Claire P.O.V

Awal musim panas... Terik matahari yang begitu menyengat membuatku sangat lelah. Namun, aku tak begitu mempedulikannya.

Aku terus sibuk menyirami tanaman yang baru saja aku tanam. Yah... inilah pekerjaanku. Sehari-hari aku sibuk mengelola pertanian dan peternakan sendirian.

Memang sangat melelahkan. Tak jarang pula aku harus panas-panasan, terkena kotoran, jika musim hujan pula aku juga harus rela basah-basahan, sering main kejar-kejaran dengan hewan, bahkan aku juga sering terluka.

Entah terluka tergores sabit, tanpa sengaja terpukul palu, terluka karena hantaman cangkul, dan juga karena sering jatuh ketika sedang mengejar hewan ternakku yang mencoba kabur dariku. Walaupun kata orang sebenarnya perempuan tak pantas bekerja di ladang. Tapi mau gimana lagi... inilah resikonya menjadi petani dan peternak.

Aku tak peduli dengan anggapan orang-orang. Yang aku pikirkan sekarang adalah aku ingin menjadi petani dan peternak yang sukses. Dengan itu, aku akan mematahkan anggapan orang kalau perempuan tak pantas bekerja di ladang.

Oh ya... Kini saatnya aku memperkenalkan diriku. Aku Claire... calon peternak dan petani yang sukses. senang bertemu dengan kalian. Ada yang perlu kalian ketahui. Sebenarnya... aku menyukai seseorang. Namanya Trent. Tapi aku selalu memanggilnya Dokter. Dia adalah satu-satunya dokter di Mineral Town.

Orangnya tegas dan dingin, namun sebenarnya dia sangat bersahabat. Dan dia selalu bekerja ditemani Elli, susternya yang sangat cantik.

Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku menyukai dokter? Yah... jujur saja, sebenarnya masih banyak cowo keren di Mineral Town ini. Seperti Gray yang pendiam dan mungkin sangat pemalu, Rick yang Siscon dan over terhadap adiknya, Kai yang begitu populer di kalangan cewe-cewe dan Cliff yang juga pemalu.

Tapi di antara semua cowo itu, ada satu cowo yang sangat aku perhatikan. Dialah dokter Trent. Pandangan seriusnya selalu membuatku salah tingkah. Tak hanya itu, ketika aku berbicara dengannya, jantungku selalu bergedup kencang sampai-sampai mukaku merah padam. Tidak seperti ketika aku berbicara dengan Gray, Cliff maupun dengan cowo lainnya.

Bahkan ketika ia mengobati luka yang kualami, dia selalu mengkhawatirkan diriku.

"Ya ampun, Claire... Lagi-lagi kau terluka."

"Um.. Maafkan aku... "

"Gak apa-apa. Tapi lain kali hati-hati kalau bekerja! Kamu itu udah sering terluka lho."

"I... Iya..."

Kyaaaa... membayangkannya saja membuatku sangat malu. Sayangnya dia tidak peka terhadap perasaan seorang cewe. Sudah setahun aku memendam perasaanku terhadapnya. Namun, tak sedikitpun perasaanku berbalas.

Walaupun begitu, aku tetap tak akan menyerah. Tapi belakangan ini ada gosip kalau sebenarnya dokter menyukai Elli. Begitu mendengar gosip itu, aku langsung patah hati. Teman-temanku pun menghiburku dengan mengatakan kalau itu cuma gosip yang belum tentu di ketahui kebenarannya.

Karena itulah aku tetap yakin kalau suatu saat nanti dokter akan menyukaiku.

"Hahhh... akhirnya selesai juga. Nah, sekarang aku mau menemui dokter." gumanku dengan gembira.

Aku pun segera pergi ke klinik untuk menemui pujaan hatiku yang satu ini. Tak lupa aku membawa susu, hadiah kesukaannya.

Normal P.O.V

Di klinik...

Sementara itu, tampaklah seorang pria yang memakai jas dokter duduk di ruang kerjanya. Kali ini dia kelihatan menglamun memikirkan sesuatu. Tat ada yang tahu apa yang dipikirkannya.

Dia pun terus menglamun sampai tak sadar kalau Elli memanggilnya.

"Dok... Dokter..."

Hening.

"Dok... Dokter..."

Hening.

"Dok..."

Mengetahui dokter tak menggubris panggilannya, Elli pun langsung menghampiri dokter yang masih saja bengong. Ketika Elli sampai di ruang kerjanya itu pun dokter masih tetap menglamun. Dengan jengkel, Elli langsung menepuk

pundak dokter yang masih saja menglamun. Begitu Elli menepuk pundaknya dokter, dokter pun langsung menjerit kaget.

"UWAAA!"

Dokter pun langsung membalikkan badannya. Tampaklah seorang gadis dengan berambut pendek bewarna coklat dan memakai baju suster memandangnya dengan rasa bersalah.

"Dokter... Maafkan aku. Sebenarnya aku gak ada maksud mengagetkan anda."

"Udah.. gak papa kok, Elli. Aku tahu kok pasti ada alasannya kamu menepuk pundakku. Tapi ngomong-ngomong ada perlu apa kamu kemari?"

"Begini, dok.. sebenarnya aku telah merangkum data pasien yang telah berobat ke klinik ini. Jika berkenan, maukah dokter memeriksanya?"

"Baiklah... nanti akan aku periksa."

"Kalau begitu saya permisi dulu."

Dengan wajah keheranan, Elli pun segera meninggalkan ruangannya. Dokter hanya dapat menghela napas. Kemudian dia melanjutkan acara menglamunnya.

Belum ada lima menit, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu yang membuyarkan lamunannya.

"Masuk..." katanya dengan malas.

Kemudian masuklah seorang cewe berambut pirang yang memakai overal bewarna biru. Setelah menutup pintu klinik tersebut, dia langsung menyapa Elli.

"Hai Elli, bagaimana kabarmu?"

"Baik..."

"Oh ya, Dokternya ada?"

"Ada. Sekarang dokter lagi di ruang kerjanya."

"Oh... Kalau begitu, aku duluan ya.."

"Baiklah. Sampai nanti."

Lalu Claire langsung melangkah masuk ke ruang kerja dokter. Sesampai di dalam, Claire langsung menyapa dokter dengan senyum termanisnya.

"Siang dokter..."

"Siang, Claire. Ada perlu apa kamu kemari? Apa kamu terluka lagi?"

"Tidak dok... Anu... Sebenarnya aku kemari hanya untuk memberikan hadiah buat dokter."

"Hadiah?"

"Iya, dok... Terimakasih selama ini sudah mengkhawatirkanku." kta Claire sambil mengeluarkan sebotol susu hasil dari peternakannya.

"Sama-sama Claire... Terimakasih juga buat susunya."

"Tak masalah kok dok... Kalau begitu, aku pulang dulu." kata Claire sambil membalikkan badannya.

"Tunggu dulu, Claire."

"Ya?"

"Apa nanti malam kamu ada urusan? kalau kamu ada waktu, maukah kau makan malam denganku?"

"Ok... Dimana?"

"Di Inn jam 7 malam."

"OK. Pasti aku datang."

"Baiklah. Aku tunggu nanti malam. Sampai Nanti."

"Sampai nanti..."

Claire pun segera meninggalkan ruangan dokter. Dokter pun terus memandangi gadis itu dengan wajah penuh minat sampai gadis itu menghilang di balik pintu.

"Claire... Aku tak dapat melepaskan pikiranku padamu." kata dokter dengan nada pelan.