Bagaimana kau bisa memutuskan apakah perasaanmu akan terbalas atau tidak? Sesuatu yang inginnya kau pendam dalam-dalam itu selalu timbul lagi hanya dengan melihat orang itu. Ketika ia menyentuhmu, kau tak bisa merasakan hal lain kecuali sesuatu yang ingin membuat dadamu meledak, dan sesuatu yang mendorongmu ingin balas menyentuhnya lebih banyak lagi. Namun kau ingat bahwa dia bisa saja membencimu atau jijik padamu, sehingga kau berusaha menahan dirimu mati-matian.
Aku tanpa harapan. Dia begitu... entahlah. Kuat, harga dirinya begitu menyala. Sifat yang dimilikinya begitu tangguh dan murni. Aku seolah tak bisa menyusulnya, bahkan jika aku berlari sekuat tenaga. Hatiku tak akan pernah sekuat miliknya.
XxXxXxXx
Aku menatap jaket jersey regular miliknya, yang selalu dibiarkannya teronggok di atas meja ruangan klub, karena ia tak suka memakai jaket saat berlatih. Jaket yang terlihat tangguh karena didapatkan dengan perjuangan keras.
Jariku menghampiri jaket itu, dan aku menyentuhnya. Aku mendekap jaket itu ke dadaku, membenamkan wajahku ke dalamnya, mengisap dalam-dalam pada jaket itu. Dan aku mencium aroma itu, aromanya yang kuat sehingga selalu membuatku gemetar. Aku tak mampu menahan diriku, perasaanku meluap keluar dan aku memeluk jaket itu makin erat, mulai menciumi setiap benang yang menyusunnya. Jaket itu penuh dengannya... aromanya... bahkan semangatnya dan ketangguhannya memenuhi jaket itu.
"Choutarou?"
Jika tidak ditahan dengan rangka, jantungku pasti sudah naik ke kepala saking kagetnya. Aku berbalik, gemetar karena aku mengenal betul pemilik suara itu. Shishido-san menatapku, dari wajahnya aku tahu ia melihat apa yang sejak tadi sedang kulakukan. Aku meletakkan jaket itu kembali, ujung jariku dingin.
"Shishido-san... Aku..."
Ia terpaku, demikian juga dengan diriku. Aku menunduk, merasakan jantungku berdegup begitu kuat sampai aku sendiri bisa mendengar bunyi denyutnya.
Ia seolah menungguku untuk mengatakan sesuatu. Tapi aku tak bisa melakukan apa-apa kecuali membuka dan menutup mulutku, berusaha untuk menyusun kata yang cukup baik untuk dijadikan alasan mengapa demi Tuhan aku menciumi jaketnya.
Ketika melihat tampaknya aku tidak akan berhasil mengeluarkan sepatah pun dari mulutku, ia berbalik tanpa mengatakan apa-apa. Dan secara spontan aku menjerit, "Shishido-san! Aku suka padamu!"
Kata-kata itu berhasil membuatnya menoleh padaku. Pandangan kami terkunci. Tiba-tiba ia tertawa.
"Oke, Choutarou, kau berhasil membuatku tertipu," Ia berkata di antara tawa gelinya, lalu ia menghampiriku dan memberikan pukulan perlahan pada bahuku, sebelum melanjutkan tertawa.
Aku tak tertawa. Aku diam menatapnya, setengah shock karena di antara semua reaksi yang sudah kubayangkan akan dilakukannya, dia tertawa dan menganggapku bercanda. Ia berhenti tertawa ketika melihat tampangku yang... aku pun tidak tahu. Mungkin tampangku begitu berantakan. Tak terdeskripsikan.
Ia mengedip.
Aku menunduk, tersenyum pahit.
"Maafkan aku, Shishido-san," Aku berusaha menahan panas yang mulai menggenangi mataku. Shishido-san benci orang yang menangis, karena dia sendiri tak pernah melakukannya. Aku mengangkat wajahku, tersenyum padanya dengan senyum yang kuharap cukup ceria, "Lupakan saja,"
Dan aku melewatinya, menggosok mataku bahkan sebelum air mataku keluar. Ketika aku pulang, berbaring di ranjangku, dadaku sesak oleh penyesalan... Kenapa aku tidak berpura-pura sedang bercanda saja tadi?
Aku menutupi mataku dengan tangan. Kalau begini... mungkin aku bahkan tak bisa menjadi sahabatnya lagi.
Aku beranjak dari ranjangku dan membuka lemari meja belajarku. Kemudian meraih sebuah kotak berwarna merah dari dalamnya dan membawanya ke ranjang, melamun menatapinya selama beberapa menit.
