My Rival is My Love? WTH?!

Genre : Romence, drama

Rated : Hmm.. T+ (?)

Pairing : SasufemNaru, ...xfemNaru, Sasux...

Warning : EYD ancur bin amburadul, Typo(s), Gender-bender, FemNaru!

Mereka adalah rival, bersaing satu sama lain untuk menjadi yang terbaik. Dimana ada si teme maka si dobe juga ada. Jika mereka bertemu satu sama lain, maka perang akan terjadi, saling sindir, saling ejek, saling delik. Dan anehnya dari taman kanak-kanak sampai sekarang (kelas 2 SMA) Mereka selalu masuk sekolah yang sama, bahkan kelaspun sama. Alasannya simpel, kedua orang Mereka bersahabat dan campur tangan takdir mungkin, ironis memang dengan sejarah orangtua mereka, mereka malah saling bermusuhan. Namun bagaimana jika kedua musuh bebuyutan ini harus satu tinggal apartemen? Perang Dunia akan terjadi mungkin.

"Apa Bu, coba katakan sekali lagi?" tanya Naruto memastikan, gadis itu bahkan menghentikan acara makan makanan favoritnya a.k.a Ramen.

"Kami harus ke Inggris. Perusahaan cabang disana mengalami krisis, karena kami khawatir maka kau akan tinggal di apartemen Sasuke-kun." jelas Kushina perlahan.

"Tunggu Bu, Kenapa aku harus tinggal bersama si te- Sasuke itu? Kenapa tidak menyewa apatemen saja? Lagipula disini ada Iruka-san, kita belum bangkrut Bu," ujar Naruto setengah memelas. Ayolah, kenapa harus tinggal bersama si ayam menyebalkan itu?

"Kita memang belum bangkrut sayang. Hanya saja, Iruka-san akan ikut bersama kami, Jika kau tinggal sendiri kami khawatir padamu. kamu seorang gadis Naru-chan." ujar Kushina menjelaskan, agar puterinya mengerti

"Jika Ibu khawatir kenapa aku tak tinggal bersama Bibi Mikoto dan Paman Fugaku, itu lebih aman. Kenapa Ibu malah memintaku tinggal bersama Sasuke itu, dia itu laki-laki bagaimana jika dia kehilangan kendali dan menyerangku, lalu aku hamil, keluarga akan malu, masa depanku hancur." Naruto memegang tangan Ibunya erat, mencoba meyakinkan bahwa keputusan Sang Ibu itu salah, amat sangat salah.

"Jangan berbicara yang tidak-tidak puteriku. Kau tinggal bersama Mikoto itu mustahil, mereka tinggal di Osaka, sekolahmu di Tokyo, kau mau pulang-pergi Tokyo-Osaka setiap hari? Dan juga apa tadi? Sasuke-kun kehilangan kendali dan kau hamil? Ya Ibu tinggal menikahkan Kalian berdua. Simpel bukan? Jangan memikirkan hal yang tidak-tidak sayang. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah membereskan barang-barangmu dan kita akan pergi ke apartemen Sasuke-kun."

Naruto menatap Kushina yang berjalan pergi meninggalkannya, dia masih menatap dengan tatapan tak percaya. Ibunya menjawab seolah jika dia hamil oleh si brengsek Sasuke adalah hal yang sah. Mungkinkah Ibunya memang memiliki niat untuk menjodohkannya dengan si teme pantat ayam itu?! Dia sudah pasti akan menolak mentah-mentah atau bahkan akan nekat menenggelamkan diri di teluk Tokyo.

Dan disinilah dia. Diruang tamu apartemen milik Sasuke bersama sang Kaa-san tercinta.

"Jadi begitulah Sasuke-kun. Bibi ingin menitipkan Naru padamu. Kau tenang saja, biaya kehidupannya kami yang tanggung. Yah, mungkin Bibi akan menitipkan Naru sekitar 1 bulan atau bahkan lebih tergantung perkembangan perusahaan. Bagaimana Sasuke-kun?" tanya Kushina, setelah menjelaskan secara garis besar.

"Baiklah Bibi. Aku tak keberatan sama sekali. Bukan begitu do- Naru-CHAN." Sasuke menyetujui, melirik kearah Naruto dan tersenyum bak malaikat. Tapi Naruto bersumpah, Dia melihat bibir pria itu bukan hanya tersenyum tapi juga menyeringai. Apakah Ibunya tak menyadari?! Oh Neraka sepertinya sudah menunggu, entah apa yang Sasuke siapkan untuk menyiksanya.

"Oh Terima kasih Sasuke-kun. Kau tenang saja Naru tak akan menyusahkanmu, dia pandai beres-beres dan memasak, jadi kau tak perlu khawatir apartemenmu berantakan oleh gadis ini." Kushina tersenyum meyakinkan.

