.
.
Aiko Shimazaki present
SUGA
a BTS fanfiction
.
Min Yoongi and Park Jimin
Warning : Boys love
.
.
Namanya Park Jimin, dua puluh tahun. Seorang mahasiswa jurusan Bisnis di salah satu universitas besar di Seoul. Hobinya menari dan mendengarkan musik. Dan dialah tokoh utama cerita ini.
.
Park Jimin selalu mengawali paginya dengan memakan pisang, kemudian baru melanjutkannya dengan sarapan oats dan yogurt. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya—lebih tepatnya bersama ibunya, karena beberapa bulan lalu ayahnya dipindah tugaskan ke Tokyo, Jepang—dan ibunya kerap menyuruhnya memakan makanan asli, seperti roti dan telur dan bacon. Oke, Jimin boleh sarapan dengan itu setahun sekali di hari ulang tahunnya. Karena, Jimin butuh tubuh ramping. Ia seorang penari.
Namun untuk makan siang, Jimin mengusahakan untuk memakan salad. Namun hal itu selalu digagalkan oleh sahabat baiknya, Kim Taehyung. Ia selalu tergiur untuk membeli hamburger, atau kentang goreng, atau pasta, atau makanan lainnya. Dan Taehyung dengan pintar, selalu bisa meyakinkan Jimin untuk memasukkan makanan-makanan itu ke dalam perutnya.
"Jiminie!"
Jimin yang sedang mengunyah campuran oats dan yogurt-nya terlonjak. Ia mendapati Taehyung sudah berhasil masuk ke dalam rumahnya dan memeluk pundaknya dari belakang.
"Astaga! Kau mengejutkanku, Taetae."
Taehyung memamerkan senyum kotaknya dan melepas pelukannya. "Aku menjemputmu untuk kuliah, man."
Jimin mendengus mengerti, ia melirik jam yang tergantung di dinding dengan mata menyipit tidak suka. "Masih satu jam lagi, Tae."
Taehyung berjalan masuk ke dalam dapur tanpa menghiraukan seruan Jimin. Ia hapal rumah Jimin dan bersikap seolah-olah ini adalah rumahnya sendiri. Kemudian Taehyung kembali dengan tangan membawa sebuah apel merah yang baru saja dibeli Nyonya Park kemarin malam.
"Aku harus mengajakmu ke suatu tempat."
"Kau hanya mau memaksaku menaikkan berat badanku lagi, kan, Tae?" Jimin mendengus kesal. Ia menyudahi sarapannya dan menatap tajam Taehyung dengan mata sipitnya.
"Oh, ayolah, sepotong es krim tidak akan membunuhmu," ujarnya. "Lagipula aku sudah sangat ingin makan es krim dari kemarin." Taehyung memandang Jimin dengan tatapan memelas. Dan, kalau sudah begini, Jimin tidak bisa menolak.
.
.
Park Jimin dan Kim Taehyung adalah teman dari masa sekolah menengah. Mereka memutuskan untuk berkuliah di tempat yang sama dengan mengambil jurusan yang sama. Sebenarnya Jimin tidak begitu berminat dengan kuliah, ia lebih suka mendalami seni tari yang ia pelajari sekarang. Namun orang tua Jimin ingin anak mereka paling tidak memiliki ilmu lebih, dan Jimin berusaha menyenangkan hati mereka.
Alhasil, Jimin mengambil jurusan sama dengan Taehyung.
Alasannya sederhana, kalau ada tugas, ia tingga memfotokopi pekerjaan Taehyung, dan kalau ada kuis mendadak, ia selalu punya Taehyung untuk diandalkan.
Tiap minggu, Jimin selalu mengajar di sebuah studio tari. Dulu dia adalah salah satu murid di studio tersebut, dan sekarang ia memutuskan membantu mengajar di sana. Tidak sampai di situ, Jimin juga mendaftarkan diri di klub seni, bagian seni tari. Mereka akan mengadakan penampilan setahun sekali ketika acara festival kampus. Festival itu sebenarnya digunakan untuk menarik minat para calon mahasiswa baru, hingga banyak kalangan umum yang datang.
Tahun kemarin, Jimin menampilkan sebuah tari kontemporer bersama teman-temannya. Dan mereka sukses besar sampai-sampai ada sebuah agensi menghubungi mereka dan menawari tiap anggotanya untuk bergabung. Ada beberapa yang tergiur dan memilih untuk menerima tawaran itu, namun tidak dengan Jimin. Jimin sudah cukup senang dengan menari seperti ini.
.
.
Taehyung berhasil membawa Jimin ke kafe di dekat kampus mereka. Ia memesan dua mangkuk es krim dan sepiring kentang goreng.
"Hei, Jimin!"
Jimin sedikit terkejut ketika ia mendengar orang lain memanggilnya. Dan ketika ia menoleh, ia mendapati Jung Hoseok tengah berjalan ke arahnya dengan senyuman lebar.
"Wow, senang melihatmu di sini bersama... oh, hei, Taehyung!" kata lelaki itu. "Apa kalian sedang kencan?"
