Futago

A story about Minseok, and Sehun

By Cekerjongin2

Standard disclaimer applied

Warning: Yaoi, BoyXBoy, alur maju mundur, abal, OOC, typo(s)

Note: {{…tanda itu artinya flashback …}}artinya flashback end. Di cerita ini Sehun dan Xiumin sebaya ya ^-^

Terus lebih enak baca sambil denger lagunya Jin - Gone

Happy reading! ^0^

.

.

"Siapa tamu yang datang, bu?" seorang lelaki kurus berjalan menuruni tangga. Lelaki itu memakai baju lengan panjang berwarna putih, celananya berwarna hitam, sama dengan rambutnya.

Sang ibu tersenyum. Ia menggandeng seseorang berpakaian formal untuk duduk di ruang tamu.

"Ini…."

"Hai Sehun!" sapa tamu itu. Sehun mendelik saat melihat wajah si tamu itu.

"Kenapa Dr. Shim ada di sini?" tanyanya sambil menunjuk tamu itu.

"Sehun itu tidak sopan," nyonya Oh memegang pundak anaknya dan menariknya untuk duduk dengan mereka.

"Dr. Shim akan membantumu sayang," sang ibu dan dokter Shim tersenyum lebar.

"Aku tidak punya masalah. Lagipula bukankah Dr. Shim adalah seorang psikiater dan dokter di rumah sakit jiwa… ibu… jangan bilang…," Sehun menolehkan kepalanya untuk menatap ibunya. Tatapan matanya memperlihatkan bahwa ia kesal.

"Ibu pikir aku gila?"

"Tidak sayang… jangan salah paham…," dengan kasih sayang nyonya Oh menggenggam tangan Sehun.

"Lalu apa yang sebenarnya ibu ingin kan dari Dr. Shim?"

"Ibu pikir… mungkin kau… bisa berkonsultasi dengannya sayang," nyonya Oh tersenyum.

"Konsultasi?" alis Sehun bertabrakan. Sang ibu mengangguk.

"Iya, Sehun. Kau bisa berkonsultasi denganku. Apa saja! Mungkin kau ada suatu masalah yang tidak dapat kau selesaikan sendiri dan itu menganggu kehidupanmu," Sehun mendengus.

"Aku tidak merasa hidupku terganggu. Lagipula aku tidak gila! Kenapa ibu memanggil dokter rumah sakit jiwa?"

"Maaf Sehun… bukannya ibu menganggapmu gila atau bagaimana. Tapi setidaknya cobalah dulu," nyonya Oh tersenyum lagi dan lagi. Sehun berdiri dari duduknya.

"Omong kosong! Aku tidak gila!" teriaknya seraya berjalan meninggalkan mereka. Melangkahkan kaki menuju tangga dan memasuki kamarnya.

.

.

Xiumin berjalan lesu. Ia baru saja dipecat dari café tempat ia bekerja. Ia membungkuk kepada beberapa temannya. Melangkah mendekati pintu kaca dan mendorongnya dengan lemas.

Apa yang kumakan setelah ini? Batinnya. Ia masih tidak menyangka jika tuan Jang akan memecatnya hanya karena hasutan pekerja baru itu.

Dunia ini tidak adil.

Xiumin menghentikan langkah kakinya. Dikarenakan di depan Xiumin berdiri seorang wanita paruh baya. Xiumin berpindah jalur. Hendak melangkah di jalan kosong di sampng wanita itu. Tapi, lagi-lagi wanita itu menutup jalannya.

"Maaf, ahjumma. Bisakah Anda minggir?" tanyanya sesopan mungkin. Jujur saja ia terlalu lelah untuk bertengkar, lagipula ini hanya hal sepele. Wanita paruh baya itu tersenyum.

"Aku akan memberimu pekerjaan," Xiumin sedikit terkejut. Siapa wanita ini? Malaikat? Oh itu konyol, Xiumin tidak percaya dengan hal seperti itu. Xiumin berpikir beberapa sekon.

Mungkinkah wanita ini seorang bandar narkoba? Atau seorang mucikari?

