mark yang justru membuat Hansol sesak.
Sepanjang yang ia ingat hanya Ten, Doyoung, Johnny, Jaehyun dan Mark yang menyapanya. Hanya Mark yang benar-benar berusaha mencarinya saat rumor dirinya keluar dari SM sangat gencar diberitakan. Johnny bahkan tak seperti Mark. Benarkah mereka ingat ? Hansol yang tak ingin membuat Mark khawatir hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebelum ia pergi.
Mark melambaikan tangannya. Ia terkejut melihat semua member berada di ruang tamu dengan wajah keruh dan atmosfer yang tak nyaman. Mark memegang tasnya. Ini persis saat ia pertama kali datang dari Kanada. Memori yang sangat Mark ingin lupakan.
" Hyung, ada apa di sini ? " cicit Mark.
Semuanya memandang Mark dengan tatapan datar dan ekspresi yang Mark tak bisa baca. Jeno melemparkan kertas berisi pesan yang ditulisnya.
" Apa maksudnya six of us started, nuna ? Kita Dream dimulai dengan tujuh orang dan akan bersama dengan angka yang sama. Kenapa harus ada angka 6 ? " ujar Jeno.
Mark tersentak. Sajangnim, apa yang kau lakukan, batin Mark tak tenang.
" Kau leader dan yang tertua di antara para Dream. Kau yang selalu menyakinkan Jaemin akan kembali namun sekarang kenapa kau yang memulai membuang Jaemin dari NCT ? " kata Yuta dengan tajam.
" Ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Demi Tuhan, aku menulis seven of us tapi ketika perilisan ada yang mengubahnya ", sangkal Mark dengan suara bergetar.
Banyak yang tak percaya padanya termasuk Jaehyun, Johnny, Ten dan Doyoung yang biasanya membelanya. Demi Tuhan, Mark ingin melarikan diri dari sini. Ia teringat pandangan yang ia terima saat mengikuti HSR dan pertama kali ia tiba dari Kanada.
Tubuh Mark mulai bergetar. Panic disorder yang bertahun-tahun ia dapat tekan kini kembali lagi. Apa yang harus ia lakukan sementara obat yang sudah lama ia tak konsumsi kini habis. Mark mencengkram tali tasnya begitu keras
" Aku tak percaya padamu, Mark ", celetuk Winwin.
" Mark, kita NCT, selalu percaya padamu dan membiarkanmu mendapatkan apapun yang kau mau. Kau ikut HSR karena keinginanmu untuk belajar lebih banyak soal hip hop, kami membiarkannya. Kau ingin belajar lebih baik di rap dengan menginap beberapa hari di agensi salah satu mentormu di HSR, kami membiarkannya. Ini balasannya ? " ujar Taeyong.
Bukan. Bukan seperti yang kalian pikirkan, teriak Mark dalam batinnya.
" Mark, demi Tuhan, Kun mendapatkan kabar jika kau menginginkan debut dengan unit baru ? Apa itu benar ? " ujar Johnny dengan hati-hati.
" Tentu saja benar, hyung. Lihat wajahnya. Dia seperti maling yang tertangkap basah ", seru Donghyuck sambil menatap tajam Mark.
Mark menggelengkan kepalanya. Air matanya sudah jatuh.
" Kau leader, hilangkan keegoisanmu. Masih banyak yang butuh debut. Hansol, Kun, Jungwoo, Lucas. Jangan egois ", ujar Taeil.
Doyoung dan Jaehyun hanya diam saat mereka mendengar para member NCT satu per satu memojokkan Mark. Tidak ini bukan salah Mark. Mereka hanya salah paham, terlebih ini hanya kabar dari Kun dan beberapa trainee yang tergabung dalam SMRookies dan rumor yang beredar di luar sana. Ten memegang tangan Johnny dengan erat. Jujur ia takut dengan situasi ini.
" Apa yang kau inginkan, unnie ? Apa ? " tanya Jisung dengan frustasi.
" Unnie, kau berjanji akan menjaga kami. Apa itu semua bohong ? " tanya Chenle dengan sendu.
" Unnie, jujurlah. Apa yang kau inginkan dari NCT ? " kata Renjun.