"Oh begitukah Bibi. Itu akan membantu. Bukan begitu Naru-CHAN?" Sasuke kembali melirik kearah Naruto yang membuat bulu kuduknya merinding, Sasuke pasti merencanakan sesuatu yang akan membuat hidupnya menderita.

"Lihat Naru. Sasuke-kun itu baik. Jadi kau tak perlu khawatir. Ibu jadi tak akan mencemaskanmu." Kushina menatap Naruto yang tertunduk lesu.

"Ha'i" jawab Naruto lemas. Rasanya jiwanya sudah ditarik keluar dari raganya secara paksa.

"Kalau begitu. Ibu harus pulang, harus bersiap-siap untuk berangkat bersama Tou-sanmu besok," Kushina mencium kening Naruto.

"Titip Naru ya Sasuke-kun." ujar Kushina sebelum akhirnya keluar dari apartemen Sasuke.

Sasuke menatap Naruto setelah mengatar kepergian Kushina, "Jadi Naru-CHAN. Mulai sekarang kau tinggal BERSAMAKU DISINI! Dan kau tau apa artinya itu?" Sasuke menatap Naruto tajam, gadis itu menggeleng cepat.

"Tentu saja kau harus menuruti SEMUA peraturanku tanpa kecuali." ujar Sasuke menyeringai.

' Iblis.' batin Naruto.

"Jangan berisik, Aku tak suka kebisingan. Jangan membuat apartemenku berantakan, jangan pulang lebih dari jam 10 malam. Jangan membawa kekasih ke apartemen, Dan yang terpenting Jangan membuatku susah," Sasuke membacakan peraturannya yang entah sejak kapan Dia membuatnya.

"Baiklah. Jadi dimana kamarku, Sasuke-KUN?" tanya Naruto, dirinya perlu istirahat untuk mengembalikan energinya yang terbuang percuma.

"Kamarmu yang itu, kamar kita bersebelahan jadi jangan buat keributan." jawab Sasuke, menunjuk kamar dengan kepalanya.

Naruto menarik kopernya lesu, ahh tubuhnya sudah tak kuat lagi, jika cobaan ini ditambah mungkin Dia akan ...

MATI.

Oke, sekarang dia tahu, mungkin Dewi Fortuna sedang ngambek pada dirinya. Bagaimana tidak, saat dia membuka kamar barunya dan menyalakan lampu yang dia lihat bukanlah, kamar rapih dan kasur yang bersih Oke bayangannya hancur setelah melihat kenyataan.

"Oh aku lupa memberi tahumu sesuatu, Itu adalah kamar yang biasa Itachi gunakan saat Dia ada bisnis di Tokyo, dan karena Itachi sekarang jarang kesini maka aku menggunakannya sebagai gudang. Jadi, selamat membereskan Naru-CHAN." Sasuke menutup pintu kamarnya perlahan, rasanya menyenangkan melihat ekpresi gadis itu yang siap mati kapan saja.

Cukup. Ini berlebihan. Kesabarannya sudah habis, "Teme brengsek pantat ayam menyebalkan." teriaknya kesal.

Sasuke hanya mengangkat bahunya acuh, meski dia terganggu dengan suara si gadis pirang pujaan hatinya. Oke dia akui dia menyukai si dobe rivalnya ini sejak ... Entahlah, Dia tak ingat menyukai si Dobe ini dari kapan. Tapi sayangnya dia tak berani mengutarakannya. Ayolah, dengan sejarah mereka yang terkenal akan rival abadi tiba-tiba menjadi sepasang kekasih, itu akan terlihat aneh. Tunggu, Kenapa dia yakin mereka akan menjadi sepasang kekasih? Tentu saja yakin. Siapa yang menolak pesona seorang Uchiha Sasuke, tampan iya, pintar iya, keluarga tak perlu ditanya, Errr... Oke Dia mulai narsis. Mungkin sebaiknya Dia tidur, besok Dia harus sekolah.

Pagi hari yang cerah untuk Sasuke, Namun tidak untuk Naruto pagi ini adalah pagi yang terburuk dalam hidupnya. Semalaman dia membereskan kamar barunya, badannya masih pegal, dia juga kurang tidur, tapi yah sudahlah, yang penting hari ini dia ingin sarapan, segelas susu hangat dan ramen mungkin, untuk sekedar mengisi perutnya.

"Ohayou gozaimasu Naru-CHAN. Bagaimana malammu? Apa tidurmu nyenyak?" tanya Sasuke, meski Naruto yakin itu bukan pertanyaan yang sesungguhnya.

"Ohayou Sasuke-KUN. Malamku SANGAT baik! Tidurku juga sangat nyenyak SEKALI! Sampai aku tak ingin beranjak dari selimut." jawab Naruto dengan senyum manisnya.

