Millennium

Chapter 1

Pagi hari yang cerah, Uzumaki Naruto berjalan di lorong sekolah, menuju ke kelasnya, kelas 2-B. Sekolah di mana dia menuntut ilmu saat ini adalah Akademi Tenma, berlokasi di Tokyo, Jepang.

Naruto memiliki dua orang sahabat yaitu Hyōdō Issei dan Emiya Shirō. Mereka bertemu ketika penerimaan siswa baru di tahun pertama mereka.

Naruto menyengir ketika masuk ke dalam kelas dan menemukan kedua sahabatnya sedang duduk dan mengobrol. "Yo, Issei, Shirō!" Naruto menyapa mereka dengan seruan.

"Naruto! Kupikir kau tidak akan masuk hari ini" ucap Issei.

"Menurutmu aku ini siapa, huh?!" balas Naruto dengan kesal.

Shirō menatap kedua temannya dengan datar, "Kalian berdua, ini masih pagi. Jangan membuat keributan."

Shirō adalah tipe orang yang menginginkan ketenangan, kontras dengan Naruto dan Issei yang biasanya terlalu berisik. Orang-orang akan bertanya-tanya bagaimana bisa dia berteman baik dengan dua orang itu.

Emiya Shirō adalah orang yang terkesan terlihat biasa saja, namun kedua sahabatnya adalah orang populer. Uzumaki Naruto menjadi populer karena selalu berbuat masalah dan Hyōdō Issei menjadi populer karena kemesumannya. Kadang reputasi Shirō menjadi buruk karena selalu bersama mereka.

Meski begitu, Shirō tetap berteman baik dengan keduanya. Lagipula Shirō tahu sifat asli Naruto dan Issei.

"Jadi, apa yang kalian bicarakan sebelum aku datang ke sini?"

"Aku baru saja menunjukkan kepada Shirō harta karun yang kutemukan semalam!"

"H-Harta karun?"

"Jangan salah paham. Harta karun yang dimaksud olehnya adalah eroge keluaran terbaru dan limited edition. Dia menghabiskan hampir semua uang tabungannya hanya untuk membeli itu."

"Tunggu, kau menghabiskan hampir semua uang tabunganmu hanya untuk membeli eroge?!"

"Hei, ini bukan eroge biasa. Ini adalah eroge luar biasa! Aku beruntung sekali menemukannya dan ini merupakan stok terakhir. Asal kalian tahu, eroge ini dikatakan sebagai yang terbaik dari yang terbaik! Heroine utamanya memiliki oppai yang sempurna. Oppai-nya besar, indah-"

"Baiklah, aku mengerti. Tolong jangan lanjutkan lagi karena aku tidak ingin mati sekarang."

Naruto berhasil mencegah Issei melanjutkan kata-katanya. Mau bagaimana lagi, dia bisa melihat dengan jelas tatapan membunuh yang diberikan oleh semua gadis sekelasnya. Shirō sendiri menatap ke luar jendela, berpura-pura tidak terlibat dengan pembicaraan Naruto dan Issei.

Beberapa menit berlalu, pelajaran pun dimulai. Naruto, Issei, dan Shirō menghabiskan waktu di kelas dengan menerima tatapan dari para predator. Shirō menangis di dalam hatinya karena dia merasa bahwa dia tidak bersalah.

Pada saat istirahat makan siang, mereka bertiga pergi ke kantin sekolah.

"Ah, aku berharap ada seorang gadis yang akan membuat bekal untukku" ucap Issei sambil melahap makanan yang dipesannya dari kantin. Dia menunjukkan wajah penuh harapannya.

"Jangan terlalu bermimpi, mana ada gadis yang ingin membuatkan bekal untuk orang sepertimu. Gadis manapun yang melakukan itu pasti sudah gila. Kalau tidak, dia memiliki niat yang buruk, seperti menaruh racun di dalam bekal itu" ucap Shirō yang bersikap realistis, menghancurkan harapan Issei dalam sekejab.

Issei menatap sahabatya dengan geram, "Kau bisa berkata seperti itu karena kau memiliki orang yang ingin membuatkanmu bekal di rumah. Coba saja jika kau berakhir sama denganku, aku yakin kau pasti akan mengancam seseorang untuk membuatkanmu bekal."

