Author: Athiya064/Kyung064
Title:
Mind if I Knock In?
Cast: Lee Taeyong, Jung Jaehyun, Mark Lee, Johnny Seo, Ten Chittaphon
Other Cast:
NCT, SM, YG, JYP artists & other.
Genre:
Romance, hurt, Hogwarts!AU
Language:
Indonesian.
Desclaimer:
I do not own the characters.
Words:
Contacts:
athiya064 on line/twitter/ig

"Aku bersumpah akan merubahmu menjadi katak rawa di kelas transfigurasi nanti, Jung! Lihat saja!"

. . .

"Taeyong! Berhentilah membaca, aku ragu apa kau ini sebenarnya seorang ravenclaw yang salah tempat di Gryffindor?" lelaki yang ditegur itu diam, namun tidak bergeming untuk menutup bukunya. "Aku bukan keturunan Mrs. Granger, jadi aku harus tetap belajar untuk menjaga nilaiku di ujian akhir tahun depan. Dan aku juga bukan keturunan Mr. Potter yang selalu beruntung, jadi apa salahnya aku belajar sebelum Mrs. Victoria datang? Apa kau keberatan mengizinkan aku belajar sebentar, Ten Chittaphon Leechaiyapornkul?"

Yang berdarah Thailand hanya merengut kesal, ia benci kelas transfigurasi. Well, sebenarnya ia benci semua pelajaran baik itu rune kuno, ramuan, transfigurasi, astronomi, dan lain-lain. Ia hanya bersyukur saja ia dilahirkan oleh keluarga penyihir sehingga ia bisa menempuh pendidikan di sekolah sihir paling baik di dunia ini –Hogwarts— dan satu-satunya motivasi baginya untuk masuk Hogwarts hanya karena sekolah ini punya sejarah penyihir terkeren di dunia dan permainan Quidditchnya terbaik.

Tapi untuk pelajarannya Ten harus bergantung penuh pada Taeyong supaya nilainya di atas rata-rata dan ia tidak harus mengulang bersama adik kelas.

Suara gumaman dan langkah kaki diseret memasuki pendengaran mereka, Taeyong menoleh sebentar, ia kira Mrs. Victoria sudah datang. Tapi yang ia lihat hanyalah segerombolan manusia berotak udang dengan gaya tengil dan congkak mereka yang khas, entah atas dasar apa mereka menjadi sekelompok paling ditakuti di Hogwarts. Mungkin karena mereka adalah anak-anak dari menteri sihir? Atau karena ketuanya itu merupakan satu-satunya keturunan penyihir berdarah murni yang juga merupakan seorang bangsawan? Entahlah, bahkan kabarnya ketuanya masih satu keturunan dengan keluarga Malfoy.

"Oh aku jadi tidak sabar melawan mereka di Quidditch besok, sudah seperti derby yang paling hot, Gryffindor melawan Slytherin. Aku bersumpah akan melempar Quaffle ke wajah sok tampan Johnny Seo itu," gumam Ten berapi-api, ia dan Taeyong termasuk salah satu yang tidak mengagumi atau tunduk pada trio Slytherin itu. "Ten, kau seharusnya melempar Quaffle ke ring, bukan ke wajah keeper Slytherin itu."

Mendengarnya Ten berdecak, "Tidak apa-apa sesekali aku salah sasaran," ya, bukan tanpa alasan mereka membenci trio Slytherin itu. Mereka congkak, menyebalkan, dan sok berkuasa. Mentang-mentang semuanya adalah keturunan berdarah murni, mereka tidak suka pada penyihir yang seorang muggle-born. Dan selalu mengagungkan kedudukan ayah mereka di kementrian sihir, sekaligus menghamburkan kekayaan mereka.

Sudahkah aku mengenalkan kalian siapa trio slytherin tersebut? Yang pertama adalah Nakamoto Yuta, keturunan Jepang. Dia ini seorang beater di Quidditch, dia juga suka dengan muggle-footballs meskipun dia membenci para muggle. Sifatnya tukang meremehkan, dan banyak bicara, ayahnya pernah menjadi tahanan Azkaban menurut rumor, tapi sejauh ini ia adalah keluarga bangsawan yang terkemuka. Yang kedua adalah Johnny Seo, sesuai perkataan Ten dia adalah keeper Slytherin. Asalnya dari Chicago tapi memutuskan pindah ke London bersama ayahnya yang naik jabatan di kementrian sihir menjadi ketua divisi Departemen Kerjasama sihir internasional.