"Maaf, tapi aku mau bekerja yang normal saja," lagi-lagi wanita itu tersenyum.

"Menjadi pekerja rumah tangga di rumah anakku," Xiumin berpikir lagi.

"Berapa uang yang bisa kudapatkan?" wanita itu seperti hampir menangis senang saat Xiumin menanyakan hal ini.

"Tiga kali lipat dari gajimu di café itu? Atau sebanyak apa pun yang kau mau akan kuberikan," Xiumin tercengang.

Apa orang ini gila?

Sebuah mobil berwarna hitam mulus dan berkilau mendekati mereka. Wanita itu mengambil sesuatu dari tas mahalnya.

"Maaf, aku tidak punya banyak waktu. Kau bisa menghubungiku di nomor ini atau datang ke mansion-ku secara langsung. Mohon bantuannya," wanita itu memberikan sebuah kartu nama dan membungkuk. Xiumin menerimanya lalu membaca deretan huruf yang ada di sana.

"Oh Sena… hey aku seperti mengenal nama ini. President director Keiken company inc… Presdir? Keiken? Itu kan perusahaan terkaya ke 3 di Korea!" Xiumin ternganga. Xiumin baru menyadari itu saat mobil hitam tadi mulai menghilang dari pandangan matanya.

Tuhan memang ada, batinnya sambil tersenyum.

.

{{…

Pemain utama kita. Namanya Sehun, dia kurus dan masih duduk di bangku SMA. Ia menyukai seseoarang dan hari ini Sehun akan mengungkapkannya.

Ia menyembunyikan sebuket bunga mawar di belakang punggungnya. Dan mulai mendekati seorang lelaki berpipi gembul. Dia adalah Anh Minseok. Teman sekelas Sehun yang sudah lama mencuri hatinya.

Lelaki itu sedang menyalin tulisan yang ada di papan tulis berwarna putih. Sehun berdiri di depannya. Membuat lelaki itu berhenti menulis dan mengerucutkan bibirnya.

"Sehun minggir! Ini sudah hampir malam, dan aku ingin cepat pulang!" Sehun tak mengindahkan perintah itu. Ia tetap berdiri di depan Minseok.

"Minseok, aku menyukaimu sejak awal kita bertemu," ungkapnya dengan jantan dan memberikan buket bunga yang sedari tadi ia sembunyikan kepada Minseok.

Minseok ternganga. Jujur saja, siapa yang tidak suka dengan Sehun? Dia baik, anak konglomerat, pintar dan yang terakhir dia rupawan. Minseok juga menyukainya. Minseok mencintai lelaki kurus itu… Sejak awal mereka bertemu.

"A-aku… aku mau… jadi pacarmu," ujarnya terbata-bata karena gugup. Sehun menyeringai.

"Tapi aku belum bertanya padamu tentang hal itu, Minseok," akhirnya Sehun tertawa kecil dan mengacak-acak poni Minseok. Kata-kata Sehun itu membuat pipi Minseok semakin bersemu merah.

"Jadi kau tidak mau jadi pacarku? Kau hanya menyukaiku, itu saja?" terselip kesedihan dalam pertanyaan itu. Sehun duduk di samping Minseok

"Aku mau Minseok. Siapa yang tidak mau berpacaran dengan malaikat cantik sepertimu, hm?" tangan Sehun bergerak mengelus-elus pipi chubby Minseok.

"Jadi… sekarang aku… kekasihmu?" Sehun menempelkan hidung mereka, menatap Minseok dengan intens dan tak lupa merengkuh pinggang lelaki itu.

"Tentu, sayang. Kau kekasihku, milikku, tanggung jawabku. Dan begitu pula sebaliknya, sayang," Sehun hanya membutuhkan waktu satu detik untuk mencium bibir kissable milik Minseok. Memberikan kenikmatan yang belum pernah Minseok rasakan sebelumnya. Rasanya Minseok melayang.

}}

.

.

{{…

Minseok menatap rumah mewah itu sekali lagi. Wajahnya nampak sedih. Seorang pemuda bertubuh kurus mengelus punggungnya.