"Tidak ada yang membuatkanku bekal di rumah, ini adalah bekal buatanku sendiri. Fuji-nee tidak bisa memasak, dan Sakura hanya sekali-kali datang ke rumah."

"Benarkah? Aku tidak tahu kalau Fujimura-sensei tidak bisa memasak, tapi kau masih memiliki Tohsaka-san untuk memasakkanmu makanan, kan? Gaarrgh, kau benar-benar beruntung memiliki gadis secantik dirinya! Aku yakin kau selalu berusaha menggodanya di rumah untuk tidur denganmu!"

"Jangan mengatakan sesuatu yang aneh di sini, bodoh. Aku tidak akan melakukan sesuatu seperti itu kepada Sakura! Hubunganku dengannya hanya sebatas teman."

"Lihat saja, suatu hari nanti aku akan membongkar hubunganmu yang sebenarnya dengan Tohsaka-san!"

Shirō menghela napasnya dengan pelan dan menatap ke arah sahabatnya yang lain. Wajahnya menjadi pucat ketika dia mendapati sembilan mangkuk sisa makan di depannya dan Naruto sedang menghabiskan ramen pada mangkuk kesepuluh.

Sepertinya Naruto mengabaikan pembicaraan mereka berdua dan fokus pada ramen saja. Dan juga, bagaimana bisa dia menghabiskan sembilan mangkuk ramen dengan sangat cepat dan tidak ada yang menyadarinya?

Makan siang mereka berakhir, masih ada beberapa menit sebelum kelas dimulai lagi. Tiga orang sahabat itu duduk sambil mengobrol hal-hal tidak penting.

"Rias-oneesama dan Akeno-oneesama ada di sini!"

Teriakan seseorang berhasil mendapatkan perhatian semua orang. Perlu diketahui bahwa dua orang yang disebutkan itu ada dua gadis populer di akademi. Yang pertama adalah Rias Gremory dan yang kedua adalah Himejima Akeno.

Kecantikan yang dimiliki oleh kedua siswa tahun ketiga itu dapat memikat hati semua orang. Issei yang dikenal sebagai orang mesum terbesar di Akademi Tenma memandang mereka seperti orang yang telah jatuh cinta.

"Dia tampak jatuh cinta" komentar Naruto.

"Tidak, orang mesum tidak akan memberikan tatapan seperti itu pada dua gadis cantik. Tatapan seperti itu sebenarnya adalah tatapan yang dipenuhi hawa nafsu" balas Shirō.

"Ah, kau benar. Issei tidak pernah berpikir menggunakan otaknya, tapi menggunakan ular di balik celananya."

"Itu adalah ular yang siap menerkam mangsanya."

Issei mengabaikan kedua sahabatnya karena matanya terkunci pada Rias dan Akeno, lebih tepatnya pada bukit kembar yang dimiliki kedua gadis itu. Issei harus mengakui bahwa Rias dan Akeno memiliki bukit kembar terbesar di kalangan para siswi.

"Rias-senpai dan Akeno-senpai… terbaik!" Issei memberikan jempolnya sambil mimisan.

"Issei, kau menyedihkan" ucap Naruto sebelum menatap ke arah Rias dan Akeno.

Kedua mata Naruto melebar ketika matanya bertemu dengan mata Akeno. Akeno tersenyum menggoda, membuat wajah Naruto memerah. Sang pemuda berambut pirang itu segera mengalihkan pandangannya dari Akeno.

Bukannya Naruto menyukai Akeno, tapi dia tidak akan mungkin bisa menolak rasa ketertarikan pada seorang Yamato Nadeshiko seperti Akeno. Tubuh yang sempurna, dada yang lebih besar dibanding Rias, rambut hitam panjang yang diikat ponytail, dan mata yang sangat menggoda.

'Berhenti memikirkan yang tidak-tidak! Aku ini bukan orang mesum!' jerit Naruto dalam hati.

Siapapun yang melihat senyuman menggoda Himejima Akeno tentu akan menggila, bahkan ada beberapa siswa yang pingsan karena kehabisan darah.

Lonceng berbunyi dan semua orang melanjutkan aktivitas belajar-mengajar. Naruto dan Shirō harus menyeret Issei karena si mesum itu ingin berlari mengejar Rias dan Akeno.