Dan yang terakhir.. Jung Jaehyun. Atau nama lainnya Jung Yoonoh, Jay Jung, Woojae, dan namanya yang lain. Dia punya terlalu banyak nama panggilan untuk diingat. Rumor menyebutkan ia menyandang marga Malfoy di akhir namanya, tapi keluarga Jung tidak buka suara atas hal itu. Sudah berabad-abad keluarganya merupakan penyihir terkemuka yang selalu masuk asrama Slytherin. Ia adalah seorang seeker di Quidditch, nilainya sempurna di hampir semua bidang, terlebih di bidang astronomi dan ramuan. Ayahnya sendiri merupakan kepala departemen pelaksanaan hukum sihir.

Hal-hal menyebalkan itu yang membuat banyak yang tidak menyukai mereka termasuk Ten dan Taeyong. Ya walau lebih banyak yang menjadi pengagum mereka sih, tidak bisa disalahkan, ketampanan mereka ada di atas rata-rata. Eh tapi tunggu dulu.. ini perasaan Taeyong saja atau memang ada yang menatapnya dari tadi?

Karena tidak nyaman jadi ia mengangkat kepalanya ragu, ia bersumpah akan melemparkan—

"Tidak mampu mengangkat kepalamu dari bukumu itu, Lee? Mungkin otakmu sudah keberatan kau jejali pelajaran terus setiap hari,"

"ARGH!"

—kecoa yang dimantrai engorgio ke kepala besar Jung itu. "Jay! You okay?" Johnny mengeluarkan tongkat sihirnya dan menyingkirkan kecoa itu jauh-jauh sebelum memantrainya jadi kecil kembali. Sementara derai tawa masih mewarnai kelas transfigurasi itu, Taeyong menutup mulutnya dengan telapak tangan, tertawa tanpa suara.

"DIAM!" dan tiba-tiba saja profesor Victoria sudah berdiri di depan kelas, apa dia berapparate? Bukannya dilarang ya di dalam Hogwarts? Entahlah, bisa saja Mrs. Victoria dari tadi menyamar jadi barang-barang di kelas ini bukan?

Sontak kelas menjadi hening, mereka duduk dan mulai membuka buku transfigurasi masing-masing. "Aku tidak suka ada yang mengacau di kelasku meskipun ketika aku belum masuk, 5 poin dikurangi dari Gryffindor dan—"

"Rasakan itu, Lee!" cibir Jaehyun pelan.

"—sepuluh poin dikurangi dari Slytherin. Sekarang buka buku kalian halaman 379,"

Yeah, kali ini Taeyong menang bukan?

. . .

"Hei pendek!"

"Hei pendek!"

"Hei pendek!"

"Hei—"

"Aku bukan pendek, dan berhenti bersuara tuan kelebihan kalsium!"

Ten menoleh jengah, ia sudah mengenakan seragam quidditchnya. Sementara lawannya dengan seragam hijau kebanggaan slytherin itu malah tertawa lebar. "Mau bertaruh? Kalau aku berhasil menghalangi lemparanmu sekali saja, kau akan jadi pacarku. Bagaimana?"

"…aku tidak tertarik dengan lelucon murahanmu," Ten mendorong tubuh Johnny yang menghalanginya, ia menggeret sapunya dan berjalan ke arah teman-teman Gryffindornya. Hampir saja, sebelum sebuah tangan lebar dan berotot menahan pergelangan tangannya. "Aku tidak bercanda asal kau tahu saja,"

Johnny tiba-tiba menarik badan Ten sehingga lelaki yang lebih pendek itu terpaksa menatapnya, bahkan Ten harus mundur selangkah supaya bisa memandang wajah tampan lelaki itu. "Kau gila ya?! Kita berasal dari asrama yang—"

"McGonagall sudah menghapus aturan perbedaan antar asrama itu bertahun-tahun yang lalu," mata pemuda Seo itu menatap lurus ke arah Ten, membuat pemuda asal Thailand itu gugup sendiri dipandangi seperti itu. Satu hal yang ia baru sadari, mata Johnny yang berwarna kecokelatan itu tampak jernih sekaligus menenangkan. Tapi biar bagaimanapun.. hubungannya buruk dengan Slytherin-slytherin itu. "Aku tidak butuh permainanmu, Seo. Jadi lepaskan dan biarkan aku kembali pada timku."

