All the characters isn't mine but the storyline is mine. Don't Plagiarism
Don't Like Don't Read juseyo.
Caution! It's YAOI. It isn't suitable for homphobia
EXO Suho x Lay
Enjoy!
- AqueousXback -
Joonmyeon jadi teringat dengan kabar burung mengenai kelas 2-C yang disebut-sebut kelas terkutuk. Entah apa alasan orang-orang menyebutnya seperti itu. Ada yang mengatakan, kalau kelas itu selalu terkena sial. Banyak siswa yang mati bunuh diri dan pembunuhan yang terjadi tanpa diketahui sebabnya.
Melelahkan.
Satu kata yang lebih dari cukup untuk menggambarkan keadaan Joonmyeon yang tengah duduk termenung di depan pintu laboratorium biologi.
Joonmyeon pun menghela nafasnya frustasi. Ia tak habis pikir kenapa ia langsung menyetujui permintaan guru konseling untuk mencalonkan diri menjadi presiden kesiswaan. Ia juga tak habis pikir kenapa ia yang terpilih oleh majelis permusyawaratan kelas untuk menjadi pemimpin seluruh siswa di sekolah ini.
Sungguh.
Ia tidak ingin mengikuti serangkaian kegiatan pra-pelantikan yang tidak jelas itu.
Termasuk.
Kegiatan perkemahan dua hari satu malam yang membuatnya rela dibentak, dipukul, bahkan ditinju oleh pengurus majelis permusyawaratan kelas.
Seharusnya.
Ia sudah tidur dengan nyaman di kasurnya, bermain permainan online di laptop-nya, serta memakan makanan sedap yang dimasak ibunya.
Andai saja ia menolak permintaan guru konseling untuk menyalonkan diri, maka ia tidak akan berada disini sekarang. Namun, ia memiliki kepribadian yang tak enak hati jika menolak sesuatu. Jadinya, begitulah. Ia harus menerima konsekuensi dari sifat yang paling dibencinya itu.
Apakah ada yang bertanya mengapa Joonmyeon duduk di depan laboratorium biologi layaknya tuna wisma yang kelaparan?
Jika ada.
Inilah jawabannya.
Selama kegiatan perkemahan dua hari satu malam, terdapat suatu misi yang harus dilakukan. Yaitu, mencari lencana yang tersebar di seluruh penjuru wilayah sekolah. Jika lencana itu dipegang oleh kepengurusan majelis permusyawaratan kelas, maka seseorang itu harus rela melakukan apapun sesuai kehendak si pengurus itu. Ada yang mencium tanah, push up 100 kali, lari lapangan basket 50 kali, dan lain sebagainya. Beruntunglah yang berhasil menemukan lencana itu ditempat tersembunyi tanpa harus menghadapi pengurus-pengurus yang menyebalkan itu.
Joonmyeon melakukan hal yang sama. Namun, lebih berat dari sebelumnya mengingat ia adalah presiden kesiswaan yang terpilih. Ia disuruh berkeliling untuk mencari pemimpin majelis permusyawaratan kelas melalui pos-pos yang telah ditentukan di beberapa tempat. Setiap pos telah ia datangi, tapi ia tak kunjung menemukan sang pemimpin majelis permusyawaratan kelas. Malah, ia dikerjai oleh pengurus lainnya. Ini sangat menyebalkan baginya. Ia pun kehilangan kesabarannya dan ketika ia berada di pos terakhir, ia mengatakan dengan lancang.
"Ini sudah di luar batas wajar. Saya sudah mengerti maksud baik dari kegiatan ini. Namun, tidak seharusnya kegiatan ini disalahgunakan menjadi ajang senioritas. Tak pantas jika seorang senior mengerjai juniornya sendiri demi memenuhi tingkat kepuasannya. Justru, senior harus memberi bimbingan dan didikan yang sewajarnya pada juniornya. Saya sudah berekspektasi kalau kegiatan ini pasti tidak ada gunanya. Ternyata itu benar, ekspektasi saya menancap dengan sangat tepat pada realita yang sudah terjadi sekarang"
Alhasil, Pengurus pos yang Joonmyeon sembur kemarahannya menyuruhnya untuk menunggu di depan laboratorium biologi hingga pemimpin majelis datang. Anggap saja ini hukuman untuk kelakuannya tadi dan sialnya, sekarang sudah tengah malam.
Konon, banyak kabar burung mengenai laboratorium biologi yang ternyata bekas tempat pembunuhan masal pada satu abad silam. Hal itu sukses menjadikan tempat ini dipenuhi oleh arwah yang tidak mengetahui dimanakah tubuh mereka berada.
