Author:

Cast: GOT7, BTS, etc.

Pairing: MarkBam

Genre: school-life, romance, friendship

Rate: T

Disclaimer: casts aren't mine, storyline/plot is mine.

Warning: typo(s), indonesian, bahasa amburadul/?, etc.

Please leave this story quickly if you don't like the casts, pairing, and author :)

.

.

.

.

Annyeong :3 ini fanfiction pertama yang aku share di huhu gak tau tiba tiba kepikiran aja buat nulis disini :') pairingnya MarkBam karena author suka banget sama merekaa udah cucok kaya suami istri/? Read and Review yaa author sangat butuh dukungan untuk FF ini, happy reading :D

.

.

.

.

"ADUH Bam, celanaku kepanjangan!" kata seorang namja sambil sibuk menaikkan celananya sampai ke atas pusar. Namanya Jeon Jungkook, sudah biasa di panggil Jungkook. Dia adalah teman yang dekat dengan Bambam mulai dari seminggu yang lalu.

Bambam dan Jungkook berdiri di depan kelas mereka, tepatnya kelas baru mereka yaitu kelas X-C. Mereka mulai saling mengenal sejak minggu lalu, waktu mereka masih pada masa orientasi sekolah atau bahasa kerennya MOS.

Yap, mereka baru saja memasukki jenjang sekolah menengah atas atau tepatnya di North High School, sekolah yang hanya di hadiri oleh kaum adam saja, jadi artinya tidak ada anak perempuan di sekolah itu, dan mau tidak mau para murid harus menghabiskan masa SMA nya tanpa melihat lawan jenis yang kodratnya selalu menawan di mata para lelaki.

"Itu nggak di potong?" tanya Bambam, tapi Jungkook sibuk membetulkan celananya walaupun ia tahu itu tak ada hasilnya. "Hah, gak terasa ya sudah SMA lagi, kurasa baru saja kemarin aku masuk SMP." kata Bambam sambil menggosokkan kedua telapak tangannya satu sama lain.

"Ngomong-ngomong hari ini kegiatannya apa saja? Inikan hari pertama kita setelah masa orientasi." Jungkook malah bertanya balik setelah beres dengan celananya, sementara Bambam hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban. "Yang lain mana ya? Yugyeom, Mingyu, dan Junhoe, seharusnya mereka sudah disini." Jungkook melihat ke sekitar, tapi yang ia lihat hanyalah para siswa yang tidak ia kenal. Yugyeom, Mingyu dan Junhoe, nama nama yang tadi Jungkook sebut adalah teman sekelompok MOS mereka yang lain pada minggu lalu. Uniknya, mereka berlima datang dari sekolah yang berbeda-beda dan hanya mengenal satu sama lain.

"Siapa itu lari-lari?" Bambam menyipitkan matanya ke satu arah. Ia melihat seseorang berlari terburu-buru ke arah mereka, namun ketika orang itu semakin dekat, Bambam mulai dapat mengenalinya.

"Junhoe?"

"Haaahh... haduuh... tolong..." orang itu, yang tidak bukan tidak lain adalah Junhoe, refleks memeluk tangan Bambam sambil berbungkuk ketika ia sampai dengan nafasnya yang tidak beraturan dan peluh yang bercucuran dari pelipisnya. "Haduh... aku telat nih kayaknya..." kata Junhoe, masih sambil mencoba membetulkan nafasnya

"Belum kok, masih lima menit." jawab Bambam santai. "Kau tak melihat yang lainnya?"

"Mingyu dan Yugyeom? Tidak, kurasa mereka akan telat." jawab Junhoe, suaranya mulai bisa terdengar jelas.

Mereka khawatir dengan Yugyeom dan Mingyu, berhubung hari itu adalah hari pertama mereka setelah minggu MOS, yang merupakan hari penting bagi semua murid baru karena pada hari itulah mereka diresmikan menjadi bagian dari sekolah. Tapi apa boleh buat, bel masuk sudah berbunyi dan sampai saat itu pula mereka belum melihat batang hidung Yugyeom dan Mingyu.

Pagi itu, semua murid, baik anak kelas sepuluh sampai anak kelas dua belas di kumpulkan di lapangan upacara dan berbaris bersama kelas masing-masing. Matahari belum mencapai puncaknya, tapi cahayanya sudah cukup untuk membakar para siswa menjadi sarden goreng di lapangan upacara. Bambam hanya dapat menggoyang-goyangkan kaki kanannya dan melihat sekitar karena kebosanan, tapi ia berhenti di satu titik ketika ia melihat sesuatu yang familiar baginya.

"Jungkook!" panggil Bambam.

"Apa?" Jungkook berbisik.

"Lihat itu siapa di sana!"

"Mana?"