" Kau ingin kami berada di tingkat ini saja ? Kau ingin menghancurkan NCT ? Dengar Mark. NCT adalah nyawaku. Jika kau akan menghancurkannya, keluar dari NCT. Kami tak butuh orang sepertimu. NCT tidak perlu orang yang egois ", ujar Taeyong.
Mata Mark melebar. Isakan yang harusnya berhasil ia tahan keluar. Mark berlari sepanjang tangga. Tak peduli ia akan terpeleset atau apapun. Ia menuju kamarnya dan menguncinya. Kamar ini hanya miliknya dan Jaemin. Ia naik ke atas ranjang di tingkat kedua. Air matanya terus turun dan ia terisak.
" Demi Tuhan, bukan itu yang sebenarnya. Kumohon jangan percaya pada sajangnim atau apapun itu. Aku berperang demi kalian. Kumohon percayalah meski aku tak bisa berkata apa-apa. Kumohon ".
Jaehyun menutup matanya. Harusnya ia bisa mengendalikan situasi. Tidak, situasinya terlalu panas. Tak ada yang percaya Mark selain dirinya, Doyoung, Ten dan Johnny.
" Kalian puas ? Kalian lihat seperti apa Mark kini ? Kita keluarga. Bukan itu yang selalu, Taeyong-hyung katakan ? Kenapa kita malah menyakiti Mark ? " ujar Jaehyun sambil menunjuk Taeyong.
" Menyakiti ? Jangan gunakan perasaanmu di sini. Aku tahu kau bahkan masih mengharapkan Mark ", balas Taeyong.
" Hah ? Kau cemburu ? Ya, aku masih memiliki perasaan pada Mark ", jawab Jaehyun yang membuat Doyoung kaget.
Jadi apa artinya diriku, Jaehyun, batin Doyoung.
Semua terdiam. Ini kebenaran yang tak pernah Jaehyun ceritakan selama ini. Ya, masih terlalu banyak rahasia antar mereka.
" Sudah cukup. Aku mendengar semuanya. Kalian tahu para trainee SM menertawai kita. Kita dianggap produk gagal. Kalian tahu. Mark terlalu egois. Menginginkan debut berulang kali. Kau tahu kenapa kau, Johnny tidak segera debut, itu karena Mark meminta ia debut dengan NCT 127 pada sajangnim. Kau tahu Doyoung, meski skillmu di atas rata-rata kenapa kau tak bisa debut di NCT 127, karena Mark berbicara pada sajangnim saat itu. Kau, Ten, saat kau cedera beberapa bulan lalu, apa Mark mengunjungimu ? Tidak, ia sibuk dengan teman rappernya. Hansol, Jungwoo, Kun, Lucas, tidak debut salah siapa ? Aku cukup muak dengan ini. Saat para trainee menertawai kita, kalian tahu Mark hanya diam saat aku melihat itu. Kalian tahu bahkan ia bisa saja menjadi member EXO dulu jika saja saat itu ia tak melihat Johnny. Aku yakin bahkan jika ia keluar NCT, ia akan menjadi member EXO. Ia orang terlicik yang pernah kulihat ", ujar Yuta berapi-api.
Johnny terdiam. Ia cukup sensitif dengan kata EXO. Doyong sendiri mengigit bibirnya.
" Yuta ", teriak Jaehyun.
" Yuta ? Memangnya kau lahir kapan hah ? Beraninya ", ujar Yuta sambil mendorong Jaehyun.
" Hentikan ! " teriak Taeil.
Jaehyun melepaskan cengkramannya pada kerah baju Yuta dan mendorong Yuta. Ia hampir saja melepaskan tinjuannya pada Yuta jika saja Doyoung tidak menahan tangannya.
" Bagus. Ragulah sepanjang dan sebanyak yang kalian mau. Jangan pernah menyesal saat Mark bukan lagi bagian dari NCT. Saat itu terjadi, NCT bukan lagi NCT karena Mark adalah pondasi kita yang masih bertahan setelah Hansol-nuna pergi. Tak peduli Taeyong-hyung, Johnny-hyung, Taeil-hyung adalah pilar, tanpa pondasi, sebuah bangunan akan rubuh atau walaupun ia masih berdiri, ia takkan sama. Saat itu tiba, Yuta-hyung yang akan kuberi perhitungan ".
