Summery :
Kuroko Tetsuya, remaja berusia 14 tahun yang sangat mencintai olahraga bernamakan Basket.
Fisiknya yang lemah membuat dirinya menjadi sangat tidak berguna bagi timnya sendiri.
Di tengah keterpurukannya setelah melawan Kirisaki Daiichi dengan score 100 : 10, ia tanpa sadar membuat sebuah kontrak kepada Iblis untuk mewujudkan impiannya dengan imbalan jiwanya.
Namun, tidak hanya satu iblis yang melakukan kontrak dengannya, namun lima sekaligus.
Aired : 27 June 2015
Producers : Willy97Iam by DyoKyung-Stoick
Genres : Action, Demons, Fantasy, Shounen, Supernatural
Rating : PG-13 - Teens 13 or older
Kuro(KO)Shitsuji
Kuroko Tetsuya, Down
Priittt ~
Peluit tanda berakhirnya pertandingan menggema keseluruh stadion. Pukulan telak untuk tim basket Teiko yang dikalahkan dengan score 100 : 10.
Sorakan-sorakan penonton atas kemenangan dari tim lawan tidak membuat seorang Kuroko Tetsuya -center dari tim basket Teiko- bergerak dari tempatnya berdiri. Pandangannya kosong, otaknya berdengung menyeruakkan ketidak percayaan akan hasil yang ia lihat. Tubuhnya goyah sebelum akhirnya benar - benar terjatuh bertumpu pada lututnya. Matanya mulai panas dan berair, ia gigit bibir bawahnya untuk menjaga agar isakan tidak keluar dari mulutnya.
Suara tapakan kaki yang semakin mendekat tidak cukup berguna untuk membuatnya mendongak, menatap orang yang kini berdiri tepat didepannya.
"Kau hanya lemah, itu saja"
Suara yang syarat akan hinaan itu membuatnya menggeram, tapi tetap memilih untuk menunduk.
Orang didepannya berjongkok menyamakan tinggi badan mereka, walau tetap lebih tinggi orang tersebut.
"Kau ..."
Tangan pemuda didepannya mencengkram kedua pipi Tetsuya hingga membuatnya mendongak. Ditatapnya tajam orang didepannya, tapi tidak cukup tajam karena masih di hiasi dengan air mata yang terus mengalir, pipi dan pucuk hidungnya juga merah merona karena terlalu lama menangis.
".. tidak pantas bermain basket"
Wajah itu menyeringai lebar melihat lawannya tidak bergeming, cukup untuk membuat seorang Kuroko Tetsuya yang memandangnya muak. Tangan yang mencengkram erat pipinya ditepis dengan kasar. Sambil tertatih ia mencoba untuk berdiri dengan bertumpu menggunakan kedua tangannya. Setelahnya ia berbalik arah berjalan menuju Bench tim basketnya, tidak dihiraukannya tatapan tajam yang diberikan oleh orang dibelakangnya, tak pula dihiraukan teriakan wasit yang menyuruhnya kembali untuk membentuk barisan.
Cukup sudah kekalahan untuk ke-sekian kalinya yang membuatnya muak, tak perlu lagi bagi dirinya memberikan salam penghormatan bagi tim lawan, semuanya membuat ia benar-benar tertekan.
Sang Coach yang berdiri di depan bench seraya mendekap kedua tangannya didepan dada tak pula terlihat memberikan pandangan berarti untuk Tetsuya yang berjalan mendekatinya.
"..."
"..."
Mereka saling diam walau hanya terpaut jarak satu jengkal antara keduanya. Tidak ada yang berniat membuka pembicaraan, keduanya terhanyut oleh euforia masing-masing. Suara riuh penonton dan gema tapakan kaki yang saling bersautanlah yang menyadarkan mereka bahwa pertandingan telah usai dan saatnya pulang kembali ke sekolah masing-masing bagi para pemain yang kalah.
Sedangkan yang menang, telah disediakan hotel dari pihak audition karena besok masih ada pertandingan lain bagi para pemain yang bisa mengikuti sampai liga semifinal tersebut.
Kuroko Tetsuya, menghela nafas lelah sebelum akhirnya menyampirkan tas ransel miliknya kepundaknya dan berjalan pelan mengikuti timnya yang sudah berjalan duluan untuk pulang ke sekolah mereka, SMP Teiko.
Kekalahan lagi untuk kesekian kalinya semenjak mereka mengikuti pertandingan Winter Cup yang diadakan tahun ini. Satu-satunya kemenangan mereka adalah pertandingan pertama mereka di Winter Cup melawan SMP Kamizaki, itupun hanya terpaut satu point. Memang, tim basket SMP Teiko adalah tim yang lemah dan sering kali kalah. Namun, bila dihadapkan dengan kekalahan berturut-turut serta score yang berbanding jauh itu tidak hanya membuat mereka menjadi pesimis, namun juga membuat mental mereka menjadi down.
Harapan untuk bisa mencetak angka sudah cukup mustahil untuk mereka lakukan saat melawan tim-tim yang mengikuti pertandingan Winter Cup tersebut, apalagi untuk mencapai kemenangan, jelas peluangnya kurang dari nol persen.
Satu-satunya harapan mereka adalah pertanding tersebut, karena sang Kepala Sekolah tidak mau mengikut kan mereka ke dalam pertandingan Inter High yang akan dilaksanakan bulan depan.
