"...Sekali lagi kau berani menyentuh dia, akan kupastikan hidupmu tak bahagia lagi..."
.
.
Title: Paralyze(d)
Rated: T
Character(s): Kim JongIn, Park ChanYeol, Choi Sulli, Oh SeHun.
Pair: Park ChanYeol & Kim JongIn.
Genre(s): Romance, Hurt/Comfort, Angst, Alternatif Universe [AU].
Special Themes: Park ChanYeol & Kim JongIn (Kai) [ChanKai] –For Event CFL {ChanKai Forever Love}
Disclaimer: SMTown – EXO belongs to God and their family.
Warning: Out Of Character, Typo(s) maybe, Hancur, Gantung, Freak, TwoShoot.
.
.
Seorang gadis tengah menarik-narik ujung baju seseorang dari belakang. Bibirnya mengerucut, antara sebal dan mencoba terus merayu orang di depannya. Terdengar hembusan napas kesal dari arah depan, orang itu membalikkan badannya , "Apa untungnya jika aku menurutimu?"
Gadis itu terpekik senang; lantaran rayuannya berhasil membuat sosok pemuda di depannya luluh. Dia memeluk pemuda itu dengan senyum yang terkembang, "Kau memang yang terbaik.. –Aku akan memberikanmu semua yang kau mau."
Pemuda itu menaikkan sebelah alisnya, ia tersenyum miring. Semua yang dia inginkan. Menarik,"Okay, kapan kita melakukan strategi-konyol-mu?"
"As Soon As Possible. Lebih cepat lebih baik, bukan? Aku ingin mengetahuinya, apakah dia benar-benar mencintaiku atau tidak."
Bagaimana jika tidak? –terkadang tidak semuanya terlihat indah, girl.
Mungkin dibalik kata indah, terdapat racun-racun tak kasat mata yang bersembunyi dengan apiknya.
But, who's know? ' Cause anything is possible.
.
.
Di sebuah taman, seorang pemuda bertubuh jangkung tengah terduduk di bangku taman dan memainkan iphone-nya. Sesekali matanya melirik ke kanan, dan ke kiri –mencari seseorang yang beberapa minggu ini mengisi harinya. Yah, seseorang yang mengisi harinya. Ia melirik arloji di tangannya, pemuda itu mendecak kesal. Ini sudah lewat 15 menit, dan kekasihnya itu belum juga datang. Oh ayolah, pasalnya ia datang kesini karena ada yang memberitahukannya bahwa akan ada hal tidak terduga terjadi, dan ini bersangkutan dengan kekasihnya. Belum lagi, ia harus menyisakan tenaganya untuk besok.
"Kai-ya! Kau lihat kedai es krim itu? Bisakah kau membelikannya untukku? Boleh ya.."Ujar seorang gadis dengan tangan bergelayut manja di lengan seorang pemuda berkulit tan.
Kai!?–Sepertinya tidak asing.
Pemuda bertubuh jangkung itu segera memutar tubuhnya menghadap kiri; tempat suara itu berasal. Matanya menyipit. Itu–pemuda itu, benar, dia adalah Kai. Sahabat dan Rivalnya selama ini, atau entahlah, hubungan mereka apa, terlalu absrak untuk dipahami. Terkadang mereka sangat dekat –sampai-sampai ada yang merumorkan mereka berdua gay, namun terkadang mereka terlihat seperti orang asing yang tidak saling mengenal. Sedang apa dia disini? Tunggu! I-itukan Sulli! Kekasihnya yang ditunggu-tunggu sejak 15 menit yang lalu. Dengan cekatan, pemuda itu berjalan sedikit tergesa ke arah Kai dan Sulli. Tangannya terkepal erat.
SRET
Es Krim yang berada di tangan Sulli terjatuh seketika. Ia membelalakan matanya melihat kehadiran ChanYeol yang tiba-tiba –yeah, tentu saja ekspresi Sulli yang seperti itu, tidak sepenuhnya asli. Ada unsur berpura-pura. Bukankah dia yang merencanakan hal ini? Jadi dia sudah menduga hal ini akan terjadi.
ChanYeol menarik kerah Kai dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menggenggam pergelangan tangan Sulli. Kai terkekeh melihat ekspresi ChanYeol, "Woo, Calm down boy."