Jaehyun menatap satu persatu membernya dengan tatapan tajam sebelum ia pergi. Doyoung terdiam namun sedetik kemudian menyusul langkah Jaehyun ke kamarnya, Johnny dan Jaehyun. Ten sendiri menghempaskan tangan Taeil. Ia tak percaya semua menghakimi Mark. Ia pergi dari dorm entah kemana. Yang terdengar hanya deruman motor yang Ten kendarai.
" Mereka selalu membela, Mark ", celetuk Yuta.
Johnny sendiri menggelengkan kepalanya. Ia memutuskan mendinginkan kepala dengan pergi ke lantai atas. Ia mendengar Mark terisak dan hatinya sungguh teriris. Ingin ia meminum obat tidur agar tak lagi mendengar semua perdebatan yang menyesakkan ini. Di lantai bawah, semua member berlomba menyalahkan Mark. Hal ini berawal dari Kun yang berkunjung di dorm NCT dan mengatakan semuanya. Entah Johnny harus percaya pada siapa.
" Hansol-nuna, seandainya kau ada di sini, kau pasti bisa mengendalikan amarah mereka semua dan masalah selesai dengan cepat. Maafkan aku, gagal menjadi hyung tertua dan membuat mereka tenang. Apa yang harus kulakukan, Hansol-nuna ? " ujar Johnny sambil menyandarkan kepalanya di depan pintu kamar Mark.
Tangisan Mark dapat ia dengar jelas dari sini. Mungkin Hansol akan membunuhnya jika melihat adik kesayangannya tersakiti seperti ini. Ya, seandainya Hansol ada di sini. Ia mengenal Mark sebelum Mark bertemu dan mengenal member yang lainnya. Mark terlalu jujur dengan semua hal bahkan ia tak bisa berbohong. Siapa yang harus dipercaya membuat kepala Johnny terasa sakit. Malam itu, Doyoung mengelus kepala Jaehyun yang berada di ranjangnya. Harusnya ia segera tidur di ranjang sebelahnya namun ia membiarkan Jaehyun tenang.
Lelaki kelahiran 1997 itu menangis ketika semuanya menyalahkan Mark. Hanya karena sebuah kalimat, semua member seakan-akan memandang Mark sebagai penjahat di sini. Hatinya terlalu sesak, bahkan ia berbohong kalau masih memendam perasaan pada gadis Kanada itu. Mark baginya kini tak lebih dari seorang adik.
" Yuta-oppa benar-benar keterlaluan. Harusnya ia tak membentak Mark seperti itu. Mark pasti sangat ketakutan saat ini ", ujar Doyoung sambil menahan tangisnya.
Tes. Setetes air mata jatuh tepat di wajah Jaehyun. Jaehyun mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Doyoung.
" Maafkan aku. Aku tak bisa membela Mark seperti yang diinginkan Hansol-nuna. Harusnya aku tetap membela Mark hingga akhir. Aku perlu memukul Yuta-hyung agar ia sedikit sadar. Dia sudah melukai nuna dengan meninggalkan nuna demi Winwin dan kini ia ingin menyakiti Mark ", ujar Jaehyun marah.
" Api tak bisa dilawan dengan api. Api hanya bisa dilawan dengan air. Bukankah begitu kata Mark dan Hansol-unnie ? "
" Ne, nuna. Apa yang harus kita lakukan ? "
" Tutupi dulu semuanya dari manager-oppa. Manager-oppa akan menghukum kita jika kita bertengkar di depannya. Sebisa mungkin kita selesaikan ini sendiri. Jika semua tak bisa diselesaikan, kita minta bantuan manager-oppa atau Sooman-seosaengnim ".
Jaehyun menghela napasnya. Andai ia bisa. Matanya menerawang.
" Seandainya Yuta-hyung tetap melakukannya, aku mohon izinmu untuk memukulnya. Aku selama ini menahan semuanya karena nuna. Nuna, sejujurnya, aku hanya menganggap Mark sebagai adik kini. Ya, hanya adik ".
" Ara. Kau punya kebiasaan mengucapkan hal yang sembarangan jika marah. Tidurlah, kita punya jadwal latihan besok ", ujar Doyoung sambil tersenyum.
Harusnya aku mengerti dirimu lebih dalam, Jaehyun. Maafkan aku berprasangka buruk padamu, batin Doyoung.