Sebenarnya, Joonmyeon sedari tadi menahan ketakutannya. Namun, ia usir ketakutan itu sejauh mungkin karena ia tidak percaya adanya hantu. Jika memang hantu itu ada, maka ia harus tenang dan tidak menunjukkan kalau ia takut. Karena ibunya pernah berkata, hantu akan senang jika manusia yang diganggunya ketakutan.
Joonmyeon terhentak ketika mendengar suara kunci pintu yang ingin terbuka. Arah suaranya berada di sebelah kanannya, tepatnya di pintu laboratorium biologi. Sontak, ia pun langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata, terdapat siswa sepantarannya yang tengah berusaha membuka pintu laboratorium itu. Ia memicingkan matanya untuk memperjelas pandangannya sekaligus menerka siapakah siswa itu.
Tidak bisa.
Wajah siswa itu tidak bisa dilihatnya dengan jelas karena keadaan koridor laboratorium yang gelap gulita ini.
Joonmyeon pun berdiri dari duduknya lalu menghampiri siswa itu. Sesampainya, ia pun bertanya pada siswa itu.
"Apa yang kau lakukan disini?"
Joonmyeon melihat siswa itu menghentikan pergerakan tangannya memutar kunci pintu laboratorium. Ia yakin, ia dapat melihat senyuman tercetak di wajah siswa itu meskipun dari siluetnya saja.
"Aku ingin mengambil barangku yang tertinggal" jawab siswa itu.
Joonmyeon mengernyitkan dahinya bingung. "Kau bukan salah satu dari calon pengurus kesiswaan, kan?" tanyanya.
"Ya" ucap siswa itu pelan.
Joonmyeon terpengarah. Suara siswa itu sangatlah lembut. Ia semakin terpengarah ketika siswa itu menoleh kearahnya. Menurutnya, wajah siswa itu sangat manis. Apalagi lengkungan dalam di pipi kanan siswa itu yang menambah kadar kemanisan di wajahnya. Siswa itu sangat manis bagi ukuran laki-laki pada umumnya.
"Apa kau ingin membantuku?" ucap siswa itu.
Joonmyeon menggaruk bagian belakang kepalanya canggung. "Tentu. Tapi, bukannya pintu itu tidak bisa terbuka?"
Joonmyeon terkejut ketika melihat siswa itu membuka pintu laboratorium lalu memasukinya dengan tanpa dosa. Tanpa basa-basi, ia pun memasuki laboratorium menyusul siswa itu.
Joonmyeon mengernyitkan dahinya bingung, ia tidak menemukan siswa itu meskipun laboratorium ini hanya diterangi dengan cahaya bulan purnama. Ia pun berjalan memasuki laboratorium lebih dalam menghiraukan suasana mencekam yang mungkin sudah sangat terasa di kuduk. Ia mempercepat langkahnya ketika menemukan siswa itu berdiri di pojok laboratorium menghadap jendela besar. Sesampainya, ia pun bergidik ngeri ketika menemukan anatomi kerangka tubuh manusia di dekat siswa itu berdiri. Sontak, ia langsung menghela nafasnya pelan sambil memejamkan matanya. Kemudian, ia langsung mengarahkan pandangannya ke siswa itu.
Apakah ini halusinasinya?
Ia yakin, kalau siswa itu menatap kosong suatu objek yang berada di luar jendela.
Entah mengapa, bulu kuduknya langsung meremang seketika. Ia pun menghapus bayang-bayang aneh di benaknya lalu menenangkan dirinya setenang mungkin.
"Kau sudah menemukan barangmu?" tanya Joonmyeon.
"Sudah" jawab siswa itu pelan.
Apakah ini halusinasi?
Joonmyeon yakin sekali, suara siswa itu terdengar sangat sendu dan mencekam.
'Ah, mungkin dia merupakan tipikal pencinta misteri seperti di salah satu anime' batin Joonmyeon.
"Kita sudah banyak berbicara tapi aku sama sekali tidak mengetahui namamu" ucap Joonmyeon memecah suasana canggung. "Ngomong-ngomong, boleh aku mengetahui namamu?"
Joonmyeon menatap siswa itu yang mulai menatap sendu pamandangan di luar jendela laboratorium.
"Zhang Yixing"
"Oh" ucap Joonmyeon. "Namaku Kim Joonmyeon, senang bertemu denganmu"
Joonmyeon menatap Yixing yang hanya diam tanpa menanggapi ucapannya.
