The Boys Broken Heart -

chapter 1. Deciduous

characters belong to Himaruya -sensei :)


Gilbert –putera mahkota kerajaan Prussia, dan Elizaveta –putri kerajaan Hungaria. Mereka telah berteman sejak dahulu, bahkan jauh sebelum Gilbert menyadari, akan terjadi kisah menarik diantara mereka.


Hari itu, sinar sang surya tak begitu terik. Kedua anak manusia itu –Gilbert dan Elizaveta, sedang duduk bersantai di tepi danau yang menjadi pemisah antar dua negara. Mereka berteduh dibawah pohon Dogwood yang rindang. Sesekali Gilbert melemparkan batu ketengah danau, membuat air yang awalnya tenang itu jadi beriak-riak.

"Orang bilang, setiap manusia yang terlahir punya jodohnya masing-masing.." Elizaveta menerawang ke arah danau. Sepoi angin mengalunkan rambut indahnya.

"Orang siapa?" Timpal Gilbert.

"Itu hanya ungkapan, bodoh! Dasar kau ini, tidak pernah mengerti!"

Aku mengerti, kok.

"Aku tidak bodoh, bodoh! Aku Awesome! HAHAHA!" Teriak Putra Mahkota itu, membuat gema diikuti burung-burung yang beterbangan karena takut.

Elizaveta enggan membahasnya lagi, kapan sih lelaki ini bisa serius sedikit?

"Aku selalu bermimpi untuk mengalami kisah cinta yang indah seperti buih laut, bertemu pangeran tampan yang jago berkuda.." ia kembali menerawang.

Lantas, aku berlatih berkuda setiap saat.

"...Bisa bermain musik dan juga jago bermain anggar.."

Dan aku berlatih piano serta anggar sebanyak yang kubisa.

"Memangnya semudah itu mendapatkan pangeran sempurna.." cibir Gilbert . Masih dengan tempat yang sama, namun bedanya, kini sang surya mulai tenggelam.

"Siapa tahu kan? Lagipula, mudah menemukan pangeran diabad pertengahan ini.."

"Aku juga pangeran! Bisa berkuda, bermain piano, anggar.."

"Ah! Masa kau sih?" Potong Eli.

"Memangnya kenapa? Aku kan Awesome!"

"Ih! Aku tidak mau! Aku ingin menikah dengan pangeran yang romantis saja!" Eli mencibir Gilbert.

Aku sakit.

"Apasih bagusnya orang yang romantis.." Gilbert memutar bola matanya.

"Ya baguslah! Hampir setiap wanita ingin punya pasangan yang romantis.."

"Romantis itu membosankan! Tidak Awesome!"

Ketika seorang pria tak romantis, bukan berarti ia tak mau.

"Terserah kau saja lah! Oh ya, ngomong-ngomong hari mulai gelap, lebih baik aku pulang sekarang saja.." wanita itu bangkit dan segera berlari menuju hutan, menghilang dari pandangan dan segera menampakan siluet pepohonan yang hitam.

"Eli! Bagaimana kalau aku mengantarmu?" Teriak Gilbert, Namun tak terdengar jawaban apa-apa. Nampaknya, wanita itu sudah terlampau jauh.

Kini sang surya semakin tenggelam. Langit didominasi dengan warna jingga, tetapi menyebar juga warna indah lainnya. Biru, nila, ungu, dan kuning, semuanya bercampur menghiasi langit senja kala itu. Bintang pun mulai nampak, menandakan malam akan segera terbangun dari tidur nyenyaknya.

Gilbert tidak bergeming dari tempatnya tadi. Masih dipikirkan olehnya kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulut Eliza. Andai ia terlahir bukan sebagai sahabat sejak kecil, mungkin ia bisa bersikap romantis pada Eli. Namun, inilah kenyataan, kawan.

Rentetan kisah bersama gadis yang bernama Eliza itu, tiba-tiba berkelebatan dipikiran Gilbert bersamaan dengan rasa sesak dihatinya.

Bak film kuno hitam-putih yang tak menentu bagaimana alurnya.