"Ituuu.. aduh aku tidak bisa menunjuk mereka nanti aku kena tegur."

"Terus apaan dong?" Jungkook masih penasaran dengan apa yang dimaksud Bambam.

"Arah jam tiga, barisan paling ujung, menghadap ke barat!" kata Bambam dengan cepat. Jungkook mengikuti arah mata Bambam dan pada akhirnya ia mengerti apa yang Bambam maksud. Barisan anak-anak terlambat, Yugyeom dan Mingyu berada di barisan yang sama. Pas sekali, Yugyeom melirik ke arah Jungkook dan langsung membuat wajah sedih seperti berkata: tolong dong.

"Berhubung sang ketua OSIS tidak hadir, mari kita dengarkan beberapa patah kata dari wakil ketua OSIS kita, Mark Tuan Yi En." kata sang kepala sekolah yang daritadi berbicara atas podium, bahkan mulutnya hampir berbusa karena menjelaskan keterangan tata tertib yang terlalu banyak. Sang kepala sekolah turun, lalu digantikan oleh sosok namja bertubuh tinggi agak kurus, berambut cokelat agak keemasan. Tidak lain tidak bukan adalah Mark Tuan, si wakil ketua OSIS menawan dengan wajah tampan dan imutnya.

"Ehem.. ekhm.." Mark membersihkan tenggorokannya sambil mengetuk-ngetuk microfon. "Selamat pagi bapak kepala sekolah, ibu dan bapak guru, para staff, para siswa yang hadir hari ini, khususnya adik-adik kelas sepuluh yang baru." sambut Mark dengan wibawanya. Tak ada niat lagi bagi Bambam untuk berdiri di lapangan dan mendengarkan puluhan paragraf yang dilontarkan para pembicara di atas podium, ia hanya ingin segera masuk ke kelas dan duduk dengan tenang, bahkan ia tidak tahu apa yang sang wakil ketua OSIS katakan.

"Bambam," panggil Jungkook, Bambam hanya menoleh sedikit, "waketosnya ganteng yah." Jungkook menyeringai, itu membuat Bambam takut hingga bertanya-tanya sampai ke benaknya yang paling dalam.

"Jungkook," bisik Bambam.

"Hm?"

"Kamu gay?"

"Aku kan cuma ngomong."

"Ngomongnya ngelantur tapi." Bambam menjawab malas bercampur dengan perasaan ngeri.

Sembilan puluh menit berlalu, akhirnya mereka dapat meninggalkan tempat mereka setelah mendengarkan ucapan-ucapan membosankan dari para guru dan wakil murid. Bambam, Jungkook dan Junhoe langsung berlari menghampiri Yugyeom dan Mingyu yang sepertinya sibuk mencari sosok mereka bertiga.

"Woy!" Junhoe mencoba mengagetkan mereka berdua.

"Ih, kalian, akhirnya," Mingyu terlihat lega ketika akhirnya mereka semua berkumpul jadi lima.

"Kenapa terlambat? Keenakan tidur ya?" goda Bambam.

"Niatnya sih ingin tidur terus sampai siang, tapi gak bisa, hehe." jawab Yugyeom dengan seringai polosnya.

"Hari pertama pakai seragam SMA loh, masa terlambat." Jungkook memukul pelan lengan Mingyu.

"Bodo amat ah, ayo buruan ke kelas, panas nih." Mingyu menyeka keringatnya dengan punggung tangan dan membawa mereka semua ke kelas.

Bambam, seorang bocah kelas sepuluh SMA yang unik dari Thailand. Benar, tak punya darah Korea sama sekali, namanya saja benar-benar bukan Korea; Kunpimook Buwakhul. Bambam hanyalah nama panggilan saja karena nama aslinya yang sulit di sebut. Pindah dari Thailand ke Korea sekitar sebulan yang lalu untuk melanjutkan SMA. Orang tuanya mengkhawatirkan kondisi Bambam di Thailand karena selalu menjadi korban para perempuan dengan ejekkan "lelaki bohongan", tapi tubuh Bambam yang mungil, imut dan ramping memang membuatnya terlihat seperti perempuan, terlebih lagi sifatnya yang lembut dan menggemaskan.

Mereka berlima datang dari sekolah yang berbeda-beda; Bambam dari Thailand, Jungkook dan Yugyeom yang sama sama berasal dari SMP khusus namja (namun berbeda sekolah), Mingyu yang berasal dari SMP publik biasa dan Junhoe yang berasal dari sekolah internasional. Memang awalnya malu-malu dan gugup untuk mengenal satu sama lain, tapi waktu seminggu cukup cepat untuk membuat mereka saling mengenal dengan baik.

.

.

.

.

