I
Malam ini, langit terlihat muram. Awan gelap menutupi cahaya bintang-bintang. Sebenarnya, waktu menunjukkan siang hari bila dilihat dengan jam. Tapi di dunia ini, malam tak pernah lagi berganti siang.
Di saat cuaca sedang tidak baik seperti ini, berjalanlah 3 remaja ditambah 2 "binatang peliharaan". Mereka berjalan beriringan. Yang paling kanan adalah remaja berambut silver bernama Lag, yang paling kiri adalah remaja gemuk berisi yang lebih tinggi bernama Connor, dan yang di tengah, seorang remaja berambut hitam dengan bola mata terbelah seperti kucing bernama Zaji, sedang merengut dan cemberut. 2 "binatang peliharaan" sisanya adalah anjing dengan wajah pemalas bernama Gus, anjing itu berjalan di samping Connor yang merupakan tuannya. Dan "binatang peliharaan" yang satu lagi adalah anak perempuan bermbut emas bermata samudra dengan pakaian serba pink berjalan di samping Lag yang merupakan tuannya.
2 "binatang peliharaan" itu sebenarnya adalah Dingo yang selalu menyertai letter bee dalam tugasnya. Lho? Tapi, kenapa Zaji jalan sendirian?
"Sudahlah Zaji, jangan merajuk terus" Lag berusaha membujuk remaja kucing itu.
"aku tidak merajuk." Kerutan di dahi Zaji bertambah dalam.
"Ya! Kau merajuk. Kalau kau tak suka berjalan dengan kami, kau boleh jalan duluan dan kami akan mengikutimu dari belakang." Connor mengunyah roti pizzanya.
"Aku tidak pernah bilang kalau aku tidak suka berjalan dengan kalian!" Sanggah Zaji. "hanya saja, cuaca hari ini membuat mood-ku jadi jelek."
"Zaji, memang tidak enak berjalan tanpa Dingo, tapi kau harus mengerti.."
"Aku mengerti!" Zaji memotong perkataan Lag dengan kesal. "Vashuka sedang dalam kondisi tak bisa bertarung. Kakinya cedera dan sekarang dia menderita suatu penyakit, ditambah lagi harga dirinya terluka dan dia jadi murung sehingga kondisinya terus menurun."
"hmmm… padahal seharusnya dia tidak usah sakit hati lantaran cedera. Itu 'kan hal yang biasa terjadi dalam tugas." Kata Connor.
"Aku juga sudah bilang padanya kalau aku tidak marah padanya. Tapi dia malah memalingkan wajahnya dariku…" Zaji sedih mengingat perihal Dingo kesayangannya.
"Niche tak pernah sedih kalau terluka. Niche bangga kalau terluka karena telah melindungi Lag" Niche berkomentar yang membuat Zaji makin panas.
"Huh! Yang membuatku lebih kesal lagi, kenapa aku harus bertugas ditemani kalian! Aku bisa menjaga diriku sendiri kok!"
"Ta, tapi jalur ini berbahaya Zaji. Akan sulit melewatinya bila tanpa dingo." Lag mencoba menenangkan temannya.
"Ya, karena itu Aria-san dan Largo-san meminta—atau lebih tepatnya memerintah— kami untuk menemanimu sebagai back up" Connor menambahkan.
"Makanya, aku bisa menjaga diriku sendiri! Dengan shindan ku dan dengan peluru hatiku, aku bisa menjaga diriku sendiri!"
"Akabari Lag lebih hebat dari aotoge Zaji." Lagi-lagi Niche berkomentar.
Mendengar komentar Niche, Zaji makin marah. Dadanya terasa panas dan tangannya gatal untuk menghantam sesuatu. Dia mendecak dengan keras dan berjalan mendahului kedua temannya. Melihat Zaji yang seperti itu, tanpa ekspresi kedua sahabatnya berpikir dalam hati, akhirnya aku mengerti arti pepatah 'binatang peliharaan pasti mirip tuannya'
Mereka bertiga terus berjalan. Tiga puluh menit kemudian, bayangan kota sudah nampak. Zaji ingin terus berjalan, tapi Lag dan Connor mengeluh kalau kaki mereka kesakitan dan perlu istirahat. Baru saja Zaji hendak bergabung bersama kedua temannya yang sudah mulai makan, tiba-tiba Niche menarik Lag dan Zaji menjauh dengan rambut emasnya dan Gus juga menyeret tuannya menjauh.
Tanah tempat mereka duduk tadi amblas, dan seekor gaichu yang berbentuk seperti kumbang muncul ke permukaan dan memekik. Setelah mendarat, dengan marah Niche membentuk rambutnya menjadi tongkat baseball dan menghantam gaichu itu sekuat tenaga. Gaichu itu nyaris rubuh kebelakang karena serangan Niche. Connor melemparkan ranjau-nya dan meledakkan kibaku untuk mengalihkan perhatian gaichu. Kemudian, cahaya merah dan biru gelap menghantam bagian lemah serangga raksasa itu. serangga itu bersinar dan hancur.
