Namaku Katniss Everdeen.

Aku berusaha menyakinkan diriku bahwa aku baik-baik saja, tapi semuanya tampak sia-sia. Aku memejamkan mata, berusaha menyingkirkan seluruh aura negatif yang menguar dari tubuhku.

Umurku tujuh belas tahun.

Kepalaku sakit mendadak, dan pikiran mulai berkecamuk. Aku menghela napas dan mulai melanjutkan daftarnya.

Rumahku di Distrik 12.

Mendengar kata itu aku berjengit, tapi aku mengatur napasku lagi dan memusatkan perhatianku pada satu hal.

Aku ikut Hunger Games.

Napasku mulai teratur.

Aku melarikan diri.

Tapi konsentrasiku terbuyarkan ketika sesuatu atau seseorang membuat suara, yang membuatku membuka mata dengan was-was. Sesosok itu tersenyum padaku, dengan senyumannya yang bisa dibilang sungguh memukau. Tapi aku singkirkan pikiran itu jauh-jauh.

"Hey, Finn."aku menyapanya dengan suara yang entah kenapa sungguh terdengar jauh.

"Katniss."ia menempatkan dirinya di sebelahku, diantara selang-selang. Aku sedikit terganggu dengannya yang sangat dekat denganku saat ini, tapi aku tidak bisa marah. Seprai terasa lebih hangat.

"Ada alasan mengapa kau ada disini?"tanyaku, berusaha untuk tidak bersikap kasar.

Finnick terdiam. Senyumannya sudah tidak ada.

Aku mengerutkan kening, "Kau baik-baik saja?"

Finnick menatapku. Mata hijaunya hanya menampakkan kesuraman, "Apa aku baik-baik saja? Menurutmu bagaimana, Katniss?"

Aku menatapnya, "Mungkin sama dengan keadaanku saat ini."

Finnick menatapku seperti hendak membaca pikiranku atau semacamnya, ia menghela napas berat, matanya tidak sekalipun meninggalkan mataku.

Aku menunggunya mengatakan sesuatu, tapi ia tidak kunjung melakukannya.

"Finnick?"

"Ya?"

"Apa kau ingin mengatakan sesuatu padaku?"

"Apa kita harus mengatakan sesuatu untuk mengerti?"

Lalu aku melihat dan merasakan kerapuhan dari suaranya. Aku mengangguk untuk menunjukkan aku mengerti.

"Apa kau mendapatkan mimpi buruk lagi?"

Ia hanya mengangguk. Dan aku pun mengerti, bahwa mungkin ia datang kepadaku karena hanya aku yang bisa mengertinya untuk saat ini, tanpa Annie, dan keadaannya sama sepertiku. Tidak ada Peeta untuk mengerti.

"Kau mau tidur disini?"

Aku mungkin terdengar terlalu bagaimana, dan aku harap Finnick tidak mengejekku karenanya. Sangat mengagetkan bahwa ia tidak melakukannya.

"Biarkan aku menjadi Peeta untukmu sementara ini."

Perkataan itu menyanjungku. Aku menatapnya sedih. Tapi aku tahu aku harus melakukan yang sama.

"Dan biarkan aku menjadi Annie untukmu sementara ini."

Finnick tersenyum sekarang, "Aku ingin tidur dengan damai."

"Aku juga."

Finnick mulai benar-benar tiduran di sebelahku, dan aku juga mengendurkan bahuku. Tapi Finnick tiba-tiba melingkarkan tangannya di sekelilingku, dan aku hampir terlonjak karena ketiba-tibaannya dan juga bagaimana dia itu Finnick, tapi aku baru sadar bahwa dia bukan Finnick. Bukan sekarang. Dialah Peeta-ku untuk sekarang.

"I love you, Peeta." Aku berbisik pelan, memejamkan mata lelah.

"I love you too, Annie."

Dan kami pun tertidur dengan damai, persis seperti yang kami inginkan.