Sebelum Jimin menjawab, Taehyung sudah lebih dulu menyela dengan jawaban anehnya, "Kami memang sedang berkencan, Hyung."
Jimin melotot dan menendang kaki Taehyung dari bawah meja. "Sembarangan." Ia beralih menatap Hoseok dan mulai merajuk, "Hyung, Tae memaksaku makan es krim kali ini."
Hoseok terkekeh dan duduk di sebelah Taehyung tanpa persetujuan. "Aku harap aku tidak mengganggu kalian," ujarnya.
Jimin menggeleng dan tersenyum manis. Taehyung sendiri sudah membuka bukunya. Laki-laki itu sudah mulai memasuki dunia yang berbeda. Entahlah, sepertinya nanti akan ada kuis dadakan, dan Jimin merasa masa bodoh.
Hoseok mengambil sepotong kentang goreng dan mengunyahnya begitu saja. "Bagus kalau kau makan es krim. Penari tidak harus kurus, Jimin-ah."
"Tapi, Hyung, mereka mengatakan bahwa tubuhku sudah seperti babi."
Hoseok mengerutkan kening tidak suka. Ia menggeleng, mengambil sesendok es krim di hadapan Jimin dan mengangkat sendoknya tepat di depan bibir Jimin. "Makan."
Jimin tidak bisa menolak. Ia membuka mulutnyadan membiarkan Hoseok menyuapinya sesendok es krim.
"Jangan dengarkan kata mereka, Jimin-ah." Di sini, Taehyung mengangguk, entah setuju dengan Hoseok atau karena ia terlalu mendalami bacaan di bukunya. "Kau tidak gendut, kau sehat."
Taehyung mengalihkan pandangannya dan mengamati Jimin, yang akhirnya menyerah dan kembali makan es krimnya lagi. Taehyung tersenyum senang akan hal itu. Akhirnya Jimin mau menurut.
"Oh, ya, Jimin," Taehyung memanggilnya, lelaki itu menutup bukunya sebelum mengambil kentang goreng dan mengangkatnya sambil memamerkan senyum kotaknya, "aku punya cara menarik untuk makan kentang."
Jimin merasakan hawa-hawa tidak enak. Namun ia tetap bertanya untuk menghormati perasaan sahabatnya, "Oh ya, bagaimana?"
Dan Taehyung mencolekkan kentang di atas es krim. Menyodorkannya ke depan bibir Jimin.
Hoseok dan Taehyung bisa melihat raut jijik tercetak di wajah Jimin. Dan itu membuat Hoseok tertawa kecil.
"Ini enak!" Taehyung bersikukuh menyodorkan kentang itu pada Jimin.
Dan Jimin, lagi-lagi, hanya bisa pasrah dan menbuka mulutnya. Memakan kentang goreng es krim itu dengan setengah hati.
Dan ajaibnya, rasanya enak.
Taehyung puas ketika melihat raut wajah Jimin berubah dari jijik menjadi terkagum-kagum. "Enak, kan?"
Dan Jimin hanya menjawab pertanyaan itu dengan sebuah senyuman lebar. Matanya sampai hilang saking senangnya ia tersenyum.
Pagi itu, Jimin menghabiskan sepiring kentang seorang diri, dengan dibantu es krim vanila sebagai sausnya.
.
.
Taehyung masuk ke dalam kelas bersama Jimin. Kebetulan, hari ini mereka mengambil kelas yang sama. Sore nanti, Jimin akan ke studio tari milik Hoseok. Hoseok sudah memintanya sejak tadi pagi, dan Jimin merasa senang karena ia dibutuhkan, jadi ia menurut saja.
Jimin mendengarkan lagu dari earphone-nya. Dosen mereka belum datang, dan waktu-waktu seperti ini digunakan Jimin untuk memikirkan tariannya.
"Jim."
"Ya?"
"Kau dengar lagu apa?" Taheyung bertanya. Lelaki itu menatap Jimin dengan penuh minat. "Lagu-lagunya SUGA lagi?"
Jimin tidak bisa tidak tersenyum lebar. Ia selalu seperti ini apabila bersangkutan dengan lagu-lagu favoritnya, dan sialnya, semua lagu favoritnya adalah buatan SUGA.
Sebenarnya, Jimin baru tahu kenyataan itu beberapa waktu lalu. Ia cukup terkejut ketika menemukan musik klasik yang menempati tangga teratas lagu baru terpopuler dan lagu tersebut ditulis oleh SUGA. Karena penasaran, Jimin segera mencari tahu siapa sebenarnya SUGA dan betapa hebatnya orang itu masih mengarang musik klasik di antara pamornya hip-hop sekarang.
Dan setahu Taehyung, SUGA adalah komposer terkenal. Orang itu bisa menjangkau semua jenis musik, mulai dari klasik hingga hip-hop. Musik-musiknya dinyanyikan oleh penyanyi terkenal, dan ia menjual beberapa musik tanpa lirik seperti yang kini didengarkan oleh Jimin.
