Hola! I'm a new kid in town. Ini adalah fanfic pertamaku, jadi aku minta maaaaf banget kalau ada kata-kata atau grammar yang kurang begitu baik.

Well, enjoy!

SUMMARY: Amor es mentira. Cinta itu bohong. Itulah kata-kata yang dicetuskan oleh Natsume Hyuuga, saat ia secara terang-terangan dikhianati oleh kekasih yang amat ia cintai, Wakako Usami. Lalu hadir Mikan Sakura, si anak baru dalam perumahan Tokyo Village. Natsume tertarik untuk menjadikan Mikan sebagai 'model' agar ia dapat mendapatkan Wakako kembali dengan melakukan permainan 'abang-adik' dengannya. Namun seiring berjalannya waktu, akankah Natsume melihat Mikan sebagai dirinya sendiri? Serta, akankah pepatah yang Natsume cetuskan berangsur berubah?


ONE. NATSUME HYUUGA

"WHAATT? JADI KAU SAMA SEKALI BELOM KENALAN SAMA BIDADARI ITU?" seorang cowok berambut seperti seaweed berwarna biru muda, memekik keras. Membuahkan protes dari teman-teman sekelilingnya. Sedangkan orang yang dipekiknya pun hanya mengangkat sebelah alis, sambil bertanya dengan sirat penasaran, "Bidadari?"

Natsume Hyuuga, bertubuh atletis serta memiliki paras ganteng nan unik ala cowok telenovela Spanyol atau dorama Jepang, dengan rambut berwarna raven dan bermata merah seperti lautan darah. Tidak lupa dengan sifatnya yang cool, agak galak dan lumayan anti-sosial ini. Tidak heran jika para gadis yang kadang berjalan melewatinya langsung memerah, seperti melihat seorang pangeran di depan mereka.

Lalu, familiar kah dengan nama 'Hyuuga'? PASTI sangat mengenal nama itu.

Hyuuga tidaklah lain adalah Keluarga Hyuuga, sebuah keluarga konglomerat besar yang lumayan berkuasa di Jepang, pemilik beberapa perusahaan multinasional terbesar di dunia, A-class resorts, dan gedung-gedung pencakar langit yang sudah tidak asing lagi bagi para penduduk yang tinggal di pusat kota.

Seharusnya, mungkin Natsume bangga dan bersyukur menyandang nama besar itu. Namun nyatanya tidak, malahan ia merasa biasa-biasa saja. Karena ia tidak sama dengan para sepupunya, yang benar-benar berkehidupan mewah dan terlalu berkecukupan. Hanya keluarga Natsume saja yang tidak, bahkan ayah Natsume sendiri saja tidak punya sepeser pun saham di Hyuuga Group.

Tapi seperti yang dikatakan tadi, baik Natsume, Tsubasa (kakak Natsume), maupun ayahandanya, sama sekali tidak menyesal tidak ikut berkecimpung di dalam HG (Hyuuga Group). Mereka memilih hidup mandiri, mereka ingin diakui bukan karena nama 'Hyuuga' semata, namun karena kerja keras mereka.

Dan sekarang, di depan Natsume, Hajime Shouda—si rambut seaweed—menggeleng-gelengkan kepala. "Yep, bidadari. Kau kemana saja, sih? Padahal dia kan tinggal TEPAT di sebelah rumahmu."

"Hmm? Oh ya? Aku sama sekali nggak merhatiin tuh," Natsume menjawab acuh tak acuh. Karena menjadi semakin penasaran, Natsume akhirnya bertanya, "Siapa… nama cewek itu?"

"Mikan. Mikan Sakura," Mochiage—Mochu—menyambarnya sambil merampas botol minum yang dipegang Natsume, menghasilkan pelotototan dari orangnya sendiri. "cantik, imut, beda dari cewek kebanyakan. Dan yang terpenting.. masih SMA pula!"

"Bener banget ! Tempat kita tuh kering cewek muda. Sedikit sentuhan cewek cantik berseragam SMA bisa bikin hidup berwarna!" Kokoro Yome—Koko, menimpali dengan penuh semangat. Dan tentu saja… dengan tampang dreamy yang nggak enak dilihat.