"Tch! Tidak usah berpura-pura, apa yang sedang kalian berdua lakukan disini?—berkencan, eoh?"
Sulli menahan tangan ChanYeol, ketika akan melayangkan tinjunya ke arah Kai. Baiklah, ini sedikit berlebihan. Setaunya, ChanYeol tidak pernah memukul orang jika orang itu melakukan kesalahan yang fatal. Apa itu artinya ChanYeol sangat mencintainya? Bisa jadi; tetapi bisa juga..—ChanYeol mengernyit, tidak suka. Terlihat Sulli tengah menggigit bibir bawahnya, "Jangan."
"K—kau! Oh, baiklah, jadi sekarang kau memihak pemuda Afrika ini? Oke, kalau begitu nikmati harimu dengan.." ChanYeol menggeram kesal, sedikit tidak rela, "Kai-mu. Aku akan meninggalkan kalian berdua. Selamat bersenang-senang!"
Kali ini Sulli yang terkekeh. Tak apa jika aktingnya tidak sempurna, tapi paling tidak ia sudah mengetahui perasaan ChanYeol seperti apa kepadanya. Lebih baik jurus berpura-puranya ia hentikan sekarang, atau justru sesuatu yang sangat buruk terjadi, dan Sulli tidak ingin itu. Ia memeluk pemuda bertubuh jangkung yang telah sah menjadi kekasihnya itu beberapa minggu yang lalu. ChanYeol berbalik dan melepaskan pelukan Sulli.
"Apa! Kenapa kau tertawa!—kau pikir ini lucu!?"Sungut ChanYeol, tetapi bukannya ketakutan, Sulli justru kembali memeluk ChanYeol dari arah depan. Baginya kecemburuan ChanYeol, adalah cintanya.
"Aku mencintaimu ChanYeol, sangat!"
Kai merapikan kemejanya yang sedikit kusut akibat cengkraman ChanYeol yang mendadak tadi. Ini tidak ada dalam permintaan Sulli, tau seperti ini, lebih baik Kai menggunakan jaket saja tadi. Uh! Kau harus bertanggung jawab Sulli! Matanya beralih menatap kedua sejoli yang tengah berpelukan; atau Sulli yang memeluk ChanYeol. Sedikit terpancar perasaan iba terhadap gadis itu. Dirinya berharap, semoga Sulli tidak selalu bergantung dengan ChanYeol, karena Kai tidak yakin, apa yang akan Sulli lakukan jika mengetahui yang sebenarnya. Ia mendecih melihat ekspresi ChanYeol saat itu. Dasar Aktor jadi-jadian. Melihat tatapan sinis Kai, ChanYeol tersenyum bangga –hanya bertahan sedetik saja, yang kemudian berganti dengan mimik bingung yang terlalu sempurana di wajah tampan ChanYeol, "Sebenarnya apa yang terjadi disini? Dan apa hubungannya dengan orang ini!"
Kedua bola matanya berputar malas, "Berhenti memanggilku 'orang ini' atau 'orang Afrika'. Aku juga mempunyai nama, tiang listrik!"
"Kau sendiri tidak memanggil namaku, jadi untuk apa aku memanggil namamu?"
"Terserah. Sulli, cepatlah, tugasku sudah selesai dan aku ingin segera pulang, lalu menikmati hadiahku,"
"T-tunggu! Hadiah apa!"
Sulli tersenyum, ia menengahi ChanYeol dan Kai yang sebentar lagi akan meledak,"Tenanglah, aku akan menceritakan segalanya, begini kau taukan changi, kalau beberapa akhir ini kau terlalu sibuk latihan basket. Baik, aku tau karena sebentar lagi akan ada pertandingan antar sekolah, tapi tidak bisakah kau meluangkan waktuku untuk sebentar? Paling tidak, kirimi aku pesan atau telpon aku dikala senggang. Namun nyatanya kau lebih memilih bola orange itu, daripada kekasihmu sendiri. Itu membuatku mulai berpikiran bahwa kau sudah tidak mencintaiku lagi.."
'bukan sudah, tetapi memang tidak.' Lanjut Kai dalam hati.
"–Lalu aku memutuskan untuk mengetahui, apakah kau masih mencintaiku atau tidak. Dan aku mulai memikirkan rencana ini. Maafkan aku, changi, telah membuatmu salah paham. Lagipula aku melakukannya dengan Kai. Sahabatku dan sahabatmu.."
