FRAGILE
by : unknownsy
Chanbaek and other cast
BxB
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Baekhyun berani bertaruh bahwa seluruh manusia di bumi pernah merasakan ketidakadilan dari Sang Pencipta. Namun yang membuatnya tak habis pikir mengapa semua umat beragama selalu mengelu-elukan kata "Tuhan Maha Adil" kala mereka hidup sengsara dibawah tekanan sesuatu yang disebut dengan Kehidupan.
Byun Baekhyun. Lelaki mungil berparas rupawan. Ya, mungkin itu adalah kesan pertama orang yang melihat dirinya untuk pertama kali. Bukankah memang semua orang menilai orang lain dari parasnya? Tanpa mengetahui dibalik paras yang rupawan Baekhyun adalah jiwa dalam raga yang keduanya bersifat sama...
Rapuh.
"Dengan ini sodara Byun Baekhyun dijatuhi hukuman 5 tahun penjara atas percobaan pembunuhan"
Tok.
Tok.
Tok.
Lelaki yang duduk dikursi tengah sebuah ruangan dengan segala pandangan yang tertuju padanya menggigil ketakutan.
...
Seoul, March 2017
Bebas? Semua orang tentunya sangat menyukai arti dari kebebasan. Namun itu tidak berlaku pada lelaki mungil berkulit pucat yang sedang merenungi nasib ditengah hirup pikuk kegiatan orang metropolitan. Bukan ini kebebasan yang ingin didapatkannya! Bebas dari jeruji besi yang menjeratnya selama 5 tahun? Bukan ini yang ia inginkan! Sudikah tuhan mengabulkan permintaannya sekali ini saja? Lenyap dari muka bumi adalah kebebasan yang ia idam-idamkan.
Aku harus apa?
Apa yang akan aku lakukan?
Bertahan hidup? Itu konyol
Mencoba bunuh diri mungkin tidak ada salahnya.
Ya!
Tentu!
Dan disinilah ia. Berdiri ditepi jalan. Ia memejamkan mata seiring dengan langkah mantapnya melintas dijalan raya untuk menjemput kebebasan yang dirasanya sudah didepan mata.
"Eomma tunggu aku"
...
"Iya baik eomma aku tidak akan melupakan jam minum obat"
"Baiklah sampai jumpa. Aku mencintaimu"
Pip.
Lelaki bertubuh jangkung yang berjanji tidak akan melupakan jam minum obat melempar asal smartphone miliknya ke jok sebelah. Ia menghela nafas kasar. Yang benar saja. Untuk apa minum obat yang jelas tidak akan menyembuhkanmu? Ia tersenyum getir dan melajukan mobilnya lebih cepat tanpa menyadari adanya sosok lelaki mungil yang melintas dijalannya.
Dan...
Bunyi gesekan antara ban dengan aspal terdengar.
"What the fu*ck?"
Pengemudi yang hendak menabrak pejalan kaki tersebut keluar dengan emosi yang tak terkendali.
"Hei bodoh! Jika kau ingin mati jangan sekali-kali merugikan orang lain diakhir hidupmu"
...
Baekhyun menghentikan langkahnya saat mendengar mobil berhenti dengan paksa diarah kirinya. Apakah rencananya gagal? Sedari awal seharusnya ia tahu bahwa menabrakan diri dengan mobil yang memiliki pengemudi yang dalam kondisi sehat adalah hal mustahil.
Seseorang keluar dari mobil yang hendak menabraknya. Baekhyun sama sekali enggan membuka mata.
"Hei bodoh! Jika kau ingin mati jangan sekali-kali merugikan orang lain diakhir hidupmu" suara bentakan barittone yang pertama kali menyapa pendengarannya sejak ia mencoba tuli agar usahanya berjalan sempurna.
Baekhyun menegang. Jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Kakinya melemas dan terjatuh dikerasnya aspal jalanan. Ia terisak.
"Hey apalagi ini? Kau ini tidak waras atau bagaimana?" suara barittone kembali menyapanya dengan bentakan yang tak kalah keras dari sebelumnya.
Tin. Tin. Tin
Baekhyun terkesiap dengan klakson yang berasal dari belakang mobil pengemudi bersuara berat tersebut.
Didengarnya suara derap langkah yang menghampirinya. Ia rasakan tepukan kecil di kepala yang sedang ia tundukan. Baekhyun mengangkat kepala yang bahkan seharusnya sudah tergeletak ditengah jalan dikalau usahanya ini tidak gagal.
Sebuah tangah terulur untuknya.
Ya uluran tangan.
Baekhyun memandang lekat uluran tangan tersebut dan bola mata yang masih dipenuhi air mata bergulir menuju si pemilik tangan.
"Bangunlah sebelum terjadi kecelakaan beruntun"
Diraihnya uluran tangan tersebut dan tanpa disadarinya dengan meraih uluran tangan lelaki tersebut hidupnya bergantung pada uluran tangan pemuda bermata bulat itu.
...
Hiruk pikuk Seoul seolah tiada akhir. Tengah malam pukul 11:30 KST. Semua orang sibuk berlalu lalang mencari kebahagiaan sesaat. Ya, kota besar yang bernaung di negara yang disebut negara maju mayoritas masyarakatnya adalah Kaum Hedonisme.
Baekhyun tidak tahu apa yang sedang terjadi. Semuanya berlalu terlalu cepat membiarkannya kehabisan waktu untuk memikirkan apa yang terjadi. Yang dia ingat hanyalah percobaan bunuh diri yang gagal karena kebodohannya dalam mengambil pilihan yang salah. Ia hanya bisa menangis dalam diam.