"Aku suka sekali dengan musiknya," kata Jimin, entah sudah berapa kali ia bilang begitu pada Taehyung. "Aku jadi ingin bertemu dengannya."
Taehyung mendengus tertawa. "Komposer tidak seperti artis yang bisa kau temui dengan mudah di layar televisi," katanya, tidak ada niat mengejek, Taehyung hanya memberitahu kebenarannya saja.
Jimin memberengut, sebal dengan kenyataan itu. Tidak sekali dua kali ia mencari nama SUGA di internet namun ia sama sekali tidak menemukan informasi pribadi dari yang bersangkutan. Mereka hanya membahas karir. "Aku tahu."
Taehyung gemas. Ia mengacak rambut Jimin, dan kemudian dosen mereka masuk ke dalam kelas. Dan benar dugaan Jimin, ada kuis dadakan hari itu.
.
.
Sorenya, Jimin datang ke tempat Hoseok. Wajahnya cerah, dan bibirnya tidak henti-hentinya menggumamkan lagu-lagu SUGA. Jimin merasa ia benar-benar jatuh cinta. Dan ini kali pertamanya jatuh cinta pada hal lain selain tari.
"Jimin-ah!" Hoseok menyapanya ketika Jimin masuk ke dalam ruang latihan, lelaki itu sudah bersimbah keringat.
Jimin membalas itu dengan senyuman lebar. "Hai, Hoseok-hyung!"
"Aku butuh bantuanmu, seperti biasa." Hoseok menghela napas, "Sebentar lagi anak-anak itu akan datang."
Jimin mengulum senyum. "Tidak apa-apa. Aku suka mengajar mereka." Ia melangkah menuju tape di ujung ruangan dan mengganti lagunya dengan lagu yang sudah ia siapkan. "Boleh aku pemanasan sebentar, Hyung?"
Hoseok mengangkat alis, dan mengangguk. Kemudian lagu gubahan SUGA menggema di dalam ruangan, bersamaan dengan tubuh Jimin yang meliuk mengikuti nada.
Ketika lagu berakhir, Jimin tak kunjung mematikan tape tersebut. Membiarkan lagu lainnya ikut terputar, dan lagi-lagi itu adalah lagu buatan SUGA, kali ini lagu yang terputar adalah lagu hip-hop, sangat cocok untuk pengiring breakdance.
"Ini lagu-lagu SUGA, 'kan?" tanya Hoseok, sambil memberikan sebotol air mineral pada Jimin yang sudah tergeletak di atas lantai.
Jimin menerima botol air tersebut dan mengangguk. "Thanks, Hyung." Ia mendudukkan diri sejenak hanya untuk minum, dan langsung merebahkan diri lagi, "Dan, ya, benar ini lagu-lagu SUGA. Aku sangat menyukainya."
Hoseok tersenyun kecil. Ia duduk di sebelah Jimin yang terlentang dan menatap Jimin dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. Hoseok nampak ragu sebelum akhirnya berucap lirih, "Well, kau tahu... aku mengenal SUGA."
Jimin langsung mendudukkan dirinya. Mata sipitnya membola. Ia menatap Hoseok dengan tatapan tajam, sebagian dirinya menunggu Hoseok untuk mengatakan bahwa lelaki itu sedang bercanda sekarang. "Serius, Hyung?"
Hoseok meringis melihat wajah Jimin yang berbinar-binar. "Kau sering membantuku," gumam Hoseok lebih kepada dirinya sendiri, "kurasa tidak masalah aku membayarmu dengan mempertemukanmu pada SUGA."
Jimin membuka bibirnya lebar. Hendak bicara tapi ia terlalu terkejut. Demi apa, Hyung-nya satu ini ternyata memiliki koneksi dengan SUGA dan tidak pernah memberitahu Jimin selama ini. Jimin menyukai lagu-lagu SUGA sejak lama, namun saat itu ia belum sadar bahwa lagu-lagu yang ia sukai diciptakan oleh SUGA. Dan ketika ia mengetahuinya, entahlah, Jimin merasa ajaib karena bisa menyukai beberapa lagu berbeda aliran namun dengan satu komposer sama.
Jimin sendiri penasaran, bagaimana bisa?
Hoseok mengangguk mantap. Berhasil membuat keputusan dari perdebatan yang ia lakukan di dalam kepalanya sendiri. "Aku akan membawamu ke sana."
Jimin tidak bisa menahan diri untuk tidak memekik, "Kemana?"
"Ke tempat SUGA."
.
.
.
to be continued.
Author's :
HAHAHAHAHAHA-sial.
saya kenapa sekalinya balik ke akun ini malah pindah fandom?
Sempet galau sih, mau publish ini apa engga:( takut kalian kecewa:(
tapi akhirnya saya publish juga. hehe.
SAYA BARU KENAL BTS BULAN JUNI KEMARIN. maklumi saya ya:)
btw, siapa yg beli album comeback mereka? (saya beli lo-selamat tinggal uang)
lanjut apa tidak ya ini?