Tapi Ten selalu kalah cepat dengan Johnny, "Kalau begitu kenapa tidak kita buktikan saja apa aku sungguhan atau bermain-main? Kau kalah maka kau jadi pacarku, dua bulan. Kalau setelah itu kau masih merasa tidak menyukaiku atau bagimu aku menyebalkan, kita selesai. Mudah bukan, Chittaphon Leechaiyapornkul?" katanya tenang, tapi membuat lawan bicaranya tidak tenang. Oh ayolah, tidak banyak orang yang akrab dengannya bisa menyebutkan nama lengkapnya dengan lancar. Pengecualian untuk Lee Taeyong karena otaknya encer, dan fakta bahwa Johnny Seo musuhnya selama ini menghafal nama panjangnya membuat Ten mau tidak mau merasa kagum.

"Karena aku harus segera kembali—terserahmu sajalah," balas Ten acuh dan buru-buru angkat kaki dari hadapan Johnny. Yang tidak Ten sadari adalah senyum tulus yang disunggingkan pemuda tampan itu.

. . .

"Selamat datang di pertandingan Quidditch hari ini! Kembali lagi dengan pertandingan paling dinanti-nanti Gryffindor vs Slytherin! Saat ini Gryffindor duduk di peringkat satu dengan tiga kali kemenangan semester ini disusul oleh Slytherin dengan dua kali kemenangan!"

"Pie kacang! Pie apel! Hei Lee, mau pie?" Taeyong menutup buku astronominya, itu anak tingkat dua dari Hufflepuff Chenle mungkin namanya. "Tidak, trims Chenle." Ia tersenyum, "Oh ayolah tidak asyik menonton tanpa makan pie, tiga galleons dapat dua."

Karena mukanya menggemaskan Taeyong jadi luluh dan merogoh saku jubahnya, ia membayar pie itu. "Trims lagi Chenle," dan bocah itu pergi sambil menawarkan pienya lagi.

Berisik sekali disini, tapi bagaimana lagi, namanya juga pertandingan. Justru kalau sepi malah terasa aneh, kalau bukan karena Ten yang menyeretnya untuk menonton Taeyong pasti memilih ada di perpustakaan atau asrama sekarang. Tapi perintah Ten itu tidak terbantahkan, maklum dia terbiasa jadi tuan muda di dunia mugglenya.

Mengabaikan bukunya beberapa saat Taeyong yang memilih duduk di tribun paling belakang memandang santai ke langit, Ten nampak bersemangat memasukkan quafflenya ke ring lawan. Bahkan beberapa kali dia adu 1 lawan 1 dengan sang keeper, tidak perduli ia harus berhadapan dengan chaser lain yang rata-rata memiliki badan lebih besar darinya.

"Gryffindor 30!"

Semoga saja Ten tidak terjatuh dari sapunya dan harus bolos pelajaran karena dirawat di hospital wing, oh ayolah Ten yang tidak meninggalkan pelajaran saja susah mengejar nilainya apalagi kalau dia tidak ikut pelajaran. Bisa-bisa ia mengulang lagi.

Ngomong-ngomong, kapten Slytherin itu jago sekali bermainnya. Ia cepat dan tangkas, kemana saja Taeyong baru menyadarinya? Terlepas dari sifat menyebalkannya, Jung Jaehyun benar-benar jago berolahraga. Ia melesat cepat mungkin pengaruh sapu terbangnya yang paling canggih dan paling mahal diantara pemain lain, dan mengejar snitchernya. Kalau Mingyu –kapten Gryffindornya— tidak tangkas bisa jadi..