Doyoung turun dari ranjang Jaehyun dan kembali ke ranjangnya. Johnny belum kembali. Ten pun tak mungkin kembali malam ini. Ia selalu menghilang entah kemana. Doyoung dan Jaehyun mencoba menutup matanya meski hati mereka berdua tak tenang. Johnny sendiri memutuskan pergi ke sebuah kedai soju yang berada tak jauh dari dorm NCT. Terkadang ia mengunjunginya jika sedang ada masalah. Hanya manager dan dirinya yang tahu tempat ini bahkan pemiliknya menganggapnya sebagai anaknya. Ucapan selamat datang dari dua orang paruh baya yang selalu membuat senyuman Johnny dapat terbit. Keduanya menemani Johnny minum meski mereka tahu Johnny harusnya tidak minum saat seperti ini.
Malam semakin larut saat sebuah mobil berhenti di depan kedai soju itu. Seorang gadis berambut hitam yang dipotong sangat pendek keluar dari mobilnya dan menyapa kedua pasangan yang sedang memegangi Johnny yang sedang mabuk berat.
" Maaf membuatmu harus kerepotan, Hannie ", ujar istri dari pemilik kedai itu.
Gadis itu tersenyum tipis.
" Tak apa, ahjumma. Sudah tugasku sebagai tunangannya. Tolong antarkan Johnny ke dalam mobilku ".
Setelah memastikan Johnny aman dengan seatbeltnya, gadis itu menurunkan kaca jendelanya.
" Terima kasih, ahjumma. Aku pergi dulu ".
" Ne, Hannie. Hati-hati di jalan ".
Gadis itu segera melajukan mobilnya setelah memastikan situasi benar-benar aman. Sepanjang perjalanan, gadis itu melirik ke arah Johnny yang tertidur karena mabuk.
" Kau lebih kurus, John. Apa debut begitu sulit ? John, bagaimana keadaan dorm ? Aku tak bisa memantau kalian. Aku tak bisa menasehati kalian seperti dulu lagi. Aku tak bisa memastikan kalian semua bahagia. Terlalu banyak yang berubah, ne ? "
Tak ada jawaban dari Johnny. Hanya dengkuran keras dari pemuda bermarga Seo itu. Gadis itu tersenyum miris melihat Johnny tak lagi memakai cincin pertunangan mereka. Begitu melihat rumahnya dekat, gadis itu menekan remote kecil setelah menjulurkan tangannya keluar. Pintu gerbang rumah mewah di kawasan Mapo-gu itu terbuka dan langsung tertutup begitu mobil gadis itu meluncur ke dalam halaman rumah. Gadis itu membuka pintu mobil dan membawa Johnny ke dalam rumahnya. Tepat saat gadis itu membuka pintu, seorang pria terlihat sambil menatap ke arah Johnny yang tidak sadar. Pria itu menghela napasnya.
" Hanhee, ada apa dengan Johnny ? "
" Hankyu-oppa. Dia mabuk. Mungkin masalah NCT ".
" Biar oppa bantu Johnny tidur di kamarnya. Dia terlihat stress ".
" Ne, oppa ".
Beruntung kamar Hanhee berada di lantai 1 dan bersebelahan dengan kamar Johnny. Johnny bergumam nama Hansol berluang kali. Hankyu membantu melepas sepatu Johnny dan mengganti bajunya setelah membersihkan tubuh Johnny dengan air hangat. Hanhee melihat Johnny dengan tatapan miris. Hubungan mereka merenggang setelah rumor itu.
Hankyu tersenyum melihat Hanhee dengan sabar merawat Johnny hingga napasnya lebih teratur. Ia membiarkan Hanhee setelah sang istri masuk dengan kotak obatnya.
" Kau memikirkan apa, Hannie ? " tanya istri Hankyu, Seohye lembut sambil mengusap kepala Hanhee yang termenung.
" NCT, unnie ".
Seohye menghela napasnya. Selalu masalah yang sama meski akhir-akhir ini masalah itu jarang dibicarakan sejak Hanhee kembali ke rumah mereka karena tak betah dengan kondisi dorm SMRookies. Wanita itu tahu betapa kerasnya Hanhee berjuang demi debut bahkan rela memakai nama almarhum kakaknya, Hansol.