Warnanya merah, dengan pita kertas berwarna cokelat. Dua hari lagi ulang tahun Shishido-san. Kado ini sudah kupersiapkan sejak dua bulan sebelumnya. Dan kenapa mengapa ketika harinya akan datang, aku malah membuat sesuatu yang terbodoh seumur hidupku??
Tapi aku mau memberikan kado ini. Harus. Isinya adalah grip tape yang sudah diidamkan Shishido-san sejak lama sekali. Versi yang sangat langka dan sulit didapat. Setelah browsing internet berjam-jam, aku bisa membelinya dengan uang tabunganku selama tiga bulan. Bahkan uang tabunganku itu pas sekali, tak ada sisanya. Tapi Shishido-san pantas mendapatkannya.
Aku membuka kartu kecil yang terselip di pita, dan membacanya.
Selamat ulang tahun, Shishido-san!
-Ohtori Choutarou-
Setelah berpikir sejenak, aku mencabut kartu itu dan membuangnya.
XxXxXx
29 September datang secepat daun-daun semakin gugur. Halaman Hyoutei ditutupi oleh daun-daun jingga dan cokelat, dan semakin sering terdengar bunyi garpu penggaruk miliki petugas kebun sekolah menyapu daun-daun tersebut.
Daun gugur itu nyaris melambangkan aku dan Shishido-san akhir-akhir ini. Begitu diam dan gamang. Latihan kami jalani tanpa bicara sedikit pun, dan aku tahu anggota lain sudah mulai sadar sedang ada masalah di antara kami.
200 anggota klub tennis Hyoutei memadati ruangan klub sebelum latihan pagi. Dari balik pintu loker ku, aku mengintip ketika Gakuto-senpai meloncat mendekati Shishido, "Shishido! Lihat betapa baiknya aku! Aku membawakan kado untukmu!"
Shishido-san mengernyit, "Rasanya aku harus berhati-hati,"
"Apa maksudmu!!" Gakuto-senpai berkata kesal. Lalu ia menyodorkan kadonya, kotak kecil terbungkus kertas biru.
"Apa isinya?" Shishido-san bertanya curiga.
"Ayo buka!!" Gakuto-senpai tertawa.
Shishido-san membukanya hati-hati. Lalu ia mengangkat isinya. Sebuah tabung kecil berisi jeli berwarna hijau terang, dengan bola mata plastik didalam jeli itu.
"Er, Gakuto, boleh aku tahu, demi Tuhan apa yang kau berikan kepadaku ini?" Shishido-san mengocok tabung itu pelan dan jeli di dalamnya bergoyang, begitu juga dengan bola mata di dalamnya.
"Lucu bukan!" Gakuto-senpai berkata senang, "Coba keluarkan isi tabung itu ke tanganmu!"
Shishido-san memasang tampang jijik, "Yang benar saja! Apa sih benda hijau ini??"
"Coba saja! Lucu sekali! Tangan kita bakal terasa basah, tapi sebenarnya tidak basah sama sekali!" Gakuto berkata semangat.
"Lalu apa fungsi bola mata ini?" Shishido-san menunjuk bola mata itu.
"Ya, itu sih..." Gakuto-senpai menggaruk kepalanya, "Tidak tahu, ya..."
Shishido menatap tabung itu untuk terakhir kali sebelum memasukkanya ke lokernya, "Yah, bagaimana pun, terima kasih deh,"
Gakuto nyengir senang.
Oshitari-senpai, mendekati Gakuto-senpai dan Shishido-san, tersenyum dan berkata, "Oh ya, Shishido ulang tahun ya hari ini? Selamat ulang tahun, Shishido!"
"Yo, sankyuu, Oshitari," Shishido berkata.
"SHISIN!!"
BRUKK!
"Awww!!"
Akutagawa-senpai memeluk menerjang Shishido-san sampai mereka berdua jatuh ke lantai.
"Happy birthday! Selamat ulang tahun!!" Akutagawa-senpai berkata ceria sambil beranjak berdiri, "Aku membelikan kado lho untukmu!!"
Shishido bangun, "Sankyuu, Jirou. Sebenarnya tak perlu repot-repot,"
"Jeng jeng jeng!" Jirou tersenyum, memamerkan kadonya. Sebuah kotak besar berisi Pocky dengan berbagai rasa dan jenis, dibungkus rapi dengan plastik kado dan diikat dengan pita merah di ujungnya.
Shishido tertawa, "Pocky?"
"Semuanya untukmu!!" Akutagawa-senpai berkata bersemangat, "Rasa yang paling kusarankan adalah Pocky Mousse rasa pudding dan teh hijau!! Enaaakkk bangeeett! Setelah itu jangan lupa coba Pocky Decorer yang rasa anggur! Enaknya selangiiittt!!"