"Pritt! 150 poin tambahan untuk Slytherin! Selamat untuk kemenangan Slytherin 180 vs 50 Gryffindor!"

Dan yang terdengar adalah suara makian Ten.

. . .

Ini adalah hari yang aneh, Ten bilang ia sudah kenyang padahal itu mustahil dari siang tadi Taeyong tidak melihatnya makan apapun setelah pertandingan. Bagaimana bisa dia bilang dia kenyang? Dan apa pula lelaki itu, dia sengaja mandi dengan lama, berganti pakaian dengan lama, dan bahkan menolak makan malam di aula besar.

Sumpah Taeyong benci Ten yang seperti ini, ada apa sih? Apa ia diancam seseorang? Dan karena hal-hal tidak penting itu Taeyong harus berjalan seorang diri memasuki aula besar, mana ia tidak punya terlalu banyak teman disana. Matanya memandang ke meja Gryffindor tak berselera, teman baiknya di Gryffindor hanya Ten. Jadi ia memutar badan dan memilih duduk bersama anak-anak asrama lain.

Setelah bertahun-tahun pertempuran dengan penguasa kegelapan, sudah tidak ada batasan meja di aula besar lagi. Ada peraturan baru yang ditambahkan ke Hogwarts yaitu untuk mempererat persahabatan di antara asrama. Ya walau masih ada yang susah beradaptasi, terutama anak Slytherin yang kebanyakan tidak menerima muggle-born.

"Sendiri saja TY?" suara ringan Doyoung menyapanya, yang ini adalah temannya dari Ravenclaw. Kebetulan mereka mengambil beberapa kelas yang sama. Di sebelahnya ada Taeil dari Hufflepuff, rumor menyebutkan mereka berdua berkencan. Tapi mereka tidak pernah menunjukkannya di depan publik. "Yeah, Ten sedang tidak ingin keluar kamar. Entahlah,"

Secara ajaib muncul piring yang telah terisi makanan dari meja, begitupula dengan gelas minuman yang terisi secara tiba-tiba. Ia sudah bukan murid tahun pertama lagi, tapi semuanya masih terasa mengagumkan baginya. "Kudengar dari anak-anak, Gryffindor tertinggal satu kemenangan dari Slytherin? Sayang sekali aku tadi harus piket dan melewatkan pertandingan," tanya Taeil tiba-tiba. "Tidak, seri sekarang. Gryffindor main kurang baik hari ini,"

Doyoung menggeleng-geleng, "Bukan salah tim Gryffindor. Tapi Jaehyunie memang yang terbaik, dia begitu kompeten, tidak heran. Perencanaannya matang di setiap keadaan, ciri seorang Slytherin sejati." Puji Doyoung semangat. "Jaehyunnie? Kau dekat dengannya?" tanya Taeyong penasaran, jujur saja ia sedikit kagum dengan kemampuan Jaehyun tadi di lapangan. Ya walaupun anak itu selalu mengganggunya dengan mulut yang menyebalkan.

Tapi jawaban yang ia terima berupa gelengan, "Semua yang mengidolakannya memanggil Jaehyun dengan Jaehyunnie," Taeyong memasang wajah datar, tapi sepertinya ada seseorang yang lebih tidak menyukai topik ini. Membuat lelaki itu memutar bola matanya malas sambil memicingkan mata ke arah yang paling muda, dasar Kim Dongyoung tidak peka. "Kudengar mr. Lau mengadakan pesta yang bisa diikuti tahun ketiga keatas?"

Baik Taeil maupun Doyoung menatapnya, "Ya aku tahu. Kau akan pergi Tae?" tanya Taeil, "Tentu saja! Mungkin aku bisa mengajak Sejeong atau Nayeon-ssi, tapi ya nanti kita pikirkan lagi." Bohong, Taeyong saja baru ingat apabila ada pesta. Mungkin seperti biasa ia akan menetap di kamar atau bahkan menyelinap ke perpustakaan, disaat ada pesta penjagaan lengah, dan ia bisa pergi ke bagian terlarang perpustakaan untuk menemukan beberapa hal baru—meski beresiko.