'bukan!' sambung Kai dan ChanYeol nyaris bersamaan. Tentu saja karena kebetulan.
"–Dan sekarang aku sudah lega. Apalagi setelah mengetahui kebenaran, bahwa kau mencintaiku. Ah.. jeongmal mianhae, changi. Saranghae Channie.."
ChanYeol tersenyum, ia mengacak rambut Sulli pelan. Kai memalingkan wajahnya, bisakah mereka tidak bermesraan di depannya? Ia bosan berada di ambang kemewahan cinta yang menggebu-gebu seperti ini; apalagi ketika dirinya tidak dianggap oleh kedua sejoli itu. Setelah puas berlovey-dovey, berbagi senyuman dengan Sulli –yang tidak Kai mengerti sama sekali. ChanYeol medeath glare Kai.
"Sekali lagi kau berani menyentuh dia, akan kupastikan hidupmu tak bahagia lagi, Kai. Aku akan membuat perhitungan kepadamu."
Seringaian licik tercetak jelas di paras Kai. Dia memiringkan kepalanya, dan menjilat bibir atasnya –merasa tertantang rupanya. Kedua tangan Kai memasuki saku jeansnya, ia berjalan mendekati ChanYeol dan berbisik tepat di telinganya, "Dengan senang hati aku akan menunggunya, Yeollie.. hyung."
Merasa ada yang aneh disini, Sulli segera merangkul lengan ChanYeol dan memotong pembicaran, serta pandangan yang–entahlah, dia sendiri juga tidak terlalu mengerti arti pandangan mereka,"Baiklah, kalau begitu apakah aku boleh mengajak ChanYeol pergi sekarang? Maafkan aku Baby Kkamjong, aku tidak bisa mengajakmu pergi, dan merusak makan malamku dengan My Boy. Tidak untuk hari ini."
Kai memundurkan langkahnya, ekspresi wajahnya berubah 180 derajat ketika berhadapan dengan Sulli. Ia mempoutkan bibirnya, membuat ChanYeol menghela napas. Dasar Mr. Perfect palsu.
"Ada apa, Sulli? Lalu, hey! bagaimana dengan hadiahku?"
Sedikit ada yang ganjal dengan pertanyaan Kai, tetapi Sulli mencoba mengacuhkannya, "Aku mengatakan bahwa aku dan ChanYeol akan dinner hari ini, jadi hadiahmu akan ditunda sebentar, Kai."
"Eh, benarkah? Tapi perutku sudah berlomba paduan suara?"
Sulli tertawa, ia mengacak surai pirang Kai dan memeluk tubuh tan itu, "Tidak bisa, Kai. Eumm… begini, bagaimana jika aku membelikanmu makanan saja setelah pulang makan malam?"Tanyanya, dan dijawab dengan anggukan oleh Kai. ChanYeol menarik tubuh Sulli dari dekapan Kai –atau Sulli yang mendekap Kai. Raut wajahnya menunjukkan ketidak sukaan; entah untuk siapa, ChanYeol memang menatap tajam Kai, tapi tangannya mencengkram erat tangan Sulli. "Ya! Apa yang kalian berdua lakukan? Berpelukan di hadapanku dengan mesra, dan hey—Kai! Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak menyentuh Sulli-ku! Kau ingin macam-macam padaku?"
Lagi-lagi Kai hanya menyeringai, terlihat lebih tipis daripada sebelumnya. Kedua matanya menatap balik ChanYeol; seolah berbicara 'kau berakting lebih buruk dariku, ChanYeol'. ChanYeol mengernyit, lalu merangkul pinggang Sulli agar mendekatinya, 'tetapi setidaknya aku tidak berakting-kekanak-kanakkan sepertimu, Kai'.Kai mengerucutkan bibir sensualnya, ia melipat kedua tangannya di depan dada, dan mengetuk-ngetukkan kakinya di tanah. Bertingkah seperti seorang anak berumur 7 tahun yang kehilangan mobil-mobilan terbarunya. Sebenarnya ia tidak sepenuhnya mengerti pandangan ChanYeol barusan, tapi Kai yakin jika ChanYeol menghinanya. Berusaha tidak seaneh mungkin dihadapan Sulli, Kai mengambil smartphone-nya, dan menghubungi seseorang, "Okay, tidak apa-apa jika kalian meninggalkanku. Dan jangan lupakan, kau berhutang padaku satu porsi ayam goreng, Sulli. Sana, pergilah! Sebelum aku sakit hati. Aku sudah meminta SeHun untuk menjemputku."