Lag tersenyum puas tapi kemudian senyumannya perlahan lenyap berubah melongo karena terkejut, bingung dan tak percaya akan apa yang dilihatnya. Saat gaichu itu hancur dan tubuhnya berserakan, ternyata di dalam gaichu itu terdapat seorang anak perempuan yang tengah tak sadarkan diri. Anak perempuan itu melayang karena gaichu hancur, tapi kemudian ia mulai terjatuh.
Lag menyebut nama Niche, dan segera saja anak perempuan imut yang selalu merengut itu menangkap gadis itu dengan cekatan dan perlahan membaringkannya di tanah. Ketiga remaja pria itu berkerumun memperhatikan si anak perempuan yang tengah tak sadarkan diri itu. Gadis itu berambut panjang berwarna cokelat muda. Di lehernya yang putih terikan pita berwarna ungu terang. Ia mengenakan baju tanpa lengan berwarna ungu gelap, lalu rok –itu yang dilihat ketiga remaja tersebut— dengan belahan yang memperlihatkan kaki kirinya dan celana ketat berwarna hitam. Untuk melindungi kaki putihnya, gadis itu menggunakan sepatu seperti toe shoes.
Yang membuat mereka terkejut bukanlah kenyataan bahwa anak perempuan itu sangat cantik, tapi kenyataan bahwa ia ada di dalam, tubuh seekor serangga raksasa. Bagaimana cara gadis itu bisa masuk sampai ke dalam tubuh serangga berbahaya itu, sedangkan mendekatinya saja sudah beresiko kematian. Mereka terperangah untuk sesaat.
"dia musuh? Dia dari reverse? Haruskah Niche membunuhnya?" Niche mengejutkan ketiga remaja yang sedang bengong itu.
"Tidak boleh, Niche! Aku sudah bilang padamu kalau kau tak boleh melukai orang lagi apalagi membunuhnya!" Lag mempertingati Niche dengan panik.
"lalu apa yang harus kita lakukan dengan gadis ini?" Zaji menatap Connor yang terlihat sangat serius.
"Zaji…" Suara Connor terdengar lebih rendah dari biasanya, dan tatapan matanya juga lebih serius membuat Zaji menelan ludah dengan gugup memikirkan betapa seriusnya situasi ini. "Apa kau mau berbuat mesum terhadap gadis ini?"
"TENTU SAJA TIDAK, BODOOH!" Zaji memukul kepala Connor.
"kenapa sih? Aku kan cuma bercanda…"
"JANGAN BERCANDA DENGAN WAJAH SERIUS!"
"habis dari tadi kau menatap gadis ini sambil menelan ludah sih, jadi kalau mengikuti perkembangan ceritanya, harusnya ada 'sesuatu' yang akan kau lakukan 'kan?"
"TIDAK! LAGI PULA INI BUKAN CERITA MESUM!"
"sudah, sudah, yang lebih penting, kita harus menolong gadis ini." Lag mencoba menenangkan Zaji.
"tapi bagaimana caranya?" Zaji kebingungan.
"Zaji! Kau yang gendong dia." Connor memberikan ultimatum.
"KAU SAJA YANG GENDONG!"
"kalau mengikuti perkembangan cerita, seharusnya…"
"DIAM! JANGAN BERKHAYAL YANG ANEH-ANEH, CONNOR!"
"aku setuju dengan Connor, lebih baik kau menggendongnya sampai ke kota Zaji." Lag menyuarakan persetujuannya.
"Kenapa aku? Suruh saja si Connor yang menggendongnya, diantara kita, tubuhnya yang paling besar."
"ya, tapi staminanya tidak seberapa, bisa-bisa Connor pingsan di depan gerbang kota,"
"kalau begitu kau saja yang gendong."
"tinggi gadis ini hampir sama denganmu, aku tak bisa menggendongnya."
"kalau begitu, suruh Niche saja,"
"nanti orang-orang kota akan ketakutan melihat seorang anak kecil menggendong anak yang lebih besar darinya menggunakan rambutnya."
"jadi kalian mau mengorbankan aku?" Zaji menuding ke kedua sahabatnya.
"bukan begitu," Lag mulai kesal. "sampai di kota, kita taruh dia di sebuah penginapan…"
"lalu kita lakukan tugas kita sampai selesai…" Connor melanjutkan.
"ya, setelah itu, kau kembali ke penginapan…"
"setelah itu kami berdua akan mengintipmu sedang berbuat mesum dari lubang kunci." Perkataannya yang melantur mendapatkan hadiah utama berupa jotosan Zaji dan jitakan dari Lag.
"Setelah itu aku dan Connor akan menyewa kereta kuda untuk membawanya ke Bee Hive untuk diperiksa Dr. Thunterland." Lag melanjutkan.
Zaji mengangguk setuju. Secara aneh, sebenarnya dia sangat menghormati Lag yang 2 tahun lebih muda darinya dan sangat cengeng. Zaji kagum pada kebaikan yang ada pada diri Lag, dan pada saat yang bersamaan dia tak menyukai kebaikan itu. kebaikan yang dimiliki Lag pasti akan membahayakannya suatu saat nanti.
