Disclaimer : Code Lyoko milik Thomas Romain dan Tania Palumbo
Ini adalah fic paling pertama dari seluruh fic saya nantinya.
Peringatan : kemungkinan besar OOC, typo, gaje, karakter baru, dan banyak lainnya. Karena saya pemula, jadi mohon di maklumi.
Fic ini meceritakan kejadian setelah Code Lyoko : Evolution. Untuk pastinya, silahkan membaca fic di bawah ini.
Selamat Membaca!
Di Lyoko, para LW sedang bertarung melawan beberapa monster di Sektor Es. Tentu tanpa Jeremie, karena dia bertugas untuk mengamati dari balik layar SuperComputer. Setelah seluruh monster berhasil dikalahkan, dengan cepat Aelita pergi ke menara yang aktif, masuk ke dalamnya, menonaktifkannya dan masalah selesai untuk saat ini.
Di dekat mesin penjual minuman, para LW berkumpul dan membicarakan sesuatu seperti biasa. Di tengah-tengah percakapan, Ulrich melihat sesuatu dan langsung memberitahukannya kepada LW lain.
"Hey, kawan-kawan. Lihat itu. Sedang apa Mr. Delmas, Mr. Jim, Milly, dan Tamiya di sana?" tanya Ulrich sambil menunjuk ke arah gedung asrama.
"Aku tak tahu. Yang terpenting, siapakah anak laki-laki itu?" tanya Jeremie yang juga bingung.
"Mungkin dia murid baru." ketus Aelita.
"Sepertinya begitu." Yumi menanggapi.
"Ya. Dan kalian tahu? Mereka telah sampai di dalam gedung asrama." kata Odd.
"Ayo kita ikuti mereka."
"Sebaiknya tidak, Ulrich." cegah Jeremie.
"Mengapa?"
"Karena itu akan membuang-buang waktu. Lagipula, kita akan mengetahuinya saat pelajaran berikutnya dimulai."
"Ya, dia benar." Yumi nampak setuju dengan Jeremie.
"Baiklah."
"..."
Saat di dalam kelas, pelajaran Biologi berlangsung seperti biasa. Ditengah-tengah penjelasan Mrs. Hertz, Mr. Delmas datang untuk memberitahukan sesuatu.
"Anak-anak, Kadic ini kedatangan 1 murid baru. Nak, ke sini. (Anak itu masuk ke dalam kelas) Namanya Daniel Plea. Umur 14 tahun, berasal dari Los Angeles. Dia akan satu kelas dengan kalian. Mrs. Hertz, saya tinggal dulu." jelas Mr. Delmas. Kemudian beliau keluar ruangan.
" Plea, kau akan duduk di belakang Odd. Dia memakai pakaian serba ungu dengan rambut runcing tinggi."
"Ya, terima kasih." Daniel duduk di belakang Odd.
"Eh, bukankah dia orang yang tadi?" tanya Odd.
"Ya."
Waktu pelajaran Biologi telah selesai. Para murid keluar dari kelas. Saat itu, para LW masih penasaran tentang Daniel. Mereka pun mengikutinya hingga ke tujuan. Namun, di tengah membuntuti,mereka tertangkap basah oleh guru olahraga mereka, Mr. Jim.
"Hey, apa yang sedang kalian lakukan saat ini?" tanya Mr. Jim.
"Eh, hai Jimbo! Kami sedang-" kata-kata Odd terpotong oleh Jeremie.
"Kami sedang berjalan menuju perpustakaan." jawab Jeremie bohong.
"Oh. Begitu, ya? Maaf mengganggu perjalanan kalian" Mr. Jim meminta maaf, kemudian pergi.
"Huft, hampir saja."
Mereka hendak melanjutkan perjalanan. Namun, mereka terhenti ketika mereka mengetahui bahwa jejak Daniel telah menghilang. Dengan pasrah, mereka pergi ke kafetaria. Di sana, mereka membahas tentang sesuatu.
"Aku telah menyelesaikan penemuan-penemuan kita di Sektor Volcano saat itu. Di jam kosong nanti kita akan pergi ke pabrik untuk memastikannya." jelas Jeremie sambil memakan spagetti-nya.
"Yay! Aku sudah tak sabar!" Odd bersemangat mendengarnya.
"Itu hebat, Jeremie!" Yumi memuji Jeremie.
"Ya, itu memang hebat!" seru Ulrich tak ketinggalan.
"Ya." Aelita hanya menanggapi dengan malas. Hal itu mengundang tanda tanya bagi yang lainnya, khususnya Jeremie.
"Ada apa, Aelita? Apa ada masalah?" Jeremie bertanya.
"Tidak ada. Aku hanya bingung, tentang anak baru tadi." jawab Aelita.
"Daniel? Ada apa dengan dia?" Odd memberanikan diri bertanya.
"Ya, Aelita. Ada apa dengannya? Mengapa kau masih memikirkannya?" Yumi pun juga melontarkan pertanyaan.
"Aku tak tahu. Aku merasa pernah melihatnya. Dulu sekali." Aelita menjawab ketiga temannya itu.
