Cerita dari Negeri Ivalice

Disclaimer: I do not own the Ivalice and all FF Tactics Advance System. I own the plot only, no money has been made, and that's all folks.


Angin gersang bertiup membawa sekumpulan pasir panas yang membutakan mata. Bukit bukit batu berwarna kekuningan menjulang tinggi, suhu yang begitu tinggi membuat pemandangan seolah berombak. Di kejauhan terbentuk siluet fatamorgana danau yang memikat, meskipun begitu, semua orang tahu tak pernah ada danau di padang pasir Eluut.

Sekelompok pengembara berjalan perlahan melintasi lautan bukit pasir Eluut. Sesekali beberapa dari mereka melirik ke kanan dan kekiri, nampak waspada akan sesuatu. Beberapa Soldier dan Gladiator nampak mengawal tiga deret wagon barang. Duduk di salah satu wagon nampak seorang White Mage dan seorang Sniper, dari bentuk telinganya, mudah terlihat bahwa keduanya berasal dari ras Viera.

Tiupan angin bertambah kuat. Pasir tertiup menutup pandangan. Beberapa detik kemudian badai pasir terbentuk di depan mata. Suara raungan hewan menggema dari sela-sela desiran debu dan pasir.

Ckiiiitt!!! Wagon terdepan mengerem mendadak. Para Gladiator bergegas berlari untuk melihat apa yang terjadi. Para Soldier mencabut pedang mereka untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan.

Sosok seekor naga berwarna merah muncul dari balik salah satu batu pasir. Tak berapa lama muncul beberapa bayangan dari balik tirai pasir, semakin mereka mendekat, sosok bayangan itu kemudian berubah menjadi beberapa ekor Red Bomb, Blue Bomb, dan beberapa ekor Blue Dragon.

"Itu Clan Roda Dragons!!" teriak salah seorang Fighter yang sudah siap dalam posisi tempur. Seluruh pengawal serta merta menyiapkan diri untuk bertarung.

"Kenapa mereka masih ada disini? Bukankah padang pasir Eluut sudah menjadi daerah kekuasaan Clan Reird?!" Jerit Sniper Viera. Ia sulit sekali mengatur fokus serangan dengan adanya badai pasir, angin kencang dan jarak pandang yang buruk membuatnya nyaris tak berguna dalam pertarungan.

"Nampaknya mereka sengaja turun dari gunung berapi Roda dengan tujuan merebut padang pasir Eluut! Dan besar kemungkinan mereka hendak merampok kita sekarang ini!" balas White Mage Viera sambil membaca mantera untuk mengeluarkan sihir Protect.

Seekor Red Dragon menyerbu dan memorakporandakan sebuah wagon yang paling dekat dengannya. Satu sapuan ekornya melukai seorang Soldier yang mencoba menahannya. Seorang Fighter mencoba menyerang dari jarak jauh dengan Far Fist, tapi tingkat akurasi yang rendah membuat serangannya meleset. Red Dragon yang marah berbalik mengejar si Fighter yang bersiap bertahan, sementara Soldier yang terluka menyembuhkan diri dengan First Aid Ability.

Matahari hampir terbenam. Pertarungan berlangsung berat sebelah. Satu-satunya White Mage yang ada sudah kehabisan MP untuk mengeluarkan sihir penyembuh, sementara persediaan Potion sudah habis sama sekali. Beberapa Soldier sudah kehilangan kesadaran, sementara yang tersisa tinggal tiga Gladiator dan Sniper Viera yang tak tahu lagi harus berbuat apa.

Keadaan semakin kritis ketika tiba-tiba seekor Blue Dragon roboh tak sadarkan diri.

Para Dragon meraung kesal. Dengan cepat perhatian mereka teralihkan kepada siapapun yang sudah menyerang salah satu teman mereka.

Terdengar suara-suara pertarungan dari balik tirai pasir. Dan satu persatu para anggota clan Roda Dragons mulai tumbang.