"IH, timun! Siapa yang mau timun?" Junhoe memekik tiba-tiba di ketenangan istirahat makan siang mereka di kantin. Mereka berlima membawa bekal masing-masing dari rumah untuk di makan pada saat istirahat, walaupun ada kantin yang bagus dan serba lengkap di sekolah, tapi mereka lebih memilih membawa bekal karena lebih praktis tanpa harus mengantri untuk mengambil makanan.

"Buatku saja." Yugyeom segera mengambil dan memakan sehelai timun yang daritadi Junhoe pegang-pegang jijik di jarinya. "Timun sehat, loh!" kata Yugyeom sambil mengunyah timun.

"Tidak enak rasanya, lembek." Junhoe pura-pura bergidik jijik.

"Hey, feelingku tidak enak." Jungkook tiba-tiba berkata dengan misterius.

"Kenapa?"

"Tuh," Jungkook menunjuk sesuatu dengan dagunya yang diangkat. Pada detik-detik awal mereka semua kebingungan dengan apa yang Jungkook maksud, tapi ketika mereka melihat ke arah yang sama, hati mereka mulai berdegup lebih kencang digas oleh perasaan takut dan gugup sekaligus.

Sekelompok orang bertubuh tinggi (ada beberapa yang pendek) berjalan dengan gaya mereka yang menggertak, alis yang diangkat-angkat/? dan bahu tangan mereka yang sibuk membenarkan bentuk rambut atau dimasukkan ke saku celana. Di paling depan, ada namja berambut coklat agak blonde dengan bentuk rambutnya yang dijambul, badannya tidak terlalu tinggi tapi cukup menakutkan untuk dihadapi. Orang-orang pengikut di belakangnya terlihat seperti pengikut-pengikut bodoh yang tidak mereka kenal, kecuali si tinggi berambut keemasan, waketos yang katanya dapat menarik hati kaum hawa, bahkan adam, Mark Tuan.

"Sial deh." Yugyeom menghela napas berat ketika kelompok itu menghampiri meja mereka.

"Selamat pagi, ade-ade." sapa namja berjambul itu, terlihat di name-tagnya bahwa ia bernama Lim Jaebum.

"Patroli dulu ya." seorang namja berambut cokelat dengan poni berseri-seri lebar sambil mengacak-acak rambut Jungkook.

Bagus, mungkin patroli hanyalah judul belaka yang mereka buat untuk membungkus niat asli mereka, yaitu membully dan menggoda para anak-anak baru di sekolah itu, mentang-mentang mereka adalah senior yang tampaknya memiliki jabatan tinggi, padahal begonya masih setara dengan anak-anak SMP.

"Ini sekolah, bukan mall, gelangnya lepas saja." seseorang mengambil gelang Mingyu langsung dari tangannya, itu membuat Mingyu merasa kesal dan ingin langsung memukul wajah orang itu, tapi apa daya ia hanyalah seorang murid baru.

"De, masa SMP nya sudah lewat, bekalnya simpan saja untuk disuapi di rumah." kata Jaebum.

"Ini rambut atau lampu neon?" kata Mark dengan suaranya yang berat sambil mengelus-elus rambut Bambam, yang membuat hati Bambam menjadi loncat-loncat tak karuan, bukan apa-apa melainkan rasa takut kalau Mark akan melakukan hal yang lebih buruk daripada sekedar mengelus rambutnya.

"Ah, kudengar kau dari Thailand ya." kata Jaebum sambil melirik Bambam.

"Siapa? Dia?" Mark menunjuk Bambam dengan penasaran.

"Kunmook Bubu-apadeh," oceh seseorang yang tadi merampas gelang Mingyu.

"Namanya Kunpimook Buwakhul." sambar Jungkook dengan kekesalan yang membara di suaranya.

"Haha, Taehyung, kau tidak pernah mengeja sesuatu dengan benar." yang lain tertawa.

"Namanya dia kan susah, jangan salahkan aku dong."

Tanpa Bambam sadari, Mark daritadi tengah memusatkan perhatiannya ke Bambam, bahkan sambil terus mengelus-elus lembut rambut Bambam yang katanya seperti neon itu karena rambut Bambam berwarna hitam dengan pirang yang menyala di bagian poninya.

"Hai," sambar seorang namja yang lain, langsung duduk di atas meja meghadap ke arah Bambam. Wajahnya memang tampan, tapi senyumannya yang menggoda membuat Bambam malah merasa jijik kepadanya, bahkan Bambam tidak bisa melihat bagaimana bentuk kepala asli namja itu karena snapback yang ia pakai. "Jackson Wang, representative Hong Kong dalam bidang fencing. Handphoneku siap mencatat nomormu."

"Eh?" Bambam kebingungan.

"Kita sesama dari luar Korea kan? Kurasa takdir mempertemukan kita." ucap Jackson, kalimatnya nyaris saja membuat Bambam dan kawannya muntah berjama'ah.