Hari mereka di sekolah dihabiskan dengan pelajaran yang membosankan. Ketika lonceng tanda berakhirnya aktivitas sekolah dibunyikan, semua siswa melompat dengan gembira. Guru yang melihat tingkah laku mereka menghela napasnya.

"Naruto, Shirō, ayo kita pergi ke kedai kopi!"

Issei berseru kepada Naruto dan Shirō yang sedang memasukkan barang-barang mereka kembali ke tas.

"Emiya Shirō diminta kehadiannya di ruang kepala sekolah"

Mereka bertiga menatap speaker yang tergantung di dinding kelas. Shirō terpaksa harus pergi ke ruang kepala sekolah, meninggalkan kedua sahabatnya. Tapi Naruto dan Issei berkata bahwa mereka akan menunggunya.

Shirō memasuki ruang kepala sekolah dan menemukan seorang pria tua yang sedang duduk. Pria tua ini adalah kepala Akademi Tenma, Sarutobi Hiruzen. Di samping Hiruzen, berdiri seorang pria muda yang menjadi wakilnya, Sirzech Gremory.

Selain kedua orang itu, ada juga Rias Gremory, Himejima Akeno, dan beberapa siswa lain.

Shiro membungkukkan badannya di hadapan Hiruzen dan Sirzech, kemudian berdiri tegak untuk mendengar apa yang akan dikatakan Hiruzen.

"Senang melihatmu lagi, Emiya-kun. Sekarang kalian semua telah berkumpul, aku akan memberi kalian sebuah tugas."

Sementara itu, Naruto dan Issei menunggu Shirō di gerbang sekolah. Mereka penasaran mengapa Shirō dipanggil oleh kepala sekolah.

"Mereka menyembunyikan sesuatu dari kita" ucap Issei dengan wajah serius. "Dugaanku adalah… mereka telah menculik seorang wanita dan sekarang mereka akan bermain-main dengan wanita itu!"

"Aku tidak bisa membayangkan Shirō melakukan sesuatu seperti itu."

"Tapi kepala sekolah adalah orang yang mesum, apa aku benar? Dia pasti mengajak Shirō karena Shirō adalah orang yang pandai menyimpan rahasia."

"Aku rasa Shirō lebih ke arah tipe orang yang akan mengungkapkan kebejatan seorang kepala sekolah- tunggu dulu! Bagaimana bisa kau tahu kalau Hiruzen-jiichan adalah orang mesum?"

"Hahaha, aku bisa merasakannya karena aku juga adalah orang mesum. Hanya orang mesum yang bisa mengenali orang mesum lain dalam sekali pandang! Hahaha…."

"Kurasa kau satu-satunya orang yang bisa melakukan itu."

Beberapa saat kemudian, orang yang mereka tunggu datang. Issei mengajak Naruto dan Shirō untuk berkunjung ke kedai kopi. Menurut penjelasan Issei, kedai kopi itu baru dibuka seminggu yang lalu.

"Jadi, katakan padaku mengapa kau ingin sekali pergi ke tempat itu? Maksudku kau tidak menyukai kopi, aku tidak menyukai kopi, dan sudah pasti Naruto tidak menyukai kopi. Menurutku aneh jika kau mengajak kami untuk minum kopi bersama."

"Aku bertaruh alasannya karena ada wanita cantik."

Ucapan Naruto membuat Issei tersentak Naruto dan Shirō yang melihatnya langsung tahu bahwa Issei pergi ke kedai kopi hanya untuk melihat wanita cantik.

"M-Mengapa kau berpikir seperti itu?"

"Ayolah, Issei. Setiap kali kau mengajak kami ke suatu tempat, 80 persen alasannya karena wanita cantik. Kedai ramen, restoran cepat saji, toko permen, taman kanak-kanak, dan masih ada beberapa tempat lainnya."

Mereka bertiga pun sampai di kedai kopi. Sesuai dugaan, Issei datang ke sini untuk melihat wanita cantik yang menjadi pelayannya. Naruto dan Shirō yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mereka.

Karena tidak ada satupun dari ketiganya yang menyukai kopi, mereka tidak memesan secangkir pun. Tapi ada beberapa kue di daftar menu yang membuat mereka tertarik untuk memakannya, jadi mereka memesan kue.

"Maaf, aku harus pulang duluan."