Shishido menerimanya, "Oke deh. Aku pasti memakannya,"
"Makan bersama Chou-chan, oke!!" Akutagawa-senpai berkata.
Jantungku nyaris melompat. Aku menunduk, menunggu jawaban Shishido-san. Aku tak melihat wajah Shishido-san, tapi suaranya terdengar hampa ketika ia berkata, "Oke,"
"Oh ya, kau mendapatkan apa dari Chou-chan??" Akutagawa-senpai bertanya semangat.
Gakuto-senpai dan Oshitari-senpai berpandangan. Gakuto-senpai ketara sekali ingin membungkam Akutagawa-senpai. Agaknya senpai ceria ku yang satu itu belum menyadari kejanggalan antara aku dan Shishido-san.
Shishido-san mengendikan kepalanya, "Apa?"
"Chou-chan, kau memberikan apa untuk Shishin??" Akutagawa-senpai setengah meloncat mendekatiku.
Gakuto-senpai dan Oshitari-senpai menatapku dengan tegang. Shishido-san hanya diam. Lama-lama, aku merasa Hiyoshi-kun dan Taki-senpai ikut menatapku, dan kemudian, nyaris 200 anggota klub lainnya menatap ke arahku.
Aku bergunggam, "Eh? Aku…" Aku sudah meletakkan kadoku di dalam loker Shishido-san sejak pagi sekali, tapi tak mungkin dia tahu itu dari siapa karena aku sudah mencabut kartunya.
"Kalian semua tidak ada urusannya," Shishido-san berkata keras, memotong gelagapku. Aku terdiam, menunduk. Dari sudut mataku, aku tahu Gakuto-senpai dan Oshitari-senpai memandangi Shishido-san dan aku bergantian. Sementara itu, Akutagawa-senpai, selalu berpikir positif, berkata ceria, "Ooh, kau mau merahasiakannya nih! Oke, lihat saja, aku pasti bisa menebaknya!"
XxXxXx
"Shishido, happy birthday!" Atobe-buchou berkata dengan pelafalan Inggris yang sempurna.
Shishido-san sama sekali tak terlihat senang dengan fakta Atobe-buchou menyuruh 200 anggota klub tennis berbaris rapi hanya supaya mereka bisa mendengar ucapan selamat darinya untuk Shishido. Aku tak bisa menahan diri untuk tersenyum melihat ekspresi Shishido-san.
"Karena kau ulang tahun hari ini, ore-sama akan memberikanmu hadiah!" Atobe-buchou berkata lantang, "Kabaji!"
"Ush," Kabaji-kun muncul di belakang Atobe-buchou, membawa sebuah kotak besar yang tingginya sekitar setengah dari Atobe-buchou.
"Oke. Sankyuu. Mari mulai latihannya," Shishido-san berkata cepat-cepat. Oshitari-senpai tertawa bersama Gakuto-senpai dan Akutagawa-senpai. Taki-senpai terlihat cemberut, mungkin karena fakta bahwa Atobe-buchou yang diidolakannya memberikan kado super besar pada seseorang yang sudah merebut posisinya dari regular.
"Tunggu, Shishido. Apa kau tidak menghargai hadiah ore-sama? Buka hadiah ini sekarang, Shishido, jika kau memang menghargainya," Atobe-buchou berkata dramatis.
Shishido-san seolah siap membunuh teman sejak kecil nya itu. Akhirnya bukan hanya para regular yang tertawa, anggota pre-regular dan kelas satu mulai tak berusaha terlalu keras untuk menahan tawa mereka.
Akhirnya Shishido-san menyerah dan melangkah ke depan, membuka kado dari Atobe-buchou tanpa hati-hati sama sekali. Ia merobek kertas pembungkusnya dan menemukan kardus besar bergambar mesin penembak bola tennis di baliknya.
Semua anggota klub tennis Hyoutei terpukau dan mulai berbisik-bisik.
"Hebat!! Keren!!" Aku mendengar sorakan Akutagawa-senpai.
"Bagaimana, Shishido!!" Atobe-buchou tertawa, "Terpukau lah dengan hadiah dari ore-sama! Hahahahahahaha!!"
Shishido-san menatap Atobe-buchou sedikit mengernyit, lalu menghela napas dan menjawab, "Oke, terima kasih banyak, Atobe-buchou,"
Atobe-buchou menaikkan alisnya sesaat. Tapi kemudian ia tersenyum puas,"Dan jangan lupa, sebagai hadiah ulang tahun juga, setelah latihan siang kau harus mencoba mesin ini, minimal 30 tembakan!!"