"Yak!" Mark tiba-tiba memukul tengkuk Jackson. "Aku juga dari luar Korea." Mark terlihat penuh emosi dari cara ia melihat Jackson.

"Siapa yang peduli?" Jackson menantang Mark, walau maksudnya hanyalah bercanda.

Mark hanya menghela nafas berat seperti ia membuang niatnya untuk mencekek Jackson saat itu juga, tapi Mark buru-buru melupakan Jackson dan menatap Bambam. "Aku Mark. Jackson dari Hong Kong, aku dari Amerika. Ada siswa kelas duabelas juga berasal dari Thailand, namanya Nichkhun hyung." Mark memperkenalkan diri dengan tenang.

"Dia sebenarnya orang Taiwan." sela Jackson.

"Oh, shut up!" Mark menyipitkan matanya seakan berkata: lanjutkan dan kau mati.

"Delapan tiga tujuh lima satu sepuluh empat tujuh tiga puluh, telfon aku ya, sayang." Jackson memberikan wink terbaiknya kepada Bambam. Fix, sebentar lagi mereka semua akan mati di tempat karena godaan Jackson yang berlebihan itu. Bahkan tanpa Jackson sadari, ia telah meminum minuman dari botol Yugyeom dan turun dari atas meja.

"Benarkan penampilan kalian. Ingat! Tak ada perhiasan yang mencolok. Kecuali kalian ingin menggoda kakak kakak kelas tampan seperti kami." tukas Jaebum sambil mengeluarkan senyuman jahatnya.

"Bon appetite." Jackson memberikan salam terakhir mereka dan akhirnya pergi meninggalkan bocah-bocah polos di meja itu.

"Jahanam!" Junhoe mengutuk gerombolan kakak kelas itu.

"Aku tidak akan pernah minum dengan botol ini lagi." Yugyeom menatap kosong botol minumnya.

"Gelangku.." Mingyu nyaris menangis sambil memegang sendoknya, sementara Bambam hanya dapat merangkul Mingyu dan mengelus lembut bahu Mingyu, "aku menyisihkan setengah uang jajanku untuk membeli gelang itu."

"Kita coba dapatkan gelangmu dari mereka secepatnya." rujuk Bambam.

"Hey, Bambam, kenapa kau tidak tonjok saja si Jackson itu? Kau tahu dia sangat menggelikan." Yugyeom marah-marah.

"Ingin sih, tapi kan nggak sopan." Bambam memasang wajah memelas.

"Tapi yang tadi merampas gelangmu itu ganteng loh, Mingyu." Jungkook terlihat semangat, di antara mereka, Jungkook lah yang paling terlihat bahagia karena dihampiri segerombolan kakak kakak kelas menggoda. "Sekilas kulihat, namanya Tae-"

"Ganteng dari Hong Kong!" Mingyu menepis perkataan Jungkook secepatnya.

"Eh, tapi yang dari Hong Kong juga ganteng, Jackson bukan sih namanya?"

"JUNGKOOK!" semua yang ada di meja itu berteriak kepada Jungkook hingga ia tak berkutik sedikitpun kecuali mem-poutkan bibirnya.

"Nggak ada yang ganteng, nggak ada yang bagus. Lagipula, memangnya kita gay?" emosi Bambam mulai meluap, bahkan ia sendiri bertanya-tanya mengapa ia bicara dengan nada yang melengking seperti itu.

"Gay juga manusia kali." Jungkook menghabiskan bekalnya, tapi wajahnya tidak terlihat begitu baik hingga membuat kekhawatiran dalam diri Bambam. Bambam tahu, seharusnya ia tidak berkata seperti itu karena Jungkook menghabiskan masa sekolahnya di sekolah khusus laki-laki, mentalnya pun bisa jadi berbeda dengan yang lain. Maka dari itu, Bambam merasa menyesal tentang apa yang sudah ia katakan. Begitupula dengan Yugyeom yang sama halnya dengan Jungkook, memang Yugyeom hanya diam, tapi Yugyeom juga pasti merasakan hal yang hampir sama.

Kalau aku gay juga gimana? Memang ganteng-ganteng sih, tapi nyebelin, Bambam bertanya kepada dirinya sendiri.

- To be continue -

Yeee part1 beres :3 semoga cerita ini nggak membosankan yaaa, gak tau kenapa kepikiran aja gitu buat bikin cerita kaya gini T_T please kasih review nya, minimal 6 review buat lanjut ke part selanjutnya, kalo kurang dari segitu bakal author hapus secepatnya, disini memang belum banyak MarkBam momentnya, tapi jangan khawatir karena part selanjutnya akan ganchaar/? makanya review yah! Gomawoo ^^