Setelah menghabiskan kue yang dipesannya, Shirō langsung pamit pulang kepada kedua sahabatnya. Anak laki-laki berambut merah itu meninggalkan kedai kopi dan mendapatkan lambaian sampai jumpa dari Naruto dan Issei.

Naruto dan Issei juga telah menghabiskan pesanan mereka, namun Issei bersikeras untuk tinggal lebih lama. Naruto menghela napasnya karena setiap kali dia berbicara kepada Issei, pandangan si mesum itu hanya terpaku pada pelayan cantik.

'Biarkan saja, dia pasti akan melupakan pelayan itu seperti wanita-wanita yang lain yang ditemuinya. Hyōdō Issei tidak pernah jatuh cinta kepada siapapun, dia hanya orang yang mesum.'

Naruto mencoba meyakinkan dirinya sendiri dan bersikap lebih sabar. Setelah 30 menit, akhirnya mereka berdua bisa pulang. Arah jalan pulang mereka pun sama, dan pertama mereka harus berjalan melalui sebuah taman.

Saat melalui taman, mereka beristirahat di bangku dan minum soda. Issei melihat sekitarnya.

"Aneh sekali, setahuku taman ini belum sepi pada waktu sekarang."

"Kudengar ada seseorang yang hilang akhir-akhir ini di tempat ini, jadi kurasa orang-orang tidak ingin datang ke sini lagi. Entah mengapa aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Apakah jangan-jangan… ini adalah saat di mana hantu akan muncul dan membunuh kita berdua!"

"Hantu, ya? Aku tidak berpikir sesuatu seperti ada. Mungkin saja ada seorang pembunuh yang berkeliaran di sekitar sini dan membunuh orang yang hilang itu. Dari berita yang kudengar, orang itu bukan satu-satunya yang menghilang selama beberapa hari terakhir ini. Ada delapan orang lainnya yang dinyatakan hilang di beberapa tempat lainnya."

"Issei, kurasa kita harus pulang secepat mungkin. Jika memang ada pembunuh berantai di sekitar sini, kita akan menjadi orang kesepuluh dan kesebelas yang masuk dalam daftar orang hilang itu."

"K-Kau benar."

Tanpa pikir panjang lagi, Naruto dan Issei segera meninggalkan bangku yang mereka duduki. Mereka mengambil jalan untuk keluar dari taman secepat mungkin karena rasa khawatir. Dittambah lagi, Naruto merasa sesuatu akan terjadi jika mereka tinggal lebih lama di taman.

Masih belum keluar dari taman, tiba-tiba mereka berdua mendengar suara berisik. Tentu saja suara berisik itu membuat mereka terkejut dan merinding. Naruto dan Issei mengalihkan pandangan mereka ke tempat di mana suara itu berasal.

"S-Suara apa itu?" tanya Naruto.

"A-Aku tidak tahu" ucap Issei.

Awalnya mereka berdua ingin segera meninggalkan tempat itu, tapi sekarang mereka menjadi penasaran dengan suara berisik yang muncul entah dari mana.

Pada akhirnya, rasa penasaran mereka mengalahkan kekhawatiran dan ketakutan yang mereka rasakan sebelumnya. Naruto dan Issei berjalan mendekati arah dari mana datangnya suara berisik itu.

Akhirnya mereka menemukan seseorang yang berdiri di jalanan taman. Mereka bersembunyi di balik semak-semak dan memperhatikan siapa dan apa yang dilakukan orang itu. Orang manapun tentu akan curiga jika melihat seseorang sendirian di taman pada malam hari.

Saat Naruto dan Issei mengambil langkah untuk mendekat, mata mereka melebar melihat siapa orang itu.

"Hei, bukankah itu…?"

"Shirō. Tapi apa yang dilakukannya?"

"Tunggu dulu, Issei. Lihatlah, apa yang sedang dihadapinya."

Naruto menunjuk sesuatu yang berada di dekat Shirō. Issei juga melihatnya dan dia langsung terkejut.

'Monster.'

Itulah yang muncul di benak Naruto dan Issei ketika menemukan makhluk aneh yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.

Makhluk itu tampak seperti singa betina, namun ukurannya dua kali lipat lebih besar dari singa betina manapun, ada suatu aura hitam yang mengelilingi serigala itu, dan matanya merah dan bersinar di kegelapan malam.