"Apa kau tak apa?" suara barittone yang beberapa jam lalu membuatnya terisak kini berubah menjadi nada dingin. Sebenarnya tidak ada bedanya karena sama saja membuat Baekhyun ketakutan.
Baekhyun lagi-lagi enggan mengangkat kepalanya yang sedari dijalan hingga tiba di appartmen lelaki bermata bulat itu.Appartmen itu terlihat sangat mewah saat Baekhyun pertama kali menapaki lantai bersih itu. Bila hanya dihuni oleh satu orang itu terlalu besar. Atau mungkin lelaki itu tinggal bersama kekasihnya. Baekhyun tak ada waktu untuk memikirkannya.
"Aku bukan orang jahat! Jangan seperti ini! Kau terlihat seperti anak kecil yang takut karena ketahuan mencuri"
Baekhyun tidak merespon.
Merasa diabaikan, lelaki yang lebih tinggi mengehela nafas. "Namaku Park Chanyeol" suara itu berganti menjadi sangat lembut seperti ia sedang berbicara dengan anak kecil dan disertai uluran tangan seperti beberapa jam lalu. Bedanya uluran tangan ini untuk dijabat sebagai perkenalan.
Baekhyun tidak mengangkat kepalanya. Ia hanya mengintip melalui poni yang menutupi wajah manisnya untuk melihat lelaki bernama Chanyeol yang sedang mengulurkan tangannya "lagi" untuk dirinya.
Tanpa mengangkat kepala sedikitpun Baekhyun berkata "Na..na..maku Byun Baek..Baekh..Baekhyun" ucapnya terbata-bata karena tangis yang belum mereda. Dan rupanya kali ini Baekhyun mengabaikan uluran tangan Chanyeol.
"Ok Baekhyun, berhentilah menangis. Apa kau kesakitan?"
Baekhyun menggeleng kecil.
"Apa ada yang terluka?"
Baekhyun menggeleng.
"Apa kau ingin aku antar pulang?"
Baekhyun menggeleng.
Chanyeol menghela nafas frustasi yang justru membuat Baekhyun semakin meringkuk disofa empuk yang didudukinya. Jari-jarinya meremas baju yang ia kenakan nampak kebesaran.
"Apa kau punya kerabat yang bisa kau hubungi saat ini?"
Baekhyun menggeleng pelan. Sangat pelan. Karena memang benar dia tidak mempunyai satupun kerabat.
"LALU MAUMU APA HAH? JANGAN MEMPERSULIT KEADAAN!"
Baekhyun terkaget bukan main. Ia terperanjat ditempat duduknya. Dengan ragu Baekhyun mengangkat kepala dan bertemu pandang dengan Chanyeol.
Chanyeol melihat mata itu. Pandangannya melunak. Mata sipit, pandangan sendu, hidung mancung yang terlihat merah karena menangis, bibir tipis yang ia gigit bagian bawah. Baekhyun terlihat seperti puppy malang yang terbuang dijalan dan ingin dipungut dengan segera.
Chanyeol menatap lekat lelaki mungil yang menggigil ketakutan didepannya karena dirinya. Baekhyun terlihat sangat kurus dibalik baju yang ia kenakan. Kulitnya pucat pasi. Sangat terlihat bahwa dia mengabaikan kesehatan dan penampilannya. Setidaknya itu penilaian Chanyeol. Tapi satu yang Chanyeol ketahui, lelaki mungil ini memiliki paras yang sangat rupawan dan sangat sederhana. Baekhyun kembali menundukkan kepalanya, menghindari tatapan Chanyeol.
"Hiks.. Hiks" tangis Baekhyun pecah.
1 detik.
2 detik.
3 detik.
4 detik.
5 detik
Chanyeol terkesiap
"Hey hey aku tidak bermaksud membentakmu" Chanyeol mendekati lelaki kecil itu.
"Hiks..hiks"
"Ok baiklah aku salah" ia memegang kedua pundak sempit milik Baekhyun.
"Berhentilah menangis". Entah dengan kesadaran penuh atau tidak seperti ada dorongan dalam diri Chanyeol yang meluluhkan hatinya kala melihat lelaki mungil berwajah manis ini.
Dengan sedikit ragu Chanyeol merengkuhnya dengan sangat lembut seperti Baekhyun adalah barang yang mudah pecah. Baekhyun tidak memberontak. Chanyeol beranikan diri mengusap pelan punggung Baekhyun.
Baekhyun merasa hangat, sangat hangat. Ia membeku dalam pelukan pria bermarga Park. Ia tetap menangis dengan bersandar di dada Chanyeol. Ya benar, Baekhyun butuh sandaran. Ia tak kuasa menahan beban hidup itu sendiri.
"Jangan menangis. Aku minta maaf" ucap Chanyeol kala tangannya mengusap dan menepuk pelan punggung Baekhyun bergantian seperti sedang menenangkan batita.
Chanyeol mencium bau wangi shampo yang berasal dari rambut Baekhyun. Ia sandarkan dagunya ke puncak kepala Baekhyun. Chanyeol menatap atas dan nampak berpikir.
Alam bawah sadar Chanyeol berjanji tidak akan membuat lelaki mungil yang berada didekapannya kembali menangis. Chanyeol berpikir sebenarnya apa yang membuat kepribadian Baekhyun terlihat sangat...
Rapuh.
TBC
Hello! Its my first experience! I wasnt write any story before. I was just reading reading and reading. And right now Im trying to appreciate my imagination through this story. Hope yall like this.
Xoxo,
Unknownsy