Shishido-san ternganga, "HAH?? Yang benar saja!"
Kali ini Gakuto-senpai dan Oshitari-senpai tertawa keras.
XxXxXx
Sore yang kuning menggantung di langit, sore musim gugur yang sedikit dingin. Aku membawa tas raket di bahu kiri dan menenteng tas sekolah di bahu kanan, berdiri agak dekat dari lapangan tapi aku yakin Shishido-san tak akan menyadariku. Meski tadi ia terlihat sebal ketika disuruh Atobe-buchou mencoba mesin penembak bola itu, sekarang Shishido-san terlihat terlarut dan sudah mencoba lebih dari 100 tembakan.
Suasana tadi lebih berantakan dari yang terjadi akhir-akhir ini. Aku bahkan tak berani menatap Shishido-san, jadi aku tidak tahu apakah ia menatapku atau tidak sepanjang latihan tadi. Latihan kami memang tetap berjalan lancar karena entah kenapa, kami bisa membaca arah gerakan dan pikiran satu sama lain, tapi setelah selesai latihan, kami langsung memisahkan diri.
Atobe-buchou mendatangiku sehabis latihan pagi saat aku sedang berjalan menuju kelas, "Ohtori, apa kau bertengkar dengan Shishido?"
Aku menatap buchou untuk beberapa saat, sebelum tersenyum pahit, "Tenang buchou, kami akan tetap menjaga permainan kami, jadi..."
"Bukan itu yang ore-sama kuatirkan," Atobe-buchou berkata, wajahnya sedikit cemas, "Maksudku, ada yang benar-benar aneh dengan Shishido. Kau tahu, saat aku menyuruhnya membuka hadiah tadi, kupikir dia bakal langsung memukulku atau semacamnya, tapi ia menurutiku!"
"Bukankah itu berarti Shishido-san lebih tenang dari biasanya?" Aku berkata, getir.
"Bukan," Atobe-buchou menggeleng, "Ore-sama temannya sejak kecil. Saat dia menurutiku, berarti ia terlalu lelah untuk melawan. Berarti ada yang mengganjal pikirannya,"
Aku tercenung sebentar. Lalu aku menunduk, "Atobe-buchou, kau sangat mengerti Shishido-san,"
"Ada apa, Ohtori? Keberatan jika kau menceritakan pada ore-sama?" Atobe-buchou berkata, nadanya lembut.
Aku tersenyum, "Aku... Kurasa aku bisa mengatasinya. Mungkin..."
Atobe-buchou menatapku sejenak, aku bisa merasakannya meski aku menunduk. Lalu buchou kami itu menepuk bahuku, dan berkata, "Memang ada masalah yang cuma bisa dipecahkan sendiri, jadi... ore-sama percaya padamu. Tapi jangan ragu mendatangi ore-sama jika kau butuh nasihat,"
Aku tersenyum, "Terima kasih, buchou,"
Mataku terus terikat pada bayangan yang melesat cepat mengejar bola demi bola itu. Tiba-tiba, di tengah stroke sempurna dan kuat yang ia terus luncurkan, Shishido-san melihat sosokku di ujung matanya, aku sadar. Aku baru akan beranjak pergi ketika kudengar suara "BUAKH!" keras dari lapangan.
Aku terkejut setengah mati melihat Shishido-san berbaring di lapangan, merintih sambil memegangi pipinya. Tanpa pikir panjang, aku meletakkan tas-tasku dan berlari menghampiri senpai-ku itu.
"Shishido-san!!" Aku berlutut di dekatnya, tak bisa berpikir apa-apa lagi. Pipinya bengkak dan merah! Sebenarnya bunyi apa tadi?? Kenapa Shishido-san terluka begini?? "Shishido-san... Aku... akan mengambil obat!!"
"Tunggu," Shishido-san melingkarkan tangannya yang panas dan berkeringat di pergelangan tanganku yang tiba-tiba begitu dingin, "Tak perlu. Ini cuma bengkak kecil,"
"Tapi..."
"Sudahlah,"
"Tidak bisa, nanti bengkaknya tambah besar!" Aku berkata.
"Choutarou. Kumohon."
Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku mendengar ia memanggilku. Aku tak bisa menahan debaran hebat di dadaku.
"Se...Setidaknya biar dikompres," Aku berkata, "Aku punya handuk... Sebentar saja, oke!!"
Aku berlari, mencari gugup handuk bersih dari tas raket ku dan melesat ke wastafel dekat lapangan untuk membasahinya. Tidak ada es, namun air ledeng di musim gugur sudah cukup dingin. Setelah memerasnya sedikit, aku kembali pada tempat Shishido-san sedang duduk di lapangan sambil merintih dan memegangi pipinya.