"Sepertinya kau adalah yang terakhir dari kawananmu. Aku beruntung bisa menemukan kalian sebelum ada seseorang yang datang" ucap Shirō sambil memegang dua bilah pisau, yang satu putih dan yang lainnya hitam.

Singa betina berbulu hitam itu menggeram pelan karena ejekan dari Shirō. Makhluk itu berlari kencang ke arahnya dan mencoba menerkamnya, membuat Naruto dan Issei yang menyaksikan dari jauh menjadi panik.

Belum sempat Naruto atau Issei meneriakkan nama sahabat mereka, sahabat yang dimaksud telah melompat ke arah singa betina itu juga. Shirō mengayunkan pisaunya beberapa kali dan seketika juga makhluk itu mati.

Anehnya, singa betina itu menghilang seperti debu yang ditiup angin begitu dia mati. Shirō menghela napas dan kedua pisau di tangannya tiba-tiba menghilang. Dia memegang telinganya yang dipasangi sebuah alat komunikasi.

"Aku sudah menyelesaikannya bagianku di sini."

"…."

"Tidak, aku baik-baik saja. Hanya saja aku menghabiskan banyak energi."

"…."

"Hei, ini tidak mudah. Mereka mungkin hanya level 2, tapi mereka membentuk kawanan besar. Jumlah mereka ada tujuh, kau tahu."

"…."

"Delapan? Tapi yang kuhitung hanya ada tujuh."

"…."

"Baiklah, aku akan memerikasanya."

Sementara itu, Naruto dan Issei mematung setelah melihat aksi yang dilakukan Shirō. Mereka tidak pernah menyadari ada bayangan misterius yang mendekat dari belakang. Ketika mereka menyadarinya, makhluk apapun itu telah mengaum keras.

Naruto dan Issei langsung saja melompat keluar dari semak-semak dan menjauh dari singa itu. Singa itu keluar dari balik bayangan. Singa jantan ini ukurannya lebih besar dari singa betina tadi, namun memiliki aura hitam dan mata merah yang sama.

Yang paling terlihat jelas dari singa itu adalah bulu-bulu di sekitar kepalanya terbakar bagaikan api. Warna bulu-bulunya yang hitam dan terbakar bagaikan kobaran api itu membuatnya terlihat seperti hantu melebih singa betina tadi.

Auman singa itu menarik perhatian Shirō. Shirō terkejut ketika dia melihat sahabat-sahabatnya berada di situ. Dia segera melompat dke tempat di antara kedua sahabatnya dan singa hitam itu.

"Naruto, Issei, cepatlah pergi dari sini!"

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aku akan menjelaskannya nanti, tolong pergilah dari sini."

"…Aku mengerti. Issei, ayo kita pergi!"

"Eh? Kita akan meninggalkan Shirō begitu saja?"

"Sudahlah, ayo pergi!"

Naruto menarik Issei dan memaksanya untuk pergi dari tempat itu, sementara Shirō tinggal untuk menghadapi singa itu. Singa itu berlari memutari Shirō untuk mengejar Naruto dan Issei, namun Shirō melompat untuk menyerang singa itu.

Sayangnya, serangan Shirō meleset ketika singa itu berhasil menghindar dengan mudah dan lanjut berlari mengejar kedua sahabatnya. Saat singa itu melompat untuk menerkam mereka, Naruto mendorong Issei ke samping.

Hasilnya, singa itu mendorong tubuh Naruto ke permukaan tanah dengan cakarnya yang tajam.

"Roaarrr!"

Beruntung bagi Naruto, Shirō telah menancapkan kedua pisau berbeda warnanya ke punggung singa itu. Singa itu mengerang kesakitan dan meronta-ronta untuk membuat Shirō jatuh dari punggungnya.

Shirō menusuk singa itu berulang kali, namun itu hanya membuat makhluk itu menjadi marah. Tiba-tiba seluruh tubuh singa itu diselimuti api, dan Shirō langsung melompat turun darinya dengan tangan yang terbakar.

"Ugh, sialan" rutuk Shirō.

Singa itu berbalik dan menyerang Shirō, kaki depannya dilapisi oleh api. Shirō menghindari serangan itu, namun dia tidak bisa menghindari serangan selanjutnya.

"Roaarrr!"