"Mianhae, my baby. Aku berjanji akan membelikanmu seporsi ayam goreng, kalau perlu pelayannya akan kubawa juga. Sekali-kali kau juga membutuhkan kekasih, bukan?"
"Tidak perlu, banyak yang sudah mengantre giliran untuk bersamaku,"Sahut Kai santai, dan tanpa diketahuinya, ChanYeol memalingkan wajahnya dan menggeram. Terlihat sedikit, err.. tidak suka, mungkin? Tapi untuk apa? Ha—ha.
.
.
Park ChanYeol dan Kim JongIn atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kai. Siapa yang tidak mengenal mereka? Mungkin jika mereka adalah personil boyband terkenal, kalian akan dengan mudah mengetahui siapa mereka, tapi mereka bukanlah artis papan atas atau personil salah satu boyband, mereka adalah orang biasa. Mari ChanYeol dan Kai; mereka adalah bintang-panutan sekolah. ChanYeol yang berbakat dalam musik dan olahraga, sedangkan Kai yang mempunyai bakat dalam bidang dance dan pelajaran. Bisa dikatakan kepopularitasan mereka tidak bisa dipandang remeh di sini, bahkan ada beberapa siswa yang membuat grup di dunia maya, hanya untuk menyatakan bahwa mereka adalah fans sejati ChanYeol dan Kai. Hubungan antara kedua siswa popular itupun menarik. Ada kalanya mereka benar-benar menjadi sahabat tak terpisahkan; hingga beberapa fans menginginkan mereka bersama sebagai pasangan gay, namun ada kalanya juga mereka menjadi orang asing dan saling mengasingkan, dengan aura mematikan.
Kisah asmara merekapun banyak dicari-cari oleh fans mereka, bahkan tak jarang mereka rela membuang uang untuk mempercantik diri, sesuai dengan type gadis masing-masing. Dan dari banyaknya fans yang mengagumi ChanYeol, Sulli lulus dalam seleksi gadis type-nya. Betapa beruntungnya gadis itu, mendapatkan kesempatan menjalin hubungan dengan Sang Idola. Berbeda idola, berbeda juga dengan kisah asramanya, Kai lebih cenderung senang bertingkah lucu –atau ada yang mengatakan aegyo, daripada menanggapi serius tentang percintaannya. Seolah perjalanan cintanya itu tidak terlalu penting. Tetapi menjadi daya tarik sendiri bagi fans-fansnya–yang tetap mengagguminya.
Saat ini Kai sedang terduduk di samping kursi kemudi sebuah mobil sport berwarna kuning. Sepi. Tidak ada satupun yang bersuara di dalam mobil itu. Hingga akhirnya suara desahan malas terdengar dari arah kursi kemudi, "Kalian berdua memang aneh. Jauh lebih aneh daripada hubungan antara Tom and Jerry."
Kai terkikik, bisa-bisanya pemuda berkulit putih melewati batas–itu pemikiran Kai–ini, menyamakan hubungannya dengan ChanYeol seperti kucing biru idiot itu, dengan tikus berstok ide jail yang tidak pernah habis.
"Kau pikir kami apa? Tokoh kartun yang begitu-begitu saja? Bertengkar-saling kejar-berbaikan. Bahkan perawakanku tidak seburuk tikus itu. Yah, walaupun aku mengakui kulitnya sedikit sama dengan kulitku. Tapi tetap saja, jauh lebih seksi milikku."
SeHun tertawa pelan, ia meninju lengan Kai dari arah samping, "Percaya diri sekali kau. Namun tetap saja, kalian itu bertingkah seperti tokoh kartun itu. Sadarlah Kkamjong. Tidakkah kau berpikir bahwa hubungan yang kalian miliki itu terlalu absurd? Kalian sepasang sahabat, atau bisakah aku menyebutnya sahabat berstatus kekasih sekaligus? Tetapi pada hari berikutnya, kalian akan berubah menjadi dua sosok monster yang saling mengejar; saling membunuh dan mencoba menangkap satu-sama-lain untuk kesenangan pribadi. Itulah alasan kenapa aku menyamakan kalian dengan Tom and Jerry."
