Si cantik itu selalu berkata bahwa dia adalah sebuah tiruan, tapi salahkah jika hatinya yang sudah menghitam ini menginginkannya./ Sosok itu begitu indah dan anggun, jadi pantaskah dia yang hanya tiruan ini bersanding dengannya./ SHO-AI

.

.

.

Touken Ranbu (c) NITROPLUS & DMM

Tsurumaru Kuninaga x Yamanbagiri Kunihiro

Warning: Sho-ai, efek sedih/?/, banyakan nyemil TsuruManba, enaknya nyrempet M gak ya/:"V/

.

.

.

.

.

Chapter 1

...

...

Yamanbagiri tak pernah menyangka jika misi mereka kali ini akan berbuntut cukup panjang. Perintah dari aruji mereka untuk menghentikan Pasukan Time Retrograde itu dianggotai oleh Shokudaikiri Mitsutada, Ookurikara, Yagen Toushiro, Gokotai, Tsurumaru Kuninaga dan dirinya Yamanbagiri Kunihiro sebagai kaptennya.

Sudah terhitung dua hari lamanya mereka mengamati jalannya alur sejarah pada masa itu. Secara bergantian mereka mengintai kediaman target yang mungkin saja dijadikan titik tolak untuk mengubah sejarah oleh Pasukan Time Retrograde.

Hari pertama Ookurikara dan Yagen. Nihil.

Hari kedua Shoudaikiri dan Gokotai. Nihil.

Dan sekarang hari ketiga, giliran Yamanbagiri yang berjaga dengan Tsurumaru. Dia hanya bisa berdoa dalam hati semoga si bangau itu tidak mengeluarkan kejutan-kejutan yang bisa membuatnya jantungan ditengah misi pengintaian mereka.

Semoga saja.

Semoga...

"Bisakah kau sedikit serius, Tsurumaru?" tanya Yamanbagiri, menatap dengan pandangan tajam pada Tsurumaru yang kini berada di sebelahnya, tengah tiduran dengan santainya di salah satu atap bangunan rumah target mereka.

Tangan sosok putih itu kini tengah berkutat dengan sebuah kertas persegi berwarna oranye, 'Darimana dia mendapatkannya?' batin Yamanbagiri.

Tsurumaru benar-benar mengabaikannya.

Menghela nafas pelan, Yamanbagiri mengembalikan atensinya untuk mengintai rumah utama dari target mereka. Tangannya secara tak sadar –mungkin karena merupakan kebiasaan- menarik tudung putih kotor itu untuk menutupi sebagian wajahnya, 'Mana mungkin dia mau mendengarkan tiruan sepertiku,' batinnya merasakan sedikit perih, entah kenapa.

"Yamanbagiri...hora!"

Sebuah tangan pucat yang mengenakan sarung tangan unik itu terulur di depan wajahnya. Membuat Yamanbagiri menarik wajahnya dengan reflek, menjauhi tangan yang kini justru menyingkap tudung di bagian pipi kanannya.

"Tsurumaru! Apa yang—"

"Hmm...sudah kuduga, cocok sekali,"

Segala protesan yang ingin dilontarkan Yamanbagiri terhenti. Matanya menatap Tsurumaru dengan bingung, terdiam melihat raut wajah puas dan senang yang tergambar di wajah muda itu—apalagi sambil menatapnya.

Yamanbagiri mengalihkan wajahnya, menarik tudungnya lebih rendah sebelum rasa aneh dan geli menjalari pipinya. Tangannya urung menurunkan tudungnya, lebih memilih bergerak ke samping pipinya, menemukan sebuah benda yang seharusnya tak ada di sana.

"AAH! Kenapa diambil, padahal aku sudah meletakkannya agar tidak jatuh!" kini giliran Tsurumaru yang melayangkan protesnya. Tubuhnya yang semula tiduran terlentang di atas atap itu bangkit duduk dengan gusar.

Yamanbagiri menatap sebuah origami kertas berbentuk burung bangau itu. Kertasnya berwarna oranye, 'Inikan...'

"Hahaha, odoroitaka?"

Pandangan Yamanbagiri lalu mengarah pada Tsurumaru yang memasang senyum lebar hingga memperlihatkan gigi-giginya yang putih—mirip anak kecil. Yamanbagiri mendengus kecil, berusaha menyembunyikan tawa dibaliknya, namun sepertinya itu gagal karena sepasang mata milik Tsurumaru tak pernah lepas darinya, yang membuat semburat merah menghiasi kedua pipinya.

Ugh!

Suasana di antara mereka menjadi awkward seketika, sebenarnya itu hanya untuk Yamanbagiri sih, karena Tsurumaru justru berusaha menahan tawanya ketika mendapati tingkah manis dari pedang yang cantik jelita di depannya itu.

Ups! Jangan sampai Yamanbagiri mengetahuinya.

"Yamanbagiri—"

Sret!

TAK!

Yamanbagiri terhenyak. Benaknya masih diawang-awang ketika tangan Tsurumaru terulur ke arahnya. Memeluknya dan menarik tubuhnya menjauh dari tempatnya duduk mengintai tadi. Ketika dirinya sudah kembali sadar dari keterkejutannya, wajahnya langsung berhadapan dengan wajah Tsurumaru yang menampilkan ekspresi penuh dengan adrenalin miliknya, tengah menatap ke satu arah.