Natsume mengeluarkan tawa kecil melihat pola-polah teman-temannya itu. Dan Natsume sendiri makin penasaran dengan si Mikan-Mikan ini. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, lalu melirik Hajime dengan mata penuh ledek. "Omong-omong soal SMA, bukannya adiknya Hajime anak SMA juga ya?"

"WAH, WAH! Benar juga! Bawa dong sekali-kali si Sumire ke sini. Kalau dikurung terus di rumah, bisa-bisa dia jadi perawan tua loh!" Kitsuneme menimpali sambil nyengir-nyengir nggak jelas.

Hajime melotot dengan horor mendengar usul temannya itu. "Bisa rusak adikku kalau ketemu kalian semua. Nggak deh, makasih!"

Setelah beberapa lama bercengkerama, mereka melanjutkannya dengan main basket di lapangan hingga hampir petang. Setelah itu, mereka kembali ke rumah masing-masing. Sedangkan Natsume dan Mochu pergi ke kios kecil dekat rumah Mochu untuk nongkrong sambil duduk santai dan merokok.

Di sela-sela ngobrol santai mereka berdua, keheningan dengan cepat menyelimuti suasana dingin petang itu. Mochu menoleh ke sebelah kanannya, dan dilihatnya Natsume sedang menyelami pikirannya sendiri sambil memainkan gelas kopinya. Instingtif, Mochu menyikut sobat kecilnya itu lalu menjahilinya. "Waah, mikirin Mikan Sakura ya bos? Baru denger namanya aja udah bikin jatuh cinta. Ckckck…"

Nyadar ia yang jadi bahan ledekan, Natsume membuang muka. "Cih.. nggak lah. Aku lagi mikirin… dia."

"Dia?" Mochu bertanya, asli bingung. Lalu ia engeh siapa yang Natsume maksud. "Oh.. Wakako? Kenapa lagi, Nat? Longing, perhaps?" namun tidak terdengar jawaban apa pun dari orang yang ditanya. Mochu mendesah,"Damn it, Natsume! She betrayed you behind your back. Kau pengen balikan sama dia?"

"Nggak lah!" Natsume cepat-cepat menjawab. "Aku hanya berpikir.. aku sudah menaruh kepercayaan yang besar kepadanya dan dia… memanfaatkannya. Sama sekali nggak habis pikir."

Mochu memutuskan untuk tidak menjawab, begini nih yang suka ia sebal dari Natsume; kalo sudah mellow dan galau—pasti berlarut-larut!

Lalu Mochu merasa setetes air jatuh ke tangannya, kepalanya mendongak, menyadari bahwa gerimis sudah dimulai. "Eh, balik yuk! Udah mulai gerimis nih!" ajak Mochu dengan sedikit terburu-buru. Kepala Natsume menyembul dari bawah atap kios, dan merasakan tetes-tetes hujan membasahinya. Ia merogoh saku celana lalu membayar rokok dan kopi yang ia dan Mochu beli.

Setelah itu mereka berdua berpisah di persimpangan jalan—kembali ke rumah masing-masing. Namun di tengah jalan, langkah Natsume berhenti. Kepalanya menunduk, ia menutup mata dan merasakan gerimis yang membasahi tubuhnya.

Natsume langsung teringat, saat dimana Wakako—Wakako yang sangat ia cintai—mengkhianatinya. Secara terang-terangan gadis itu mencium seorang pria di kolam renang sebuah hotel berbintang lima—tanpa ada rasa malu dan bersalah sedikit pun! Jika Kaname dan Tonouchi tidak berada di sampingnya untuk menahannya, mungkin Natsume bisa membuat pria yang bersama Wakako tersebut setengah hidup.

Lalu ia kubur kenangan pahit itu dalam-dalam.

Membiarkannya larut bersama dinginnya hujan malam itu.

Amor es mentira, batinnya penuh urgensi yang sangat kuat.

Cinta itu bohong.


How was it? Was it bad or good? Please read and review, guys! I'll be happy if you guys review!