"Kau tak apa-apa?" Terdengar suara lembut dari arah belakang. Sniper Viera menoleh kaget, dan melihat seorang laki-laki muda berambut cokelat dan berjubah putih berlutut di dekatnya. Ia memegang sebuah staff besar dan ia tersenyum. Seorang White Mage, dari staff Dream Watcher yang ia pegang, bisa ditebak bahwa ia berlevel tinggi.

"Ka… kau…" belum sempat si Sniper Viera menyelesaikan kata-katanya, sang White Mage menggerakkan Dream Watcher-nya untuk menyembuhkan sang Sniper dan ketiga Gladiator secara bersamaan. Lalu sang White Mage langsung bangun dan bergerak ke arah White Mage Viera yang terduduk tak berdaya beberapa meter dari mereka.

Dalam beberapa detik, White Mage Viera sudah kembali sembuh, dan langsung bertindak cepat membantu White Mage yang baru datang untuk menyembuhkan teman-teman mereka yang lainnya.

Sementara itu suara pertarungan masih terus berlanjut. Clan Roda Dragons mulai tercerai berai. Penyerang mereka nyaris tak bisa dilihat karena mereka bergerak dengan begitu cepatnya sementara sekitar mereka masih tersaput debu pasir tebal sehingga melemahkan jarak pandang. Hingga pada akhirnya Red Dragon terakhir rubuh tak sadarkan diri.

Para pengembara masih berdiri terpana, saat mereka melihat empat sosok bayangan dari balik tiupan pasir. Sang White Mage tersenyum.

"Kami bergegas kemari begitu mendengar ada serangan di padang pasir Eluut, tadinya kami pikir sudah terlambat, untunglah kalian masih bisa bertahan." Ujarnya. Ia melambaikan tangan kepada keempat rekannya yang baru saja selesai bertarung.

Seorang Gladiator maju ke depan sambil berusaha untuk berbicara. "Ka…kau… rambut cokelat, Dream Watcher Staff di tangan… apakah kau… Wilder, White Mage dari Clan… Clan Reird?" tanyanya terbata-bata.

"Ah iya betul, maaf terlambat memperkenalkan diri." Sambut sang White Mage sambil tertawa kecil, ia segera bergabung dengan keempat rekannya. "Nama saya Wilder, White Mage dari Clan Reird, senang sekali rasanya ada yang mengenal saya." Ia meletakkan tangan kanannya di dada kiri sambil sedikit membungkuk.

Berikutnya Wilder menunjuk seorang Moogle yang memakai syal dan topi beret, sementara salah satu tangannya memegang Calling Gun. Sang Moogle mengangguk kecil ke arah para pengembara.

"Ini Cochran, Gunner kami…" Ujar Wilder sambil tersenyum. Mendengar nama ini Sniper Viera membelalakkan matanya.

"Mister Cochran?! Gunner yang memiliki akurasi 95% dalam setiap serangannya?!" Serunya takjub. Wajah Cochran sedikit memerah, ia terbatuk sedikit sambil mengangguk kepada sang Sniper Viera. "Kudengar Mister Cochran bisa mengalahkan satu field penuh musuh tanpa beranjak dari tempatnya berdiri saking luasnya daerah yang bisa dijangkau!" Mendengar ini wajah Cochran sang Gunner semakin memerah dan perlahan dia bergeser agak menjauh dari tempat Sniper Viera berdiri.

Wilder tertawa kecil sambil mengarahkan tangannya kepada seorang Thief berbalut jubah hijau yang tersenyum jahil sambil memainkan belati Orichalcum dengan satu tangannya, "Ini Phil, dan seperti yang bisa kalian lihat, ia adalah seorang Thief, tapi jangan khawatir, ia hanya mencuri dari orang yang kami lawan" Phil mengangkat sebelah alis matanya.

"Yeah, dan sebal juga rasanya karena Clan Roda Dragons tak ada yang memakai armor, mengingat mereka termasuk ras Animal" Phil menyimpan belati Orichalcumnya dengan gerakan akrobatik, lalu mengedipkan sebelah matanya ke arah White Mage Viera.