"Sayang… ayo pulang! Setelah kita menikah kau bisa tinggal di sini selamanya. Mengerti?" kata pemuda kurus itu. Minseok meresponnya dengan anggukan kepala.

"Aku sudah sabar untuk menempati rumah kita ini. Aku juga tidak sabar… untuk menjadi Nyonya Oh," jawabnya yang semakin pelan. Pipi chubyy miliknya nampak bersemu merah di bawah sinar jingga.

Sehun -pemuda kurus itu- mengecup pipinya karena gemas. Kemudian mendorong Minseok untuk memasuki mobilnya yang berwarna putih.

"Ayo nyonya Oh! Jika kau berdiri di sini terus kau bisa tidak jadi menikah dengan tuan Oh," ucapnya sambil terkekeh. Minseok cemberut.

"Ish! Enak saja! Tidak ada hubungannya aku berdiri di sana dengan tidak jadi menikah denganmu! Itu tidak akan terjadi, Oh Sehun! Ingat itu!" cerocosnya sambil memeluk Sehun dengan manja. Sehun tersenyum. Lalu menangkupkan pipi Minseok dan memberi tunangannya itu pandangan yang sangat lembut.

"I love you," ungkap Sehun. Minseok tersenyum dan menutup matanya. Seakan ia tau apa yang akan terjadi kemudian.

"I love you too," sebuah bibir tipis menyentuh bibir milik MInseok. Minseok pun menarik tengkuk Sehun untuk memperdalam ciuman penuh cinta yang sedang mereka lakukan.

}}

.

.

Sehun POV

Aku menatap tempat itu lagi. Entah sudah berapa lama dan berapa kali aku menatapnya. Menatap tempat yang digenangi air tawar. Menatap tempat yang membuat 'mereka' mengatakan kau tak akan pernah kembali.

Karena sekarang musim dingin aku tidak mungkin menatap tempat itu dari dekat. Aku menatap tempat itu di dalam kamarku. Di dalam kamarku yang gelap. Karena jika aku menyalakan lampu aku akan melihat benda-benda yang membuat ingatanku tentangmu terputar dalam otakku.

Suara bel mengganggu ketentramanku. Mungkin itu ayah atau ibu yang datang untuk mengingatkanku makan. Aku tidak ingin meninggalkan kamarku. Aku tidak ingin berhenti menatap danau itu.

Karena aku berharap kau kembali.

Setelah beberapa menit berlalu aku bersyukur, akhirnya suara laknat itu berhenti menganggu gendang telingaku. Mungkin 'mereka' lelah menekan tombol itu. Dan sekarang mungkin mereka sedang berjalan ke kamarku.

Dasar mengganggu.

"Tuan Oh! Annyeong! Halo! Oh Sehun!" sebuah teriakan dari ruang tamu mengagetkanku.

Itu suaramu.

Aku yakin kau kembali dan sekarang kau kembali. Aku pun berjalan keluar dari kamarku dan menghampirimu. Dan tebakanku benar. Itu adalah kau. Kau masih sama seperti terakhir kali aku bertemu denganmu.

Meskipun aku tidak menyalakan lampu, aku masih dapat melihat pipi chubby-mu yang manis, tubuhmu juga masih lebih pendek dari pada aku, dan mata cantikmu yang sedang menatapku. Hari ini kau memakai coat berwarna hitam dengan beanie berwarna putih yang membuatmu semakin manis. Aku hanya dapat berdiri menatapmu.

Kau cantik Anh…

"Minseok…" panggilku yang membuat mata sipitmu melebar.

"Ahaha… bagaimana kau tahu nama asliku, Tuan… Oh Sehun?" tanyamu canggung sambil menggaruk bagian kepalamu yang kuyakini tidak gatal.

Tentu saja kau tahu, kau adalah tunanganku, Minseokie…

"Eumm… namaku Xiumin, tapi nama asliku Kim Minseok. Aku akan merawatmu," kau menjelaskan padaku sesuatu yang semakin membuatku bingung.

