Disclaimer: Kuroko no Basket milik Fujimaki Tadatoshi-sensei

A/N: Drabble, extrim pair? typo, plotless, dkk. Otak saya kesambet pas maen k rumah nii-san.

Douzo~


.

- Rokkaa -

Loker SMP Teikou pada malam hari terlihat sangat remang dan menyeramkan. Hanya lampu di depan ruang loker yang menyala, sedangkan di ruangan itu sendiri terbiarkan —atau dibiarkan?— gelap gulita. Murid terakhir terhitung telah meninggalkan ruang itu sejak tiga puluh menit yang lalu.

Ruang loker tertutup rapat.

"A-apa yang kau lakukan?!"

"Ah, bahkan aku bisa melihat wajahmu memerah Midorima."

"Lepaskan aku Akashi!"

"Kau berani membentakku?"

Ujung gunting dengan ketebalan sempurna yang tampak selalu diasah itu terarah ke leher jenjangnya. Perlahan bergerak ke atas, ke bibirnya.

Sial, batinnya.

"T-tapi kau tak perlu mengikatku!"

"Oh, jadi itu yang di inginkan seorang tsundere." Seringai maut itu terpampang. Siapapun yang melihatnya pasti tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. (Meski sebenarnya tidak selalu buruk)

Dan di sinilah Midorima Shintarou. Di dalam ruang loker yang gelap gulita, dengan sedikit cahaya lampu dari luar yang menembus ventilasi hingga ke dalam. Terduduk di kursi, dengan kedua tangan mengarah ke belakang dan terikat. Ya terikat. Begitu juga badannya.

Dihadapannya ada sang kapten tim basket, juga merangkap ketua kelas dan ketua osis. Akashi Seijuurou. Tengah menjamah setiap inchi wajah sang number one shooter SMP Teikou dengan ujung gunting kesayangannya.

"Aku menyukaimu Midorima."

"Aku tidak."

Sebelum gunting itu menggores bibir ranumnya lebih detail, Akashi menarik dan menciumnya.

Dalam.

Meminta akses untuk menjelajah lebih setiap detil mulutnya. Saliva menetes dari mulut Midorima. Tidak, dia tidak suka bila harus diikat seperti itu. Dia bukan anjing. Meski dia tahu, dihadapan Akashi semua orang adalah budak.

Midorima memberontak. Akashi melepas ciumannya dan menjilat saliva yang akan menetes dari sudut bibirnya.

"Lepaskan aku."

Suara yang memberat itu selalu membuat Akashi tak dapat menahan sudut bibirnya untuk tidak menyeringai.

Tali terlepas.

Midorima bangkit dari duduknya perlahan. Mengulurkan kedua tangannya di loker, mengunci pergerakan pemuda yang lebih mungil darinya. Mendekatkan wajah hingga kata jarak diantara mereka sukses terhapus.

Cium.

"Aku benci dipojokkan."

Cium.

"Apa peduliku?"

Pipi sang kapten mendadak memerah.

Cium.

"Aku jadi terasa kecil."

Dan ciuman itu terus berlanjut hingga jarum jam menunjuk angka dimana kereta terakhir akan segera berangkat.

.

.

.

"Aku bukan budakmu."

"Baik, mulai sekarang kau bukan budakku."

"Cih. Aku benci caramu bicara seenaknya."

"Tapi kau menikmatiku bukan?"

"T-tidak nodayo!"

"Bukan tidak, tapi belum."

Cium.

Midorima Shintarou, 14 tahun. Tidak dapat mempercayai bahwa ternyata dirinya lebih dari menikmati saat-saat berdua bersama sang kapten psikopat, Akashi.

Dan sejak saat itu, mereka mulai menjalankan 'rutinitas' sepulang sekolah. Karena hal itu telah menjadi candu bagi keduanya.

.

"Bukan tidak, tetapi belum. Ingat itu."

.

#the end


Oke, saya tau ini super pendek dan aneh ._.
AkaMido ato MidoAka?
Silakan protes dg mereview ._.d *bows*