"Ngomong-ngomong, namamu bukan seperti nama orang Korea kebanyakan. Namamu terdengar seperti.."
Joonmyeon mengerutkan dahinya berpikir.
"China? Ah, iya China" ucap Joonmyeon antusias. "Apa kau murid pindahan?"
Walaupun samar, Joonmyeon yakin ia bisa melihat Yixing membentuk suatu senyuman. Namun, senyuman itu tampak sangat sendu.
"Iya" jawab Yixing.
"Wah" ucap Joonmyeon kagum. "Aku dari kelas 2-A. Kau sendiri?"
Joonmyeon terpengarah dan jantungnya pun berdegup dengan kencang secara tiba-tiba ketika Yixing membentuk senyuman sempurna di wajahnya. Senyuman itu sangat manis dan lengkungan di pipi kanannya terlihat sangat dalam. Ingin sekali ia menyentuh lengkungan yang menggemaskan itu.
"2-C" ucap Yixing.
Joonmyeon terdiam. "2-C ya?" ucapnya.
"Aku tak menyangka kalau kelas 2-C sangat terkenal" ucap Yixing sambil tetap memandang pemandangan di luar jendela laboratorium.
"B-Bukan. Bukan seperti itu maksudku" ucap Joonmyeon terbata-bata. "Aku tidak bermaksud menjelekkan kelasmu, percayalah"
Joonmyeon jadi teringat dengan kabar burung mengenai kelas 2-C yang disebut-sebut kelas terkutuk. Entah apa alasan orang-orang menyebutnya seperti itu. Ada yang mengatakan, kalau kelas itu selalu terkena sial. Banyak siswa yang mati bunuh diri dan pembunuhan yang terjadi tanpa diketahui sebabnya.
"Ngomong-ngomong, kau sedang melihat apa?" ucap Joonmyeon setelah sekian menit saling diam.
Joonmyeon melihat senyuman Yixing yang memudar perlahan lalu membentuk raut wajah datar. Sangat datar. Bahkan, tidak diketahui perasaan apa yang dirasakan oleh Yixing melalui raut wajah datarnya. Entah itu senang, sedih, maupun marah.
"Kesengsaraan dan kematian" ucap Yixing pelan.
Joonmyeon terkejut. "Apa kau memiliki indra ke-enam?"
Yixing tidak menjawab. Hal itu sukses membuat Joonmyeon ingin mengorek kepribadian siswa manis ini lebih dalam.
"Kalau kau memang memiliki indra ke-enam, bisakah kau melihat sesuatu di laboratorium ini? Maksudku, aku ingin tahu apakah kabar burung tentang laboratorium ini benar" ucap Joonmyeon.
"Kabar burung itu tidak bohong" ucap Yixing.
"Benarkah?" ucap Joonmyeon memastikan. Ia pun memandang Yixing takjub.
"Ya, karena itulah aku sangat menyukai tempat ini. Disini, aku bisa mendengar berbagai macam jeritan kesengsaraan" ucap Yixing. "Dan juga, aku bisa melihat berbagai macam kematian"
Entah mengapa, bulu kuduk Joonmyeon langsung meremang seketika. Perlahan, satu bulir keringat dingin pun jatuh membasahi pelipisnya.
"Kau.. bisa melihat dan mendengar itu semua?" tanya Joonmyeon.
"Ya" jawab Yixing pelan. "Sesungguhnya, sekolah ini-"
"Hei, apa yang kau lakukan disana?"
Joonmyeon pun kaget dan sontak, ia langsung mengarahkan pandangannya di ambang pintu laboratorium. Ia dapat melihat sang pemimpin majelis permusyawaratan kelas -Lee Jonghyun-.
"Aku sedang menemani seseorang yang bernama Zhang Yixing" ucap Joonmyeon.
Walaupun samar, Joonmyeon yakin. Ia dapat melihat raut wajah Jonghyun yang kaget dan takut bercampur menjadi satu.
"Cepat keluar dan jangan lihat ke belakang!" ucap Jonghyun.
"Tapi-"
"Jangan banyak bicara lagi. Cepat keluar!"
Joonmyeon pun mulai berlari menuju ambang pintu laboratorium yang dimana tempat Jonghyun berdiri.
"Joonmyeon"
Joonmyeon dapat mendengar suara Yixing yang memanggilnya lembut.
"Kenapa kau meninggalkanku?"
Joonmyeon merinding hebat ketika mendengar suara Yixing yang terdengar sangat sendu dan mencekam. Ia pun mempercepat larinya. Namun, entah mengapa laboratorium ini terasa sangat luas hingga membuatnya tak kunjung sampai ke ambang pintu laboratorium.