Auman singa itu sangat keras sehingga membuat Shirō terseret mundur dan kehilangan keseimbangannya. Singa itu memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menerkam Shirō ke tanah seperti Naruto tadi.

Kemudian makhluk itu meninggalkan Shirō dan tatapannya terpaku kepada Naruto. Singa itu melompat ke arah Naruto yang berusaha melarikan diri. Akhirnya Naruto terjatuh ke tanah untuk kedua kalinya.

"Grrrr…."

Singa itu meninjak tangan Naruto dan membakarnya. Naruto hanya bisa menjerit kesakitan ketika tangannya dibakar.

"Naruto!" Issei dan Shirō berteriak bersamaan.

'Sialan, apakah ini adalah akhir hidupku? Masih banyak yang ingin kulakukan. Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama mereka berdua, aku tidak ingin mati. Dan juga… andai saja aku bisa melihat orang itu lagi.'

Wajah seorang wanita berambut pirang terlintas di pikiran Naruto.

Singa itu membuka lebar mulutnya untuk memakan Naruto. Issei dan Shirō menyaksikan dengan mata terbuka lebar, sedangkan Naruto sendiri tampak sudah pasrah karena dia tidak bisa melakukan apapun lagi.

"Yang benar saja! Aku masih ingin hidup!"

Suatu keajaiban pun terjadi. Tangan Naruto diselimuti semacam aura warna-warni sebelum aura itu membentuk sebuah pedang besar yang menusuk kepala sang singa.

Singa itu mengerang kesakitan sebelum melangkah mundur. Patut dipertanyakan bagaimana bisa makhluk itu masih hidup meski kepalanya berlubang akibat tusukan pedang.

Naruto berdiri dan menatap pedang yang terbuat dari cahaya warna-warni di tangannya. Warnanya yang beragam membuatnya terlihat seperti aurora di kutub utara yang memadat menjadi pedang besar.

Kemudian Naruto mengalihkan pandangannya ke arah sang singa dan mengayunkan pedangnya. Singa itu masih mengerang kesakitan sehingga tidak dapat menghindari ayunan pedang Naruto.

Kepala singa itu terpenggal dan kemudian dia menghilang dengan cara yang sama dengan singa betina tadi.

Pedang Naruto menghilang juga dan Naruto jatuh berlutut di tanah dengan nafas terengah-engah. Shirō dan Issei segera menghampirinya.

"Naruto, kau baik-baik saja?" tanya Shirō.

"Aku… lelah…" jawab Naruto sambil berusaha mengatur nafasnya.

"Woah! Apa yang baru saja kau lakukan? Itu menakjubkan, kau mengeluarkan pedang dan langsung membunuh monster itu!" Issei menatap Naruto dengan kagum.

"Aku… tidak tahu…"

Naruto mencoba untuk berdiri. Shirō dan Issei segera membantunya berdiri dan membopongnya, mereka bertiga berjalan meninggalkan tempat itu.

"Kau… harus memberitahu kami… apa yang terjadi…."

"Ya, aku akan menjelaskannya. Tapi pertama, kita harus merawat lukamu."

Malam itu, Uzumaki Naruto dan Hyōdō Issei menyaksikan sesuatu yang berada di luar akal sehat mereka. Teman mereka, Emiya Shirō, memiliki suatu rahasia. Tanpa mereka ketahui, malam itu adalah awal yang baru untuk Naruto dan Issei.

Tapi tidak ada satupun dari mereka bertiga yang tahu, bahwa ada orang lain di sana yang menyaksikan semuanya dari awal sampai akhir.

"Menarik" gumam orang itu sambil menaruh tombak yang dipegangnya di bahu.

To Be Continue

Sederhananya, ini cerita baru. Karena saya masih bingung gimana lanjutin dua cerita lainnya, akhirnya saya gunakan ide untuk membuat cerita baru, karena sangat mengganggu jika memiliki sebuah ide namun tidak direalisasikan.

Catatan penting: Setting cerita ini sama sekali bukan di Naruto atau High School DxD. Di sini tidak ada yang namanya chakra, jutsu, sacred gear, tiga fraksi, sihir, ataupun yang lainnya, tapi murni original.

Readers sekalian akan menemukan beberapa unsur yang mirip dengan asalnya (seperti tracing milik Shirō, nama tempat, kemampuan, dll.)

See you next time!