Mereka bertiga terus berjalan sampai menemukan penginapan. Zaji membaringkan gadis itu di tempat tidur, dan Lag berpesan kepada pelayan di penginapan itu untuk menjaganya sebentar. Setelah itu, mereka bertiga berpencar melakukan pengiriman masing-masing. Dua jam kemudian, tugas mereka selesai.
Sesuai janji, Zaji kembali ke penginapan sementara Lag dan Connor menyewa kereta kuda. Kali ini Zaji di temani Niche. Gadis itu belum terjaga. Matanya masih tertutup rapat, dan nafasnya berat terautr menunjukkan bila dia terlelap. Dibantu Niche, Zaji menaikkan gadis itu ke punggungnya. Tubuh gadis itu tak seberat yang ia sangka, terlalu ringan malah. Pemuda kucing itu pada awalnya juga terkejut. Setelah membaringkan gadis itu di kereta kuda, mereka bertiga kembali ke Yuusari dalam diam.
"tidak ada keanehan pada hatinya, di tubuhnya juga tak terdapat luka serius. Di kepalanya tak ada tanda-tanda bekas hantaman keras. Gadis ini sangat sehat." Dr. Thunderland memberikan penjelasan pada ketika pemuda letter bee, Aria-san, dan Largo-san. "lalu? Kenapa dia bisa pingsan?" tanya Aria. "yang membuatku lebih tertarik adalah, mengapa gadis ini bisa berada di dalam seekor gaichu?"
"hmm… mungkin saat gaichu itu sedang tertidur, dia menyusup masuk kedalamnya karena mengira itu adalah gua." Aria mencoba menganalisis.
"apa kau sudah melihat ingatannya, Seeing?" tanya Dr. Thunderland
"sudah, tapi…" Lag tergagap.
"apa? Tapi apa?"
"tapi tidak ada apapun di ingatannya. Putih bersih, sama sekali tak ada apapun yang bisa dilihat."
Trio orang dewasa itu terkejut mendengar laporan Lag. Largo menyentuh dahinya, mencoba memikirkan sesuatu. "apa mungkin hatinya sudah dimakan?"
"tapi kalaupun begitu, untuk apa dia ada didalam gaichu?" Aria mendebat atasannya.
"yah, mungkin saja gaichu itu menyimpan gadis ini sebagai cadangan makanan."
"memangnya gaichu itu beruang?"
"apa benar-benar tak ada keanehan sama sekali pada dirinya dokter?" Connor mengalihkan topik pembicaraan.
Dr. Thunterland membisu sejenak, "ada" katanya, "gadis ini terlalu bersih untuk ukuran orang yang telah bertarung atau diserang gaichu."
Semua orang yang ada diruangan itu terkejut menyadari keanehan yang tak mereka lihat sebelumnya. Lag memperhatikan gadis yang terbaring tak berdaya itu dengan seksama dan membandingkannya dengan keadaan tubuhnya. Bajunya sendiri kotor terkena debu dan tanah, keringat di wajahnya tercampur dengan debu, rambutnya lepek karena keringat, dan sepatunya berlumpur. Tapi gadis itu sangat bersih, bajunya, tubuhnya, bahkan sepatunya.
Saat semuanya sedang berfikir keras, Zaji celingukan sendiri mencari-cari sosok yang akrab dimatanya. "Dokter, mana Vashuka?" tanya Zaji dengan panik. Dokter bermata satu itu tersadar dari lamunannya, "ah, dia ada di balik pintu itu." setelah menuding ke arah pintu yang dimaksud, Dr. Thunderland kembali ke lamunannya.
Sementara Zaji menjenguk dingo kesayangannya, semua orang yang ada di sana saling berdebat. Memberikan spekulasi-spekulasi yang sayangnya pasti tidak tepat. Setelah berdebat untuk beberapa lama, mereka hendak kembali ke tugas masing –Dr. Thunterland menyepak Zaji keluar dari ruang perawatan Vashuka— tatkala Largo baru saja menyentuh gagang pintu, Dr. Thunderland memanggil mereka kembali. Mereka langsung berlari ke arah suara berasal, dan terperangah saat melihat gadis itu sudah membuka matanya.
"Syukurlah kau sudah terjaga. Bagaimana perasaan mu?" tanya Dr. Thunderland lembut. Namun nampaknya gadis itu ketakutan dan menatap mereka semua dengan curiga, "siapa kalian? Dimana ini? kenapa aku bisa ada disini." Dengan sabar, Dr. Thunderland menjelaskan bahwa mereka adalah pegawai pemerintah lalu memperkenalkan satu persatu nama-nama orang yang ada disitu. "bagaimana denganmu? Siapa namamu?" gadis itu kembali membisu, "tidak tahu…" kata gadis itu dengan susah payah, "aku tidak ingat siapa namaku, darimana aku berasal, aku bahkan tak tahu negeri yang bernama Amberground ini."
Para pegawai pemerintah itu terkejut, mata mereka terbuka lebar, dan mulut mereka menganga. Zaji mendecak dengan keras, sementara Lag tak percaya dengan pendengarannya sendiri.
.