Tiba-tiba.
Langkah Joonmyeon berhenti seketika tanpa ada koordinasi terlebih dahulu dari otaknya. Ia pun menggerakkan kakinya untuk melangkah. Namun, tubuhnya terasa sangat kaku sekali. Keringat dingin pun mulai bercucuran membasahi wajah dan tengkuknya.
Apa yang terjadi?
"Jangan fokus terhadap ketakutanmu, Joonmyeon. Jika kau takut, maka dia akan semakin membuatmu masuk kedalam perangkapnya. Kau harus tenang" ucap Jonghyun.
Joonmyeon menutup kedua matanya lalu mulai mengusir semua ketakutannya dengan menghela nafasnya perlahan.
"Joonmyeon"
Joonmyeon akui. Suara Yixing terdengar sangat lembut dan menenangkan. Ia pun berjingit kaget ketika merasakan kedua lengan Yixing yang indah bak porselen memeluk pinggangnya erat. Setelah itu, ia merasakan Yixing membenamkan wajahnya di pundaknya.
Entah mengapa, Joonmyeon merasakan kenyamanan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Kau tidak ingin menemaniku?"
Joonmyeon diam tanpa menanggapi ucapan Yixing. Entah mengapa, ia merasakan pikirannya mulai melayang entah kemana.
"Joonmyeon sadarlah! Jangan terbuai dengan perlakuannya! Jika kau terbuai, maka kau akan jatuh ke dalam perangkapnya!"
Joonmyeon tidak bisa mendengar dengan jelas suara Jonghyun. Ia hanya bisa mendengar suara Yixing yang mulai mengalunkan melodi lembut. Selain itu, ia merasakan pelukan Yixing mulai mengerat di pinggangnya.
"Temani aku, kumohon"
Waktu pun berputar makin lama makin cepat hingga tak terkendali. Hal itu membuat Joonmyeon tidak bisa mengolah pikirannya.
Sontak, pandangannya pun menggelap seketika.
...
Joonmyeon terhentak dari tidurnya. Tiba-tiba, ia pun langsung meringis sakit ketika merasakan rasa nyeri yang luar biasa di tubuhnya.
"Kau tidak apa-apa?"
Joonmyeon membuka kedua matanya perlahan. Ia dapat melihat pembina kesiswaan -Park Jungsoo- dan Lee Jonghyun yang berdiri di depan kasur tempatnya berbaring. Sontak, ia langsung membulatkan kedua matanya kaget ketika mengetahui suatu realita bahwa ia berada di rumah sakit.
Namun.
Sejak kapan ia berada di rumah sakit?
"Sepertinya kau masih syok berat. Padahal, kau sudah tertidur dengan nyenyak selama tiga hari" ucap Jonghyun.
Joonmyeon tertegun. 'Benarkah itu?' batinnya.
"Kami tadi sudah berbincang dengan orang tuamu. Syukurlah kau tidak apa-apa" ucap Jungsoo. Ia pun menghela nafasnya.
"Seharusnya kejadian ini tidak terjadi lagi" lanjut Jungsoo. Ia pun tersenyum.
"Beristirahatlah yang banyak, Kim Joonmyeon"
Joonmyeon tersenyum sebagai tanggapan.
"Aku permisi dulu" ucap Jungsoo. Ia pun keluar ruangan hingga menyisakan Joonmyeon dan Jonghyun disini.
Tidak ada satupun yang terlontar dari bibir Joonmyeon maupun Jonghyun. Mereka hanyut dalam kesunyian yang telah mereka buat sendiri.
"Kau harus persiapkan diri sebaik mungkin" ucap Jonghyun yang memecah keheningan.
Joonmyeon diam sambil menatap punggung Jonghyun yang berjalan keluar ruangan. Ia pun melihat Jonghyun menghentikan langkahnya ketika berada di ambang pintu.
"Karena kau akan memberikan pidato pertamamu sebagai presiden kesiswaan di hari pelantikan" ucap Jonghyun. Ia pun membuka pintu lalu keluar ruangan.
Joonmyeon menatap pintu ruangan yang telah tertutup. Ia pun mengarahkan pandangannya pada langit biru berlukiskan awan putih di balik jendela. Sekian menit kemudian, ia menatap langit-langit ruangan lalu memejamkan matanya.
Perlahan.
Setitik air mata pun jatuh dengan tanpa dosa.
"Kumohon maafkan aku"
"Yixing"
- the end -