"Dulu, bagaimana bis-"
"Lihat, dia datang." Yumi memotong perkataan Jeremie untuk menyadarkan semuanya.
"Hai, namaku Daniel. Bolehkah aku duduk di sini?" Daniel memperkenalkan diri dihadapan para LW.
"Maaf, Daniel. Tapi kami sedang membahas masalah penting dan rahasia." Odd mencoba mencari alasan.
"Oh, kalau begitu aku minta maaf, karena telah menggangu kalian." Daniel pun pergi dari sana dan duduk di bangku yang tak jauh dari mereka.
"Dari cara berbicaranya, dia sepertinya orang yang baik." Yumi membuka kembali pembicaraan yang sempat terpotong itu.
"Ya, aku setuju." Ulrich kemudian kembali memakan makan siangnya.
"Tapi, jangan menilai orang hanya dari cara berbicaranya saja." Jeremie memperingati teman-temannya.
"Baik."
"..."
Pada jam kosong, para LW pergi ke pabrik. Sesampainya di pabrik, Jeremie pergi ke ruang SuperComputer, sedangkan yang lain pergi ke ruang scanner. Jeremie kemudian memvirtualisasikan teman-temannya menuju Lyoko. Para LW sekarang sedang berada di Lyoko. Mereka divirtualisasikan tepat di Sektor Volcano. Mereka pun memulai percobaan dengan penemuan-penemuan mereka.
Skip, mereka sekarang berada di kamar masing-masing. Jeremie sedang mengetik sesuatu, Odd dan Ulrich sedang mengobrol, sedangkan Aelita dan Yumi sudah tidur. Di dalam tidur Aelita, terdapat sebuah mimpi. Tidak, itu bukan mimpi. terlalu jelas terlihat kalau itu bukan mimpi. Ingatan? Masih diragukan. Di dalam "mimpi"nya, saat itu Aelita masih berumur 12 tahun. Dia berlari menuju ibunya yang sedang menggendong seorang balita kecil. Balita? Siapa dia? Mengapa aku baru menyadarinya? Ketika ia hendak mendekati ibunya tersebut, tiba-tiba para MIB datang dari luar kediaman mereka. Ibunya yang bernama Anthea Hopper, menyerahkan kedua anaknya kepada suaminya, Franz Hopper. Ia pun menyuruh mereka bersembunyi. Dari jauh, Aelita melihat para MIB tersebut berusaha menangkap ibunya. Namun, ia tak dapat menolongnya, karena ia ditarik paksa oleh ayahnya menuju ruang bawah tanah. Ia tak dapat membendung aliran air matanya ketika ia melihat ibunya dibawa oleh para orang berpakaian itu. Karena tak tahan dengan mimpi buruk itu, Aelita pun terbangun dari tidurnya. Karena begitu ketakutan, ia memutuskan untuk segera pergi menuju kamar Jeremie.
"Tok... Tok... Tok..."
"Masuk." kemudian Aelita masuk ke dalam kamar Jeremie. "Aelita? Ada apa kali ini? Mimpi buruk lagi?" Jeremie bertanya sembari menghentikan kegiatan pengetikan.
"Sepertinya begitu."
"Kemarilah. Memang apa isi mimpi tersebut?" Jeremie kembali bertanya.
"Tidak seperti mimpi, tapi semacan kenangan. Seperti biasanya, ketika ibuku dibawa oleh MIB. Tapi, kali ini terdapat sebuah peristiwa lagi setelahnya."
"Aku tahu. Kau dan Franz Hopper masuk ruang scanner?"
"Bukan. Tapi jauh sebelum itu. Begini. Saat itu,..." Aelita menjelaskan perihal mimpi-kenangannya tersebut.
"Baiklah, aku mengerti." Jeremie menanggapi penjelasan Aelita.
"Tapi, aku masih tidak yakin."
"Tak apa. Kita akan mencari cara agar hal itu dapat terbukti. Untuk sekarang, kamu tidur dulu. Besok kita akan membahasnya bersama yang lain."
"Baiklah."
Di samping itu, Daniel yang sedang tidur, tiba-tiba terbangun dan segera pergi menuju kamar mandi, untuk membasuh wajah. Apa ini? Kenapa mimpi ini kembali muncul di kepalaku? Perempuan itu, terlihat familiar? Tidak. Itu bukan dia. Dia harusnya sudah lebih tua sekarang. Tapi, apakah mungkin? Ah, ini sudah mengganggu tidurku. Tanpa memerdulikannya, ia pun kembali ke kamarnya dan tidur.
To Be Continued
Akhirnya! Fic pertama dari yang pertama milikku telah selesai (1 chapter)
Sebelumnya, bila banyak kesalahan baik disengaja maupun tak disengaja di fic ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya baru dan kurang berpengalaman. Terima kasih kepada Panda Dayo yang telah memberikan saran kepada saya, serta LavenderCherry dan Queen of Lavender yang telah menikmati fanfic pertama saya ini.
Minat Review? Kritik dan Saran dipersilahkan.