" Semua akan baik-baik saja, Ji Hanhee. Aku yakin Tuhan akan memberikan jalan agar kau dapat kembali menjaga NCT seperti cita-citamu. Mark dan dirimu sudah berusaha sebaik mungkin. Tuhan tidak tidur dengan semua itu. Jja, pergi tidur setelah memberikan plester kompres ini. Aku yakin Johnny akan baik-baik saja ".
Hanhee atau Hansol tersenyum tipis ketika melihat Seohye keluar. Dengan lembut, Hansol memasangkan plester kompres pada dahi Johnny dan mengecup ringan dahi pemuda Chicago yang sudah membawa lari hatinya itu. Setelah membisikkan good night, Hansol keluar dan masuk ke dalam kamarnya. Beban hatinya makin berat dan ia tahu pasti Mark lebih berat lagi bebannya. Ia melihat ponselnya sebelum tidur. Terlihat pesan kakaotalk dari Johnny tepat sebelum ia menjemput Johnny. Saranghae. Kata singkat yang mampu menerbitkan senyum Hansol berulang kali. Setidaknya malam Hansol lebih berwarna. Lain hal dengan Hansol, Ten justru terlihat bermuka murung di dorm Blackpink. Lisa, sahabatnya terus menenangkan Ten meski wajah murung Ten tak berubah. Jisoo sengaja membiarkan Lisa menenangkan Ten dengan cara melihat film horor meski Jenny dan Rose berteriak berulang kali. Bahkan film horor Conjuring 1 dan 2 yang sedari tadi dilihat tak mampu mengubah ekspresi Ten.
Begitu film selesai, Rose langsung mengubah saluran televisinya. Benar-benar menakutkan, terlebih ia tidur sendirian. Jisoo memberikan coklat hangat buatannya pada Ten. Wajah yang biasanya tersenyum ceria itu kini terlihat murung.
" Tennie-unnie, cerialah ", ujar Lisa yang sedari tadi berusaha membuat Ten tersenyum.
Gelengan kepala Ten berhasil membuat Jenny tahu ada masalah di dorm sampai Ten kemari.
" Sebenarnya aku ingin ke dorm GOT7 tapi aku malas dengan kecerewetan Bambam. Aku mau ke dorm CLC, kau tahu sendiri aku tak terlalu dekat dengan Sorn dan mau ke dorm 2PM, aku yakin Nickhun-oppa takkan ada. Akhirnya aku kemari. Maaf ya kalau membuat dorm kalian ramai ", ujar Ten sambil bermuka murung.
Tunggu, Ten meminta maaf berarti ada sesuatu yang sangat serius. Semalaman Ten menceritakan masalah di dormnya meski sesekali Ten terkantuk-kantuk. Dalam hati, Jisoo dan kawan-kawannya bersyukur Ten mau bercerita meski akhirnya mereka tak tidur. Jisoo tersenyum ketika Lisa memeluk Ten ketika kembali ke kamarnya.
" Unnie ", panggil Rose.
" Ne ? "
" Apa kita tak bisa membantu Ten ? Aku sudah mengganggapnya sebagai unnieku ".
Jisoo hanya tersenyum dan menyuruh Rose kembali ke kamarnya. Mereka cukup dekat dengan Ten dan Mark meski di luar mereka berpura-pura tidak mengenal satu sama lain. Tak ada yang berubah setelah seminggu dari kejadian itu. Ten masih sering pergi ke dorm Blackpink dan Johnny lebih memilih diam. Tak ada lagi suasana ceria dan penuh keramaian yang biasa terasa di dorm NCT. Bahkan manager NCT, manager Kim terheran-heran dengan situasi ini. Persis saat Hansol dikabarkan keluar dari SM. Tak ada canda tawa yang biasanya membuat manager Kim rindu dengan NCT. Mark pun yang biasanya tertawa lepas kini bahkan hanya terdiam dan duduk berjauhan dari membernya. Terkadang ia tak melihat Johnny atau Ten di dorm atau apapun yang terlihat aneh. Jaehyun terkadang memilih pulang ke rumahnya dan Doyoung lebih banyak di apartemen oppanya, Gongmyung. Tetapi Mark ? Dia tetap di dorm. Beberapa kali manager Kim memergoki Mark menelan obat anti depresi. Ia kebingungan dengan situasi ini.