"Kalau begitu aku ikut senang. Kukira kau akan menangis karena tak bisa tidur jauh dari orangtua."

"Terima kasih atas perhatiannya. Tapi tak perlu khawatir, aku akan membiasakan diri."

Aura-aura permusuhan jelas sangat pekat, mugkin jika ada orang lain disana, orang itu akan pingsan karena aura permusuhan yang begitu mencekam, melihat film horror saja akan kalah mencekam dari aura mereka.

"Ah. Silahkan bergabung denganku untuk sarapan Naru-CHAN." tawar Sasuke, menunjuk kursi didepannya.

"Ha'i. Dengan senang hati." Naruto duduk menikmati segelas susu hangat dan juga roti bakar. Setidaknya Sasuke masih mau membuatkan sarapan, dia terlalu lelah untuk menyalakan kompor sekedar memasak ramen.

"Terima kasih atas makanannya." ujar Naruto mengakhiri sarapannya, bergegas mengambil tasnya dan keluar apartemen milik Sasuke.

-Konoha Academy-

Naruto adalah orang yang memiliki imej ceria, energik, dan bisa membuat orang lain menyukainya. Dia juga masuk kedalam 10 gadis yang diinginkan menjadi pacar versi majalah Konoha Academy. Dia manis, pintar, ramah, dan juga yang paling banyak disukai adalah matanya, mata sapphire jernih tanpa noda. Meski beberapa kali ada orang yang mengutarakan perasaannya secara langsung maupun melalui surat yang disimpan diloker namun tak satupun dari Mereka yang diterimanya, alasannya dia hanya ingin fokus pada sekolahnya, meniti masa depan untuk meraih impiannya.

"Ohayou Naru." sapa Hinata, salah satu sahabat dekat Naruto. Naruto tersenyum kecil, berjalan menuju mejanya dan langsung menemggelamkan diri dibalik tasnya.

Orang-orang yang ada dikelas mengangkat sebelah alisnya heran. Biasanya pagi hari adalah pagi yang berisik di kelas 2-1. Teriakan Naruto yang menyapa di pagi hari dan juga pertengkaran kecil dengan rivalnya karena fans girls rivalnya mengganggu ketenangan kelas.

"Naruto Kau sakit?" tanya Kiba, Si pemuda pecinta anjing itu menatap Naruto yang menenggelamkan wajahnya.

Naruto mengangkat wajahnya dan menggeleng lemah. "Aku hanya kecapen dan kurang tidur, aku ingin tidur, bangunkan aku jika Sensei sudah datang." jawab Naruto dan kembali menenggelamkan wajahnya.

'Kyyaaaa.. Sasuke-senpai...'

'Sasuke-sama...'

'Sasuke-kun.. Ohayou...'

Oke. Inilah yang terjadi jika si Ice prince Kita, Uchiha Sasuke menurut majalah Konoha Academy Sasuke adalah pemuda nomor satu yang paling diinginkan menjadi kekasih, tampan, pintar, sifatnya yang dingin menjadi tantangan tersendiri. Sudah banyak gadis yang menyatakan cinta namun tak ditanggapi si pemuda satu ini, seolah Sasuke melihat mereka sebagai angin laku saja.

Naruto menghela nafas, kali ini Naruto malas berkomentar,dia bahkan semakin menenggelamkan wajahnya. Yang dia butuhkan adalah istirahat, dia berani bayar mahal hanya sekedar untyk ketenangan tidur, padahal saat dirumah Istirahat adalah hal yang termudah untuk dilakukan, Kenapa Iruka-san juga dibawa, jika Iruka ada disini dia pasti tak akan tinggal bersama si teme.

"Hah... Kami-sama membenciku." gumam Naruto, aura suram mengguar dari tubuhnya, membuat Hinata yang disampingnya semakin khawatir.

Sasuke masuk dan langsung duduk di meja belakang Naruto, menatap punggung gadis itu. Apa dia terlalu berlebihan pada gadis itu, haruskah semalam dia membantu membereskan kamar Itachi yang sekarang ditempati Naruto? Hei, meski tak membantu setidaknya dia membuatkan sarapan bukan? Dia kurang baik apa? Harusnya bersyukur bisa merasakan masakan ala Uchiha Sasuke, Naruto gadis peetama yang merasakan makan masakannya meski hanya roti bakar sederhana.

Belajar mengajar berjalan lancar, Naruto harus berusaha keras untuk tidak tertidur, matanya benar-benar ingin tepejam, apalagi saat pelajaran sejarah. Rasanya kelopak matanya harus ditopang penyangga agar tak tertutup. Untung saja bel istirahat segera berbunyi.

"Sasuke-kuuunn..."