"Heh, seperti yang kita prediksi Yamanbagiri, mereka akan muncul malam ini," perkataan dari Tsurumaru –yang masih memeluknya dekat dengan tubuhnya itu membuat Yamanbagiri mengikuti arah pandang Tsurumaru.

Pandangan Yamanbagiri jatuh pada sebuah tombak Pasukan Time Retrograde yang menancap di genteng atap yang didudukinya tadi, sebelum beralih pada sepasukan tentara berkabut hitam tak jauh dari mereka.

Yamanbagiri langsung berdiri, menarik pedang yang tersemat di pinggangnya, "Kita harus menghabisi mereka sekarang, Tsurumaru!"

"Ho!"

...

...

Hujan deras membasahi tanah. Menciptakan genangan air yang bercampur dengan tetesan merah kental –darah, yang tak lama akan pudar di udara dingin malam itu.

Yamanbagiri sudah memperhitungkan dengan matang pertempuran mereka. Mereka sudah berusaha untuk menutupi kelemahan masing-masing dan bekerjasama untuk mengalahkan Pasukan Time Retrogade.

Kecuali dirinya yang kini pikirannya tak bisa tenang sama sekali. Perhatian kecil dan aneh dari Tsurumaru tadi tak bisa lepas dari benaknya. Ayunan pedang yang seharusnya bergerak untuk memojokkan lawan itu hanya digunakan pada tahap mempertahankan diri saja.

Kenapa?

Kenapa?

Kenapa?

Padahal aku hanya tiruan?

Kenapa?

"Yamanbagiri-kun! Fokus!" teriakan Shokudaikiri menyentak lamunan Yamanbagiri. Menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang kering, Yamanbagiri membuka suara, "Maaf," katanya, sebelum berlari untuk menyeberangi jembatan yang dibawahnya terdapat aliran sungai yang beriak dengan ganas akibat aliran air yang deras dan banyak.

Zrash!

"T-Tsurumaru-san!"

"Kau tak apa, Gokotai?"

Langkah Yamanbagiri terhenti di tengah jembatan. Air yang meluap dan menciprati sepatunya tidak dia hiraukan, bagaimanapun dia hanyalah tiruan. Tidak pantas adanya sebuah tiruan itu cantik dan bersih.

Pandangan matanya terpaku pada sosok putih yang berdiri di tengah kepungan pasukan Time Retrograde. Tubuhnya yang tinggi berdiri di depan Gokotai untuk melindungi tantou kecil itu. Luka dari sayatan pedang di lengan kanannya itu sudah membentuk bercak merah pada haori putihnya yang indah.

Pedang seperti Tsurumaru—pedang yang begitu anggun dan indah itu...

Pedang tiruan sepertinya memang tak pantas bersanding dengannya. Bahkan menapaki tanah medan pertempuran yang sama dengan pedang tempaan Gojou Kuninaga itu tak pantas untuknya.

Dirinya dan Tsurumuaru Kuninaga sangat berbeda. Bagaikan langit dan bumi.

...

...

Akan tetapi, bukankah langit dan bumi itu masih menyatu...Yamanbagiri Kunihiro?

...

...

"YAMANBAGIRI!"

Ayunan pedang dari Ootachi itu masuk ke sudut pandangan Yamanbagiri. Tangannya dengan reflek mengangkat pedangnya untuk mempertahankan dirinya. Namun tenaga dorongan yang tiba-tiba diterima tubuhnya yang belum siap itu membuatnya tak bisa mempertahankan pijakannya pada jembatan kayu.

Samar dilihatnya sosok putih dengan gerakan cepat menghabisi Ootachi itu dengan sekali ayunan pedang, sebelum menyusul tubuhnya yang mengudara. Mengulurkan tangan bersarung tangan hitam unik ke arahnya.

"TSURU-SAN!"

"YAMANBAGIRI-SAN!"

BYUUURRR!

Dan itulah suara terakhir yang di dengar oleh indra Yamanbagiri sebelum dipenuhi oleh deburan air sungai yang bertalu-talu dan membuat kepalanya berdenyut sakit.

...

...

...

...

...

tbc

.

.

.

.

.

.

.

Salam minna-san, satu buah cerita baru di fandom baru. Setelah beberapa bulan lamanya nganggur guling-guling penuh kerjaan—lah?

Saya baru kali ini nulis di fandom TOURAN, jadi mohon bimbingan dari senpai sekalian. Caranya gampang, ketik review kalian dan pecet tombol kirimnya, okedokey? ('.) everything akan aku terima dengan lapang dada—gak yakin ding :D

Sebenernya ini edisi menghibur diri setelah mikki-san yang kekampretannya perlu ditulungin itu udah nabur garem di atas luka terbuka aku pas liat FMV angst-nya TsuruManba.

Wae ente jahad syekali neng?! Aing kan jadinya syedih syekali!

Hiks!

Tolong tinggalkan ripiuw kalian para reader-san sekalian. Mari kita menghibur diri bareng-bareng dan nenggelamin mikki-san besok-besok ;P

Sampai jumpaaaaaaa,

Ym.