Sama seperti hari biasanya, NCT Dream yang bersiap comeback terus latihan. Terlihat sekali perbedaannya dengan comeback sebelumnya. Mark duduk di sudut ruangan seakan tak ikut berada di ruangan itu. Terkadang saat istirahat, Mark menuju atap SM sambil berdiam setengah jam di sana sebelum ia kembali latihan. Pola makannya makin tak teratur. Terkadang terdengar tangisan lirih dari kamar Mark dan Jaemin yang sering didengar Johnny, Jaehyun, Doyoung dan Ten. Jaemin yang biasanya selalu dikunjungi Mark terlihat bingung melihat Mark tak mengunjunginya beberapa hari ini. Jaemin cukup terkejut melihat isi pesan Mark pada penggemar dan telpon, sms, bahkan chat tak pernah Mark balas. Gadis Kanada itu serasa menghilang. Gosip mengenai Mark yang sangat dekat dengan CEO SM hingga semua keinginan Mark akan dituruti oleh pimpinan tertinggi di SM itu semakin membuat Mark jauh dari membernya.
Pandangan gadis Kanada itu makin meredup hingga kadang tak sadarkan diri saat di kamarnya. Mark terus berlatih dan berlatih tanpa peduli tubuhnya akan ambruk. Berkali-kali Mark menyeka darah yang keluar dari hidungnya. Ini kesekian kalinya di hari ini.
" Mark, kau dipanggil sajangnim ", ujar seorang staff SM yang membuahkan decihan dari para member NCT Dream.
Mark menganggukkan kepalanya. Ia mengikuti staff itu setelah memberi waktu istirahat pada membernya. Kadang sapaan kaget melihat wajah Mark yang makin pucat hanya membuahkan senyum tipis dan gelengan dari Mark. Staff itu membiarkan Mark masuk ke dalam ruang CEO SM seorang diri. Kekehan penuh kemenangan terasa berdengung di telinga Mark.
" Wah, wah baru perang seperti ini, kau sudah seperti mayat hidup ", ujar CEO SM dengan cara yang menyebalkan.
Mark tak menjawab. Ia memijat pelipisnya sedikit. Matanya seperti berkunang dan kepalanya serasa dipukul oleh palu.
" Baiklah, kutawarkan kesepakatan. Aku akan melepaskan NCT dan mengembalikan Ten, Jaemin dan Hansol ke NCT dengan satu syarat. Kau yakin tak ingin tahu ? "
Mark tetap tak bergeming. Napasnya perlahan melemah namun sedetik kemudian lebih cepat. Di tengah kondisi Mark yang tak stabil, CEO SM tetap menawarkan kesepakatannya. Akal rasional Mark seperti menghilang. Di pikirannya hanya NCT, NCT dan NCT. Mark menandatangani berkas pengunduran dirinya dari NCT dengan sebelah tangan mencengkram kepala. Terlalu sakit hingga ia yakin darah di hidungnya mengalir. Ia terpejam sebelum akhirnya jatuh pingsan di lengan Cho Kyuhyun yang masuk tanpa mengetuk pintunya. Kyuhyun menatap tajam pada CEO yang selalu ingin ia bunuh itu.
" Wah, wah, lawanku yang lain datang. Apa kabar, Kyuhyun-agasshi ? "
Kyuhyun segera memposisikan Mark di punggungnya dan membawanya keluar. Seorang wanita cantik dengan wajah khawatir menunggu Kyuhyun di depan pintu. Tawa penuh kemenangan dari CEO SM itu benar-benar membuat Kyuhyun ingin mengarahkan pistol dan menembakkannya di dekat pelipis CEO SM. Wanita itu tetap diam di samping Kyuhyun sambil membawa Mark yang mulai kehilangan napasnya di beberapa saat dan denyut nadinya melemah. Seorang dokter yang Kyuhyun kenal segera membawa Mark ke kamar rawat yang biasanya digunakan oleh Kyuhyun dulu begitu mereka tiba di rumah sakit.
Tangis wanita cantik itu membuat Kyuhyun mengeratkan genggamannya pada ranjang Mark. Kelelahan parah, dehidrasi berat, stres yang melebihi ambang batas, pecahnya pembuluh darah di area hidung, pneumotoraks, dan banyak deretan penyakit lain yang membuat Mark mungkin takkan sadar di waktu dekat.