Baru kali ini, Kai mendengarkan SeHun berbicara panjang lebar seperti itu; mengkomentari hubungan anehnya dengan ChanYeol. Kai menghadap ke arah jendela di sampingnya, tangannya menopang dagu, "Dan ChanYeol sebagai Tom, sedangkan aku sebagai Jerry, seperti itukah?"
"Ya, dan kau sudah mengetahui itu. Apakah sekarang kau sudah menyadarinya?"
Kai memajukan bibirnya, kemudian berdecak, "Sedikit. Kau tau SeHun, terlalu banyak masalah yang berbelit-belit dan menyusahkan untuk dipahami. Dan aku membencinya. Aku dan ChanYeol–Kami memang bersahabat; sekaligus rival untuk beberapa hal, itu saja, tidak lebih. Tapi ada sesuatu yang entahlah, terlalu sulit untuk dijelaskan, namun yang aku tau 'sesuatu' itu seolah menarik tubuhku untuk melakukan hal yang di luar logika bersama ChanYeol. Tubuhku bergerak sendiri, ya –ugh! Aku pusing."
"Apa kau menyukai ChanYeol?"Gumam SeHun pelan, terlihat guratan tidak suka dari wajahnya. Kai menolehkan kepalanya ke arah SeHun, sepertinya tadi ia mendengar suara sayup-sayup dari SeHun, "Kau bilang apa SeHun? Aku tidak terlalu mendengarkannya," SeHun mengernyit, bingung harus melakukan apa untuk membuat Kai peka terhadap sesuatu. Tidak bisakah kau mengerti perasaan seseorang?
"Bagaimana dengan Sulli?"Tanya SeHun; mengalihkan pembicaraan tadi. Kai melipat kedua tangannya di depan dada, kemudian memejamkan matanya, "Aku merasa kasihan padanya, seharusnya ChanYeol tidak usah terlalu memberi harapan palsu pada gadis manis itu…" SeHun menengok sekilas, seakan dirinya bertanya kenapa perkataannya menggantung, "–Karena setelah aku membantunya-membuat-ChanYeol-cemburu-hari-ini, aku takut Sulli akan berbuat yang lebih mengerikan. Mengakhiri hidupnya –mungkin?"
Lagi-lagi SeHun hanya bisa mendesah, rasanya SeHun ingin menghajar ChanYeol hingga babak belur–akibat kekonyolannya, dan menyeret Kai ke gudang, untuk di cuci otak; setidaknya itu jauh lebih baik daripada meninju orang yang mengisi hatinya. Tapi apa haknya melakukan tindakan kriminal itu? Kenapa mereka berdua sama-sama tidak sensitif? Dan kenapa juga mereka berdua harus bertemu?–hingga menimbulkan keabstrakan ini, "Tapi lebih baik, kalian mengatakan yang sebenarnya kepada Sulli secepatnya, atau akan berlanjut semakin dalam dan semakin menyakiti banyak orang. Aku yakin jika Sulli benar-benar mencintai ChanYeol, Sulli akan mengerti dan mencoba memaklumi sifat ChanYeol yang temperament itu, dan kau tidak perlu lagi merasa kasihan kepadanya. Simple kan?" –dan aku bisa merasa lebih leluasa memilikimu.
"Tidak semuda itu SeHun!"
CKIT
Untung saja jalanan sedang sepi, SeHun jadi tidak perlu mendengar ceramahan bahkan tuntutan dari pemilik kendaraan di belakangnya. SeHun mengusap wajahnya pelan, dia memulai lagi. Kai memukul dasbor mobil SeHun keras. Matanya menyorotkan kemarahan, dia mencengkram ujung baju SeHun tiba-tiba, dan mendesis, "Kau!–"
"–Ah! SeHun! Maafkan aku, aku tidak bermaksud menarik bajumu. Eum, apakah aku merusaknya? Tetapi aku bersungguh-sungguh! Aku tidak bermaksud melakukan hal jahat kepadamu. Apa yang baru saja aku lakukan?"