Kenapa aku baru tahu jika kau memiliki nama lain? Dan kenapa margamu berubah mejadi Kim? Apa kau telah menikah dengan seseorang bermarga Kim? Kenapa kau memanggilku Tuan?

"Dimana kamarku?" kau mengeluarkan pertanyaan lagi. Pertanyaan yang menurutku sangat konyol.

Kau aneh, Minseokie

Tanpa membuang banyak waktu aku menarikmu menuju kamarmu. Tetapi kau berhenti dan menghempaskan tanganku kasar setelah beberapa meter aku melangkah. Aku menoleh ke arahmu dan menatapmu heran.

"Tunjukan di mana kamarku, Tuan!"

Aku tidak mengerti mengapa kau seperti ini. Bahkan aku masih ingat kau sering memintaku untuk menggendongmu. Tapi, sekarang kau menolak gandengan tanganku.

Kenapa? Ada apa denganmu?

Tak ingin mempermasalahkan hal kecil seperti ini. Aku pun kembail menggandengmu menuju kamarmu. Kamarmu sama gelapnya dengan ruangan lain, karena yah… begitu. Maka dari itu kau menyalakan lampu kamarmu setelah kita berdua memasuki kamar ini.

Aku tidur di atas ranjangmu. Sepertinya sudah lama sekali aku tidak tidur di atas ranjangmu. Kau melihatku beberapa saat. Aku tidak mengatakan apa-apa padamu. Selang beberapa menit kau pun menata baju-baju ke dalam lemari berwarna putih di pojok kamar.

Setelah kau melepas coat-mu, dan meninggalkan sehelai sweater berwarna abu-abu kau pun berjalan mendekatiku. Kau menghempaskan tubuhmu di atas ranjang dan membuat benda yang kita tiduri ini sedikit bergerak.

"Tuan aku ingin tidur. Pergilah!" pintamu dengan nada yang sangat dingin. Mungkin ini pertama kalinya aku mengdengar nada sedingin ini darimu. Lagi-lagi kau memanggilku tuan. Bahkan kau mengusirku.

Ada apa denganmu Minseok? Apa aku salah padamu? Tolong maafkan aku…

"Aku merindukanmu, Minseokie…," ucapku jujur. Karena aku memang sangat merindukanmu. Kau menatapku heran. Seakan aku telah mengatakan hal yang aneh.

"Tuan kita baru bertemu hari ini. Dan aku memang perawat tapi aku tidak dibayar untuk tidur denganmu. Jadi lebih baik tuan keluar dari kamarku," aku bisa merasakan air mulai menyelimuti mataku. Hatiku terasa sakit, jika kau ingin tahu.

Kenapa kau menyuruhku keluar? Bahkan biasanya kau mengendap-endap ke kamarku untuk dapat tidur bersamaku. Kenapa hari ini kau aneh sekali?

"TUAN PERGILAH!" kau berteriak padaku. Mungkin kau memang sedang marah padaku, jadi aku menurutimu. Aku meninggalkanmu sendirian di kamarmu. Aku kembali ke kamarku dengan air mata yang mengalir di pipiku.

Aku cengeng. Aku duduk di atas ranjangku, dan kembali menatap danau lewat jendela kaca super besar di kamarku.

Aku merindukanmu, Minseoki. Sangat. Tapi, kenapa kau seperti itu padaku? Apa aku berbuat salah padamu? Jika iya tolong maafkan aku, karena aku ingin memelukmu…

.

.

Aku terbangun dengan posisi tidur yang tidak wajar. Kaki di atas ranjang sedangkan badan bagian atasku menyentuh lantai. Aku menjatuhkan kakiku ke lantai dan berdiri. Aku melihatmu yang sedang melewati kamarku sambil mengacak-acak rambutmu. Aku berjalan menghampirimu yang semakin melangkah menjauhiku.

"Minseok-ah!" panggilku supaya kau menghentikan langkahmu. Dan benar kau menghentikan langkahmu dan berjalan mendekatiku.