Wilder melanjutkan perkenalannya "Ini Silac, ninja dengan level tertinggi di Clan Reird" tunjuknya kearah seorang ninja berjubah ungu muda yang tengah mengelap pedang Silkmoon-nya. Silac mengangguk sopan kepada para pengembara, lalu ia lanjut mengelap pedang keduanya, Masamune.

Sang White Mage memutar tubuhnya dan menunjuk ke orang terakhir. Semua orang menatap dengan napas tertahan. "Ini Dahlia…"

"Black Dahlia…." Terdengar seru tertahan salah seorang Soldier. Semua mata tertuju kepada sosok seorang Assassin Viera berpakaian ungu gelap. Wajahnya separuh tertutup dan hanya memperlihatkan matanya yang berwarna biru dingin tetapi sangat indah. Sang Assassin Viera hanya menyilangkan tangannya sambil bersandar santai pada salah satu wagon yang rusak. Ia bahkan tak mengangkat wajahnya. Agak sulit untuk melihat sosok sang Assassin secara jelas, sinar matahari hampir lenyap sama sekali, dan baju berwarna ungu gelap yang dikenakannya semakin mengaburkan keberadaannya.

"Ah, kalian sudah mengetahui julukan Dahlia, rupanya?" Tanya Wilder ramah. Semuanya mengangguk. Seorang Fighter maju.

"Black Dahlia, Assassin Viera dari Clan Reird, memiliki level tertinggi dari semuanya, bergerak cepat tanpa bisa diikuti mata, dan dapat membunuh lawan tanpa sang lawan sempat menyadarinya, julukan lainnya adalah 'Nyonya Besar'…" bisik sang Fighter.

Wilder tertawa kecil. "Ah, sedikit berlebihan juga…" tapi si Fighter menyelanya.

"Tidak berlebihan, semuanya sesuai. Meski tanpa didampingi Marche sang pemimpin, Clan Reird telah menurunkan kekuatan utamanya untuk menolong kami, tak heran Clan Roda Dragons dapat dikalahkan dengan cepat… bahkan anda sendiri Tuan Wilder, kami semua tahu, meskipun anda adalah White Mage, tapi anda sendiri dapat bertarung jika mau…" serunya takjub. Wilder nampak kehilangan kata-kata untuk sejenak, lalu ia terbatuk kecil untuk menguasai diri.

"Aaahhh, kalian terlalu memuji… nah, kami hendak berpamitan, sepertinya kalian semua sudah bisa mengurus segalanya sendiri sekarang ini." Ia tersenyum dan mengangguk kecil kepada semua rombongan pengembara. Sang White Mage kemudian bergabung bersama keempat temannya. Dan dalam sekejap mata mereka lenyap.

"Aaa…..!!!" Terdengar teriakan tertahan dari White Mage Viera. Teman-temannya serta merta menengok khawatir.

"Ada apa?"

"Kita… kita lupa mengucapkan terima kasih…"


Author Notes:

Clan Reird adalah nama yang gw pakai di FF Tactics Advance. Marche sendiri namanya gw ganti menjadi Reissai dalam game, tapi untuk keperluan fanfic, namanya tetap Marche.

Nama-nama yang dipakai disini adalah nama default yang gw temui di dalam game. Mulai chapter berikutnya, gw mungkin bakal meletakkan nama job mereka di depan nama masing-masing, seperti Assassin Dahlia, White Mage Wilder, dst. Supaya memudahkan penggambaran aja.

Secret character seperti Ezel, Babus, Eldena dkk jarang gw pakai di game, tapi mungkin mereka akan muncul di cerita selanjutnya.
Cerita berikutnya mau gw buat dengan konsep cerita pendek one-shot per chapter.

So, gimana menurut kalian? Review dong, anonymus juga gak papa asal tulis nama  Dan kalo ada rekomendasi judul yang lebih beres, tolong kasih tahu gw yah. Rasanya Cerita dari Negeri Ivalice masih belom sreg buat gw sendiri.