Namun melihat hasilnya sekarang ..
Rumah - Kuroko Tetsuya
"Tadaima !"
Sapaan pelan yang syarat akan kelelahan itu memecah keheningan rumah keluarga Kuroko. Tidak ada sambutan hangat atau bahkan teriakan memekakan telinga dari arah dapur yang biasanya terjadi seperti 2 tahun yang lalu.
Seorang lelaki yang terlihat berumur serta berpakaian formal dengan sapu tangan yang tersampir ditangan kirinya membungkuk hormat. Memberikan sambutan namun tetap tidak ada sepatah katapun yang terucap.
Tetsuya tidak terlalu memikirkan hal tersebut, ia langkahkan kakinya menuju kamarnya yang ada di lantai dua.
Klik
Ia melemparkan tas ranselnya dengan sembarang. Setelahnya giliran ia yang melemparkan diri keatas kasurnya yang selalu terlihat lembut dan menggoda untuk ditiduri.
Pikirannya kembali kebeberapa jam lalu saat ia dan tim basketnya telah tiba di halaman depan sekolahnya, SMP Teiko.
"Ka..kantoku-san"
Panggilan dari Kapten mereka kepada sang pelatih, memecahkan keheningan yang sedari tadi terjadi.
Sang pelatih tidak menyahuti, hanya memberikan pandangan berarti seperti mengatakan 'ada apa' melalu matanya.
Hideki Ishida, kapten tim basket mereka itu menghela nafas sebentar. Pandangannya terarah ke-kedua sepatunya yang membuatnya menunduk. Kedua tangannya mengepal dengan keras, berusaha memantapkan hati akan apa yang akan ia katakan nanti.
"A..Aku mengundurkan diri"
"TAICHOOOU" Koor meraka semua kompak minus sang Coach dan Tetsuya yang masih terdiam.
Suasana kembali hening ..
Pelatih mereka, Masakai Katanni-san terdiam cukup lama sebelum akhirnya mulai membuka suara.
"Klub ini .."
Semuanya menunggu dengan harap-harap cemas, tak terkecuali tetsuya yang kini mulai berkeringat dingin. Ia mempunya firasat buruk akan hal tersebut.
"Klub ini resmi dibubarkan" katanya final seraya masuk kedalam gerbang sekolah tersebut, meninggalkan ke-sepuluh anak didiknya yang terdiam membatu.
Beberapa menit berlalu dengan hening sampai akhirnya Ishida membuka pembicaraan.
"Mungkin, ini yang terbaik untuk kita semua. Terima kasih untuk kerja samanya selama ini, aku senang memiliki teman setim seperti kalian. Arigatou Ghozaimas" ia membungkukkan punggungnya dalam-dalam, walaupun diawal ia memang bermaksud mengundurkan diri, ia tidak akan mengira kalau hal yang terjadi malah lebih dari yang ia pikirkan. Matanya ia pejamkan menahan bulir-bulir air mata yang mengalir dipipinya menjadi semakin deras.
Rekan-rekannya tak jauh berbeda darinya, mereka mulai membungkukkan diri seraya mengucapkan terima kasih atas kerja samanya selama ini, air yang keluar dari pelupuk mata merekapun tak mampu mereka cegah. Apalagi untuk seorang Kuroko Tetsuya, orang yang selama ini sangat mencintai basket lebih dari dirinya sendiri. Berita itu bagai hantaman keras untuknya.
Manik sewarna langit cerah itu kembali menumpahkan muatannya, bibir mungil itupun takluput mengeluarkan suara isakan kecil yang menyayat hati.
Rekan-rekannya yang tau seberapa cintanya dia akan basket hanya bisa menepuk bahunya seraya mengucapkan sepatah dupatah kata penenang sebelum akhirnya mereka berpencar untuk pulang kerumah masing-masing.
Ia yang masih dilanda shock menyenderkan punggunya di belakang gerbang sekolahnya sebelum akhirnya memilih untuk segera pulang dan berendam air panas untuk menjernihkan pikirannya.
Tetsuya segera bangun dari tidurnya setelah ia merasa bahwa pikirannya malah menjadi semakin penat. Ia ambil handuk yang tersampir di depan pintu kamar mandi yang memang ada didalam kamarnya dan menyampirkannya dibahunya. Ia putar knop pintu kamar mandinya yang memperlihatkan langsung wastafel yang ada didepannya dengan kaca besar yang memantulkan bayangannya sendiri yang tampak kacau.
Ia semakin masuk kedalam kamar mandi tersebut menuju sebuah BathUp yang merupakan tujuan utamanya. Ia putar kran yang mengalirkan air panas kedalam BathUp tersebut.
Setelah melepas semua pakaian yang melekat ditubuhnya, ia mulai masuk kedalam bathup tersebu dan mulai menyamankan diri.
Efek air panas serta bercampur dengan pikirannya yang penat membuatnya tanpa sadar memejamkan mata.
Lelah yang mendera malah membuatnya secara perlahan jatuh kealam mimpi.
Mimpi yang aneh, yang membawanya kesebuah perjanjian kepada iblis.
To Be Continue ...
Next Chapter : Kuroko Tetsuya, meet his butler