Ahh beginilah kelas 2-1 jika bel istirahat berbunyi, Si pinky dan kawan-kawan akan berebut memberikan bento buatan mereka untuk Sasuke yang tentu saja ditolak.

"Naru, Ayo ke kantin." ajak Hinata. Sepertinya gadis itu juga risih dengan FG Sasuke yang berlebihan dalam mengekspresikan perasaan mereka.

"Kau benar Hinata. Lebih baik Kita ke Kantin. Kebetulan juga aku ingin ramen." Naruto beranjak pergi. Terlalu lelah melihat kerumunan penggila si teme pantat ayam itu. Ngomong-ngomong tentang si ayam kampung itu , bukankah mereka harus membuat kesepakatan untuk tidak saling memberi tahu kepada orang lain jika mereka tinggal bersama? Oh jika ketahuan, satu sekolah akan mengalami keributan besar bahkan mungkin dirinya akan jadi kirban para FG Sasuke.

Naruto langsung bergidik ngeri membayangkannya,

"Naru. Kau benar tak apa? Kau berbeda hari ini, tak ceria seperti biasanya." tanya Hinata memastikan,

"A-ah aku tak apa. Hanya lelah, benar-benar lelah." jawab Naruto.

"Jika ada masalah. Aku siap mendengarkan." tawar Hinata dengn senyum malaikatnya. Meski pemalu Dia juga salah satu dari 10 gadis yang ingin dijadikan kekasih versi Konoha Academy.

"Ya. Jika ada sesuatu aku pasti bercerita. Sekarang kita harus mengisi perut dulu." Naruto menarik Hinata, berlari menuju Kantin. Ya sekarang yang harus dilakukan adalah besikap biasa disekolah, Yah anggap saja menyegarkan perasaan agar tak suram.

-Apartemen Sasuke (15.30)-

"Teme aku mau bicara." ujar Naruto serius.

"Hoo. Panggilanmu berubah, baiklah bicara dobe." Sasuke menyeringi sepertinya gadis ini mau berbicara serius.

"Kita harus memilki kesepakatan. Pokoknya penghuni Sekolah tidak ada yang boleh tahu kita tinggal bersama."

Sasuke mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa? Apa salahnya?" tanya Sasuke polos. Ekhm... pura-pura polos

Brakk

Naruto menggebrak meja kesal, "Teme baka. Jangan berlagak tidak tahu. Bayangkan jika orang-orang tahu dua orang anak SMA berbeda gender tanpa ikatan tinggal bersama satu atap? mereka pasti berfikir yang tidak-tidak!"

"Hmm. Apa yang kau maksud yang tidak-tidak itu dobe?" tanya Sasuke, perlahan bangkit dari tempat duduk mendekati Naruto.

"Kau! Berhenti disana teme. Aku serius!" teriak Naruto perlahan berjalan mundur.

"Kenapa? Kau harusnya bisa menghentikanku dengan mudah Ketua klub Karate." ujar Sasuke menampilkan senyum mengejek.

"Aku akan berteriak." ancam Naruto.

"Berteriaklah. Apartemen ini dirancang kedap suara. Jika tidak, dari tadi tetangga sudah berdatangan karena keributan yang kau buat. Jadi, apa yang akan kau lakukan?" Sasuke berhasil memojokan Naruto kedinding.

Naruto menutup matanya takut, menanti apa yang akan terjadi, namun setelah sekian lama tak terjadi apa-apa, perlahan Naruto membuka matanya.

"Kau fikir Aku akan melakukan apa N.a.r.u.t.o?" tanya Sasuke, wajah Mereka sangat dekat, hidung mancung Mereka saja hampir besentuhan.

"Teme no baka." Naruto mendorong Sasuke sekuat tenaga dan langsung melesat menuju kamarnya.

Sedangkan Sasuke, dia hanya menatap kepergian gadis itu dengan senyum kecil. Ahh lihat wajahnya yang memerah tadi. Dia yakin dia adalah orang pertama yang mendekati Naruto seperti itu, melihat dari sifat Paman Minato yang overprotektif pasti banyak pria yang dipukul mundur oleh Beliau hanya dengan tatapannya.

Sedangkan nasib si gadis pirang kini, dia langsung masuk kedalam selimut tebalnya. Mencoba melupakan hal memalukan tadi. Dia sebenarnya bisa saja melawan, namun tubuhnya tadi berasa lemas tak bertenaga, "Teme brengsek hentai!" Teriak Naruto dari balik bantal.

TBC

A/N : Hallo para pembaca. Aku membuat cerita baru untuk menyegarkan otak. Kalian tahu, 2 cerita yang aku buat terlalu memberatkan otak, setidaknya aku ingin buat cerita ringan khas remaja, ini pertama kalinya aku buat cerita seperti ini, biasanya aku buat cerita dengan genre Misteri. Semoga pembaca sekalian suka ^^