" Hyun-ah, pulanglah. Kau pasti lelah. Seharian di kantor dan malam ini kau malah sibuk denganku dan Mark ", ujar wanita bernama Airy Cho itu.
" Aunty, apa maksudmu ? Mark adalah sepupuku. Aku cukup bersalah tak tahu tentang masalahnya. Biarkan aku menjaga Mark ".
" Duduklah. Aku khawatir saat dokter mengatakan Mark mengalami penurunan fungsi paru karena hal yang tidak diketahui. Demi Tuhan, hanya Mark dan David yang mampu membuatku lebih hidup ".
" Aunty, dengarkan aku. Masalah Mark cukup berat. Kau muncul setelah sekian lama meninggalkannya karena uncle meninggal dunia. Masalah NCT dan banyak masalah yang pasti memberatkan pikiran Mark. Jangan biarkan Mark berpikir lebih berat lagi. Kau harus jadi sandarannya setelah keluarga Lee memberikannya padamu ".
Airy hanya mengangguk. Ya hanya ia sandaran Mark. Dorm NCT kembali geger dengan datangnya Kun membawa buku yang diketahui jurnal harian Mark. Makian dan umpatan untuk member NCT membuat emosi mereka makin meluap. Johnny bahkan memukul meja dengan keras. Hatinya meragu kalau Mark yang menulisnya meski itu adalah tulisan Mark. Doyoung bahkan menangis bersama Ten ketika membaca tulisan Mark untuk mereka. Di tengah emosi itu, Kun menyeringai dan menukar senyuman dengan Winwin yang menenangkan Yuta. Di lain tempat, Airy dengan wajah murungnya membawa Mark ke Kanada dengan pesawat pribadinya. Cairan IV perlahan menuruni selang infus Mark dan memberikan sedikit energi untuk bertahan hidup dalam kondisi komanya. Beberapa hari kemudian, SM mengumumkan pengunduran diri Mark dari kontrak eksklusif SM dengan beberapa alasan yang menyulut kemarahan NCTzen. Rumor kembali beredar dan kini NCT menjadi pusat perhatian di posisi korban. Sikap buruk Mark diumbar seperti yang baru dan para wartawan berlomba-lomba memberitakannya.
Para rapper yang mengenal Mark membelanya meski tak terdengar begitu keras. Banyak hal yang berubah. Jaehyun, Ten, Johnny, Hansol, Doyoung tetap yakin kalau Mark tak bersalah dan sisanya tetap yakin kalau Mark melakukan ini semua. Pemberitaan mengenai comeback NCT Dream makin gencar dengan adanya Jaemin yang kembali dari sakit. Ten dan Hansol menjadi member baru NCT 127 menggantikan posisi Mark. Hansol sendiri terkejut dengan berita itu. Ia tak sanggup mengubah pola pikir member NCT yang lain. Bahkan Taeyong membuang barang pemberian Mark padanya namun diselamatkan oleh Hansol dan ditaruhnya di loteng yang ia ubah menjadi kamar. Terkadang semuanya terasa berbeda. Perlahan Mark mulai dilupakan dari NCT. Hanya Hansol, Johnny, Jaehyun, Ten dan Doyoung yang terkadang tampak termenung memikirkan mantan member kelahiran 1999 itu.
Beberapa tahun kemudian
NCT menjadi lebih besar dan lebih besar lagi. Kepergian Mark membuat NCT semakin solid. Tak ada yang mengingat Mark menjadi bagian NCT. Mungkin hanya beberapa fans yang terkadang merindukan Mark. Merindukan rap dari gadis Kanada itu, sikap lucunya maupun beberapa hal yang tak bisa ditiru. Kolaborasi Taeyong dan Jaehyun terasa sepi tanpa Mark. Tak ada yang memanggil Jaehyoons di atas panggung ketika lagu Mad City diperdengarkan. Konser di berbagai negara bahkan NCT kini berhasil menembus pasar Amerika dan Eropa dan membuktikan kekokohan popularitasnya. Setahun setelah kepergian Mark, nama NCT melejit seperti roket. Beberapa daesang dikoleksi dengan apik bahkan mengalahkan EXO dan boyband lainnya. NCT seperti ujung tombak baru SM. Kepadatan jadwal semakin menggila. Banyak member baru berbakat yang bermunculan seperti hujan meteor.