"Mwoya?!" tanyamu dengan nada sebal. Entah dengan keberanian dari mana tanganku terulur untuk memelukmu. Aku memelukmu erat.

"Selamat pagi!" kataku yang masih memelukmu. Kedua ujung bibirku terangkat karena keinginanku untuk memelukmu dapat tercapai.

"Ya! Ya! Jangan kurang ajar kau!" kau berteriak memberontak dan lepas dari pelukanku sambil menutupi badanmu dengan handuk putih yang kau bawa. Hatiku seperti tertusuk sebuah pedang. Begitu sakit, bahkan terlalu sakit.

Kau menolak pelukanku? Seharusnya aku tahu ini akan terjadi, mengingat kemarin kau mengusirku dari kamarmu.

"Ma… maaf…," pintaku terbata-bata karena aku terlalu takut denganmu.

"Dimana letak kamar mandi? Rumahmu sangat besar, aku bingung," aku terdiam untuk beberapa detik setelah mendengar alasanmu mengacak-acak rambut hitammu.

Kau tidak tahu letak kamar mandi? Apa kau amnesia Minseokie? Ini kan rumah hasil rancanganmu sendiri… ucapku dalam hati dan segera membawamu menuju kamar mandi terdekat. Kau berlari memasuki ruangan itu. Dan aku pun lebih memilih untuk berjalan menulusuri taman di belakang rumah.

Aku masih mengingatmu menyiram bunga di taman ini. Mengurus bunga-bunga indah itu. Memarahi Jjangah (anjing milik Jongin) yang mengejar kupu-kupu di sana. Manis sekali. Dan aku merindukan saat-saat itu. Saat kau masih bersamaku.

{{…

"Jjangah!" Minseok berlari menuju tamannya yang hancur karena ulah Jjangah. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

"JONGIN! KAU TIDAK PERLU DATANG KE RUMAHKU LAGI!" teriaknya pada Jongin yang sedang duduk bangku taman. Jongin hanya menampilkan wajah tak berdosanya kepada Minseok.

"Kenapa? Bukankah ini rumah Sehun? Aku bebas bermain ke sini," elak Jongin dengan nada yang santai. Minseok meletakan kedua tangannya di pinggang kemudian berjalan menghampiri Jongin yang sedang meminum teh bersama Sehun dan Baekhyun, kekasih Jongin.

"Lihat tamanku!" teriaknya sambil menunjuk sebuah tanah.

"Apa itu yang kau sebut taman? Itu hanya sebuah tanah dengan beberapa bunga yang rusak dan layu di atasnya," Minseok semakin geram mendengar reaksi Jongin.

"Itu karena anjingmu, babo! Sehun bela aku!" mereka bertiga menertawai MInseok.

"Sudahlah, Minseokie… kau bisa menanam mereka lagi…."

Minseok mengerucutkan bibirnya dengan imut.

"Itu susah!" Minseok meninggalkan mereka dengan langkah menghentak-hentak tanah sebal. Sehun berdiri dan memeluknya dari belakang. Minseok hanya diam di tempatnya.

"Maaf ya… nanti aku membantumu menanam bunga-bunga cantik. Bukankah itu romantis?" Sehun mengecup pipinya beberapa kali. Sedangkan Minseok mengangguk dengan pipi yang merona.

"Janji?"

"Iya, Minseokie sayang."

}}

"Sehun-ah! Kau mau makan apa?" teriakanmu dari dapur membuatku tersadar dari kilas balik masa laluku. Aku pun berjalan menuju tempat di mana kau berada.

Kakiku telah menginjak ruangan bernama dapur. Aku melihat sebuah apron berwarna putih melingkar indah di tubuhmu.

Cantik, pujiku dalam hati. Kedua sudut bibirku terangkat secara otomatis.

"Kau mau makan apa?" aku pun berjalan mendekatimu.

"Spaghetti."

"Kau suka spaghetti?" aku hanya menjawab pertanyaanmu dengan sebuah anggukan kecil.