"Tidak apa-apa,"Sahutnya sebiasa mungkin; seolah-olah tidak terjadi apapun. Tinggal dan kenal bersama Kai selama 6 bulan, membuat SeHun sudah menghapal Kai sepenuhnya –dan ia berusaha memakluminya. Kai adalah seorang Alter ego; seseorang dengan kepribadian ganda yang bertolak belakang. Ada kalanya dia menjadi orang berhati lembut dan pengertian; walaupun tidak sensitif, tapi ada kalanya ia menjadi seorang yang kejam, licik, dan mudah marah. Namun kepribadiannya itu hanya bertahan beberapa saat saja, dan Kai akan lupa dengan apa yang barusan dia lakukan.
Itulah alasan kenapa SeHun tidak menyutujui hubungan Kai dan ChanYeol; entah itu sahabat atau rival atau kekasih sekaligus. Apalagi, tidak ada yang mengetahui sifat asli ChanYeol dan Kai, selain dirinya dan ChanYeol dan Kai sendiri. SeHun takut, jika suatu saat mereka benar-benar akan menjadi monster dan saling menyakiti –dan saat itu terjadi, dia tidak ada di tempat kejadian perkara. Atau kau takut kehilangannya?
"Kalau boleh tau, kenapa kita berhenti di tengah jalan?"
"Tidak ada, kita akan pulang sekarang."
.
.
Temperamental ; lebih tepatnya Temperament Koleris –ia adalah seorang cepat, praktis, aktif, independen, berpendirian tegas, dan senang membuat keputusan tanpa berpikir lebih lanjut. Cenderung bersifat dominan, memiliki jiwa kepimpinan yang tegas.
Kepribadian ganda; atau yang sering disebut dengan Elter Ego –adalah seseorang dengan kepribadian ganda, yang saling bertolak belakang. Orang yang memiliki kepribadian ganda, cenderung lebih cepat berubah kelakuannya dalam rentan waktu yang sebentar,bahkan terkadang orang berkepribadian ganda tidak mampu mengingat dengan apa yang terjadi pada dirinya.
.
.
ChanYeol menaikkan kacamatanya yang melorot ke pangkal hidung. Tangannya mengambil coklat panas di samping laptopnya, lalu meminumnya. Setelah meletakkan gelas itu kembali di atas meja, ChanYeol tersenyum sinis. Untuk apa SeHun mengirimkannya pesan seperti itu? Tanpa SeHun peringatkan pun, ChanYeol sudah mengerti tentang hal miring itu. Tentang sisi negatif dirinya, maupun Kai –yang selama ini mereka sembunyikan.
Mereka; ChanYeol dan SeHun, bisa juga dikatakan sebagai sahabat atau rivalnya, walaupun tidak seaneh hubungannya dengan Kai. Mereka lebih dominan ke arah rival, bukan karena SeHun adalah siswa populer juga, atau karena SeHun pintar dalam hal Olahraga dan Dance –melainkan karena SeHun menyukai Kai. Oh! ChanYeol tidak sebodoh itu untuk mengetahui apa yang dilakukan SeHun selama ini untuk melindungi Kai, salah satunya dengan mengirimkan pesan ini. SeHun berusaha menjauhkannya dengan Kai. SeHun mengancam seorang Park ChanYeol.
–Oh tentu saja itu menarik, bermain-main dengan kurcaci pucat itu sepertinya tidak masalah. Setelah Sulli dan Kai.
Bermain-main cinta, memanglah keahliannya. Keahlian busuk; yang selama ini dia pun tak mengerti –ChanYeol sudah buta. Perasaannya telah tertutup kabut tebal yang memilukan.
…dan mengakibatkan dia menjadi seorang temperament.
"Ini akan semakin menarik."
To Be Continued~
Ampun! Jangan bunuh saya!
Saya tau, saya masih nanggung 2 fic yang belum end. And now, you-know-what-I-mean, right?
Tapi saya enggak bisa berbuat apa-apa lagi. Imajinasi saya gak selesai-selesai, jadi gini deh.
Dan, Kak EL atau Homin 'EL, Adalah penyelenggara event ini. Jujur, saya bingung pada awalnya mau buat atau enggak, tapi gak ada salahnya buat nyoba. Dan maaf kalo bukan OS, melainkan TS.
So, Mind to Review?
Regard,
-Arcoffire-Redhair-