Ada beberapa hal yang tak berubah. Taeyong tetaplah member yang banyak mengomel bersama Doyoung. Johnny tetap fokus di acara radionya bersama Jaehyun. Hansol memimpin NCT dengan lebih baik lagi. Ten tetaplah member dengan mulut besarnya. Tak ada pertikaian atau pertengkaran serius. Hanya canda tawa yang kembali muncul. Manager Kim sudah menikah dan digantikan oleh manager baru yang sangat peduli pada mereka. Tak ada lagi rekaman AR yang membantu mereka di panggung. Hanya rekaman MR yang membuat mereka membuktikan diri bisa sebaik TVXQ. Perlahan mereka menjadi raja baru di dunia industri Korea. Banyak hal yang berubah kan ? Hari itu saat semua member dalam kondisi free, mereka membersihkan dorm mereka dengan semangat meski sesekali mendengar omelan Taeyong. Duk. Bruk. Sebuah kasur menimpa member mereka. Tawa keras terdengar di dorm. Ten bahkan memegangi perutnya. Member bernama Lee Minyong itu merengut dan melemparkan kasur yang menimpanya pada teman sekamarnya Lee Taehyung.
Pertengkaran kedua member yang sudah lama dekat bahkan pacaran itu membuat seisi dorm terkocok perutnya. Geli melihat mereka bertengkar. Taeyong tersenyum tipis. Pasangan rapper bermarga Lee yang mengingatkannya pada orang yang ingin ia lupakan itu terlihat sepertinya dulu. Taehyung bahkan mengelitiki Minyong yang ingin melemparnya.
" Hyung, jebal, tolong aku ", ujar Minyong dengan nada yang orang itu selalu buat.
" Takkan. Timpuk saja dia, Taehyung ", kata Jaehyun sambil tertawa keras.
Hansol menggeleng maklum dan melerai keduanya. Meski ceramah singkat Hansol berhasil membuat keduanya bungkam, member yang lain terkekeh keras. Bahkan Taeil yang biasanya diam tertawa paling keras melebihi Ten.
" Lihat, kasurku rusak. Ganti, Lee ", ujar Minyong berapi-api.
" Beli saja sendiri. Hei, kau juga Lee ", jawab Taehyung tak mau kalah.
Minyong melempar wajahnya ke arah lain dan matanya membulat setelah melihat kotak kecil yang tergeletak di depan kakinya. Dengan wajah cemberutnya, ia mengambil kotak dan memperhatikannya.
Tentu saja mengundang tatapan para member.
" Lee Minhyung. Mark Lee ".
Member NCT generasi pertama menegang. Nama yang pernah menjadi member mereka tersebut kembali. Nama yang tak boleh diucapkan oleh setiap member. Taehyung menyikut Minyong yang sibuk membuka kota itu dan diacuhkan oleh gadis kelahiran Kanada itu.
" Apa ? Kenapa memandangku seperti itu ? " tanya Minyong tak mengerti situasi.
Hansol meminta Minyong menunjukkan isi kotak itu pada mereka. Hanya sebuah kartu memori dan sebuah surat lusuh yang kertasnya mulai berubah warna. Sebuah foto yang mirip dengan Minyong terlihat.
" Hei lihat, mirip denganku kan ? Bahkan nama Koreaku dan dia hampir sama, Minhyung dan Minyong ".
Seruan dari para member yang baru bergabung terdengar keras. Tak peduli wajah Taeyong dan lainnya menegang.
" Minyong, tolong bacakan ", ujar Hansol dengan suara bergetar.
Minyong tersenyum dan membuka surat yang terdiri beberapa lembar itu dengan lebar-lebar.
" Untuk member NCTku tercinta... Taeil-oppa, Hansolie-unnie, John-oppa, Taeyong-oppa, Yuta-oppa, Kun-oppa, Doyoungie-unnie, Tennie-unnie, Jaehyunie-oppa, Winwin-unnie, Renjun, Jeno, Haechan, Jaeminnie, Chenle, Jisung. Annyeong, Aku Mark... "
Hai semua... Akira kembali dengan fanfiction baru... Nggak jauh-jauh dari Taemark couple, Akira kembali menghadirkan fanfiction bertema hurt/comfort. Akira tetap menunggu semua kritik dan saran agar ke depannya cerita Akira lebih baik lagi...
Akhir kata, mind to review ?
End or continue ?