Dulu sekali, ketika mereka masih kanak-kanak, Eliza mendatangi Gilbert dengan banjiran air mata. Digenggam ditangan kecilnya sebuah boneka kayu yang patah menjadi dua bagian. Gilbert dengan tulusnya memperbaiki boneka gadis itu.

Namun,

Gadis kecil itu malah semakin menangis ketika boneka miliknya –yang kini telah menjadi satu lagi, dipenuhi cairan lengket yang disebut, lem. Ia semakin meraung-raung menyalahkan Gilbert atas apa yang telah diperbuat olehnya. Bonekanya, kini, tak dapat disentuh lagi karena terlalu lengket.

Seandainya gadis itu tahu, betapa sulit bagi Gilbert kecil menyatukan dua bagian boneka kayu miliknya. Betapa Gilbert telah menahan rasa sakit, ketika ibu jarinya tertusuk serpihan kayu boneka itu. Namun ia tak tahu, dan ia tetap menyalahkan Gilbert atas perbuatannya.

Gilbert hanya berharap ia tak akan pernah mengecewakan Eli lagi.


Ketika mereka menginjak masa remaja, Eli menyukai salah seorang teman Gilbert –seorang bangsawan Prussia. Eli datang pada Gilbert, dan meminta lelaki itu untuk mendekatkan mereka berdua. Gilbert berjanji, ia akan melakukan apapun yang ia bisa.

Mengantarkan surat-surat Eli pada si bangsawan Prussia, mencari informasi tentang lelaki itu, bahkan membuat mereka bisa berdansa di pesta ulang tahunnya. Gilbert menceritakan pada Eli semua informasi yang ia ketahui tentang lelaki itu. Tapi, ia selalu melewatkan satu hal, lelaki itu akan segera menikah dengan tunangannya.

Namun,

Ketika Eli remaja tahu akan kebenarannya, ia marah besar pada Gilbert, berjanji tak akan berbicara lagi dengan Gilbert seumur hidupnya. Ia berjanji tak akan mempercayai Gilbert lagi sepanjang umurnya.

Seandainya Eli tahu, betapa Gilbert tak ingin ia patah hati. Betapa lelaki itu berharap Eli bisa bahagia, Eli bisa memiliki kisah cinta pertama yang indah. Betapa besar pengorbanannya merelakan gadis yang dicintainya jatuh cinta kepada orang lain. Namun ia tidak tahu, dan tetap menyalahkan Gilbert atas apa yang diperbuatnya.

Gilbert hanya berharap, ia tak akan pernah mengecewakan Eli lagi.


Kini mereka sama-sama dewasa. Kini jalan hidup ada ditangan mereka sendiri. Dan Elizaveta tetap bersikeras untuk mencari pangeran impiannya. Padahal, asalkan kau tahu saja, kerajaan Hungaria hampir bangkrut. Raja Hungaria berusaha mengadakan pernikahan antar kerajannya dan kerajaan Prusia. Gilbert sangat ingin membantu. Sangat ingin.

Namun,

Sekeras apapun usahanya membahagiakan Eli, itu tak pernah cukup. Semirip apapun dirinya dengan pangeran impian Eli, ia tetap tak akan dipandang. Mengapa takdir membawanya ke posisi 'teman'? Ia juga ingin dipandang sebagai seorang lelaki, sebagai seorang yang dianggap bisa menjadi pemeran pria dalam kisah romantis Eli.

Apakah hidup begitu tak adil? Apakah bahagia tak mau menyapanya?


Namun,

Selang beberapa hari setelah perbincangannya tentang jodoh, Eli dipinang oleh seorang pangeran Austria.

Seandainya Eli tahu, pengorbanan Gilbert untuknya selama ini.

Seandainya Eli tahu, apa yang ada dibalik setiap tawa aneh itu.

Seandainya Eli tahu, betapa Gilbert mencintainya.

Tapi kawan, ia tak tahu.

Gilbert berharap, ia tak akan pernah kecewa lagi.

Deciduous

-Das Ende-

To be continue to the next chap...


Okay ini baru chap 1 -_-" fyuh! semoga lancar di chap lainnya ._.

Oh iya, author butuh banyak masukan nih ;) mohon review annya yahh..

kalo ada yang mau request boleh :) ayoo dibantu authornyaa hihihih XD #maksa