"Shishido-san... Ini!" Aku menyerahkan handuk pada Shishido-san. Ia menerimanya, dan tangannya menyentuh tanganku yang membeku karena basah oleh air dingin. Jantungku terasa melompat naik dan berputar seperti Gakuto-senpai saat melakukan Moon Sault ketika Shishido-san menggenggam tanganku.
"Dingin sekali tanganmu," Shishido-san berkata perlahan.
"A...ah...iya..." Aku tak tahu harus menjawab apa! Otakku kacau, seluruh sistem tubuhku kacau, seluruh sel tubuhku kacau.
Ia melepaskannya, kemudian bergerak mengompres pipinya yang bengkak dan merah, "Mm... Terima kasih,"
"Sama-sama," Aku menjawab gugup.
Keheningan yang tak mengenakkan mengambang di antara kami. Aku beranjak berdiri, "A...Aku pulang dulu!!"
"Tunggu!!" Shishido-san menahanku, meraih bahuku, "Aku... maksudku... Ayo kita pulang bersama. Sudah lama sekali... Rasanya..."
Aku berpikir di sudut otakku, ini mungkin saja mimpi. Tapi aku tak boleh menyia-nyiakannya, meski ini mimpi!
"O...Oke!!"jawabku segera. Aku menyesalinya sedetik kemudian bagaimana aku terdengar sangat senang. Shishido-san bisa saja berpikir aku sudah menantikannya dan mungkin saja dia jijik...
"Tunggu aku ya," Shishido-san tersenyum.
Aku terpukau pada senyum itu. Sekitar 10 detik aku tak bisa bergerak. Ketika Shishido-san berjalan ke ruangan klub, aku menangis, merasa sangat bahagia.
XxXxXx
Kami berjalan dalam diam. Dedaunan ginko berjatuhan, kuning dan menutupi jalan setapak yang sedang kami lewati. Aku memandang Shishido-san, dan tiba-tiba Shishido-san balik memandangku. Aku menunduk malu.
Tiba-tiba aku teringat soal kadoku. Sehabis latihan pagi aku melihat kalau Shishido-san sudah menemukannya.
Aku setengah takut Shishido-san akan membuangnya karena Shishido-san benci kado anonim (Shishido-san membuang semua cokelat, kartu dan hadiah yang didapatkannya saat Valentine dan menjadikan surat cinta yang menumpuk di lokernya setiap hari untuk coret-coretan), tapi ajaibnya Shishido-san memasukannya ke dalam tas raketnya.
"Kau tahu, Choutarou,"
"Y-Ya?"
"Ada seseorang yang memberiku grip tape yang sudah lama kuidamkan," Shishido-san berkata, suaranya jelas terdengar senang.
Aku tersenyum padanya, "Benarkah?"
"Ya," Shishido-san nyengir, "Dia tidak menulis namanya, dan kau tahu biasanya aku membenci orang seperti itu... Tapi jika ia mengetahui grip tape yang kuidamkan, pasti dia memperhatikan ku, bukan begitu?"
Aku tersenyum. Aku sedang berpikir untuk mengaku bahwa itu hadiah dariku karena sekarang keadaan kami sudah membaik kembali, ketika tiba-tiba Shishido-san berkata,
"Mungkin dia juga cantik,"
Dan mulutku langsung menutup.
"Tentu saja, Shishido-san," Aku tersenyum.
Shishido-san menunjuk ke arah dahiku, "Hei, kau belum memberiku kado apa pun,"
"Oh ya," Aku tertawa, "Betul juga! Aku bahkan belum memberi selamat padamu, Shishido-san…"
Ia tertawa, "Aku bercanda. Aku tak butuh kado,"
"Tidak, aku akan memberikan pada Shishido-san!" Aku buru-buru berkata, "Aku berjanji!"
Shishido-san tersenyum, "Kau tahu, bisa tertawa begini bersamamu lagi sudah merupakan hadiah terbaik,"
Kau tak bisa menduga betapa inginnya aku terbang oleh kata-kata itu. Tapi aku tahu Shishido-san tak memaksudkannya dengan cara aku memikirkannya, jadi aku hanya tersenyum dan berkata, "Aku juga... Tapi maksudku, aku benar-benar harus memberikan Shishido-san sesuatu. Aku janji akan memberikanmu kado,"
"Keras kepala seperti biasanya, dasar kau ini," Ia tertawa dan mengelus rambutku. Meski hatiku perih, aku senang semuanya berjalan seperti biasanya.