Aku ini mengatakan 'Itu adalah makanan favorit kita'. Tapi, aku takut kau marah. Sepertinya amnesia membuatmu sedikit sentimen.

"Baik, aku akan memasakanmu sebuah spaghetti," kau pun berjalan mendekati lemari es dengan dua pintu di pojok ruangan. Menyiapkan beberapa bahan untuk membuat spaghetti. Aku? Aku hanya memandangimu dari meja makan.

Karena aku merindukanmu.

"Mau kubantu, Minseokie?" tanyaku saat kau mulai menumis beberapa bumbu di atas pan. Mendengar pertanyaanku, kau menolehkan kepalamu. Aku dapat melihat wajah cantikmu yang ditumbuhi dengan keringat. Dan jujur kau nampak sexy karena itu.

"Bagaimana kau tahu nama asliku?"

"Kau adalah tunanganku, itu adalah hal kecil," matamu membulat. Kau menatapku bingung dan tidak percaya. Kau mendengus.

"Tunangan? Aku belum pernah bertunangan dengan siapa-siapa, Tuan," apa kau percaya bahwa aku menangis? Aku saja tidak percaya jika cairan itu turun dari air mataku.

"Kau kenapa Minseokie?" aku mengarahkan kedua tanganku untuk memegang pipimu yang chubby.

"Kupeluk kau tak mau. Dan sekarang kau bilang kau tidak pernah bertunangan dengan siapa-siapa? Kau amnesia kan?"

"Ya! Apa-apaan kau ini?! Aku di sini hanya sebagai pembantu!" kau mendorongku dengan sekuat tenaga sehingga punggungku menabrak meja makan. Rasa sakit menjalar pada punggung dan hatiku.

Ada apa denganmu, Minseokie?

"Aku merindukanmu…."

"Aku tidak peduli," responmu yang terlampau dingin. Kau memindahkan mie italia itu pada sebuah piring dan menyajikannya di depanku.

"Anh Minseok…," aku memanggilmu dengan suara bergetar. Maaf aku memang cengeng.

"MARGAKU KIM BUKAN ANH!"

"Margamu Anh! Kau tunanganku! Kau kenapa sayang?"

"Kau yang kenapa? Kenapa kau hidup sendirian? Aku muak denganmu! Sekali lagi kuperingatkan padamu, Oh Sehun! AKU KIM MINSEOK! DAN AKU… BUKAN TUNANGANMU!" kau membentakku dan berjalan pergi. Aku pun berlari mengejarmu.

Tidak, aku tidak ingin tinggal sendirian di sini! Aku ingin kau menemaniku… siapa pun itu namamu…

"Jangan! Jangan pergi! Kim Minseok! Berhenti!" tetapi kau masih berjalan menjauhiku. Kau telah melewati pintu rumahku dengan aku yang berlari mengejar di belakangmu.

"Aku sendirian di sini. Jangan tinggalkan aku! Kumohon, Kim Minseok!" aku tidak tahu kenapa. Tapi, tubuhku tidak mampu untuk mengejarmu. Tubuhku lemas dan aku jatuh terduduk di tanah.

Aku menangis membayangkan hidupku tanpamu. Membayangkan betapa gelapnya duniaku tanpamu. Membayangkan kau bersanding dengan orang lain. Membayangkan hidupku yang sangat menyedihkan. Dan…

Aku kehilanganmu untuk kedua kalinya.

Sehun POV end

.

.

Bersambung...

A/N:

Ceritanya masih samar/? dan gaje sekali ._. kalo pengen lebih jelas/? tinggalkan beberapa kalimat atau kata di kolom review. Aku bakal ngepost chapter lanjutannya secepat mungkin, kalo responnya bagus hehe ^-^v

Eum... kalian gak bingung kan sama Xiumin dan Minseok? Takutnya bingung u.u Kalo bingung review aja biar chapter selanjutnya dipost cepet dan gak bingung egen ._. /modus berat/

Oke, makasih udah baca FF ini. Satu review-mu sangat penting bagiku/? ;;-;; /love sign/

Dengan cinta, Cekernya Jongin