Namun Taeyong punya maksud baik, kalau memang rumor Doyoung dan Taeil belum terbukti, Taeyong akan membuat mereka benar-benar berkencan. "Wah tidak kusangka kau sudah bersiap Tae, kalau begitu apa menurutmu aku bisa mengajak Jaeh—aaw!" Doyoung mengaduh begitu merasa kakinya yang tersembunyi di bawah meja diinjak Taeyong. "Jangan gila bunny, kau bisa diserang banyak penggemarnya. Kenapa kalian berdua tidak pergi bersama-sama saja?"

"E—eh?" wajah Taeil merona, sumpah Taeyong penasaran siapa yang dominant dan yang submissive disini. Doyoung dengan mulut tanpa kendalinya, atau Taeil yang pendiam dan mudah merona dan sekarang pasti bersiap-siap menolak ide Taeyong. "K—kurasa aku akan ke perpustakaan saja, hehe. Aku sering membantu di perpustakaan—"

"Oh come on Taeil hyung! Tahun depan kita sudah mengadakan ujian akhir masa kau masih berniat kabur dari pesta-pesta menyenangkan itu, huh?" ledek Taeyong memanas-manasi, ternyata dua orang itu belum benar-benar berkencan. Doyoung yang serampangan dan tidak peka, dan Taeil yang terlalu pemalu. Oh iya meski Taeil itu satu angkatan dengannya, tapi secara umur Taeil lebih tua satu tahun. Dan Taeyong masih cinta bahasa Korea, jadi ia memanggilnya hyung.

Kembali lagi ke masalah dua orang di depannya ini, lihatlah, mereka bahkan saling membuang pandangan. Kalau mereka jadian selepas pesta dansa nanti, Taeyong akan menagih mereka makan di three broomstick, gratis, sepuasnya. Awas saja! "Doyoung, berhenti bermimpi dan pergi saja dengan Taeil hyung," Doyoung mendengus, tapi Taeyong dan mata tajamnya menangkap rona merah di pipi lelaki bergigi kelinci itu.

Ya Tuhan, jangan-jangan mereka pakai blush on. Sedikit-sedikit merona. "Tidak perlu dipaksakan Doyoungie, aku bisa—" Taeil lagi-lagi mencoba bersikap lembut, "Blah blah, Doyoung tidak akan keberatan. Kalau kau tidak mengajaknya, dia pasti termenung di kamar sepanjang malam karena tidak ada yang mengajaknya pergi ke pesta."

"Hei!" jerit Doyoung tidak terima.

Tapi dasar Taeyong, pembawaannya saja yang kalem dan dingin. Sebenarnya ia seperti Gryffindor lainnya, merupakan sosok yang suka sekali menolong orang. Ya walaupun caranya susah dimengerti otak manusia sehat. "Ya sudah, aku beri kalian waktu. Selamat malam,"

Buru-buru ia mengangkat pantatnya dari bangku panjang di aula besar dan keluar dari ruangan yang masih ramai itu. Jubahnya yang besar membuat tubuhnya itu seperti tenggelam, atau mungkin dia yang terlalu kurus.

"Dia menyisakan makanannya setengah piring, pantas saja badannya mirip sapu terbang berjalan," gerutu Doyoung melihat Taeyong menyisakan makanannya. Sementara Taeil masih mengatupkan bibirnya rapat-rapat, kemudian menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

Dengan ragu ia menatap Doyoung Kim di depannya lagi, "Aku serius kalau kau keberatan dengan saran Tae tadi, kau bisa pergi dengan Jung—"

"Ayo. Pergi. Bersamaku." Balas Doyoung lirih tapi penuh penekanan, mendadak Taeil diam seribu bahasa, seolah-olah seseorang melontarkan kutukan pembeku padanya. "Aduhh! Aku serius hyung, ayo pergi bersama. Lagipula TY benar, aku hanya mengidolakan Jaehyun saja. Tidak benar-benar suka, jadi—aku pasti tidak punya pasangan kencan selain dirimu."

Alis Taeil terangkat, Doyoung menyadari perkataannya. "Maksudku pasangan pesta! Y-y-yeah hehe, aku salah bicara."

TBC

Maaf kembali dengan fandom baru, hope you like it. Err.. untuk yg menunggu beberapa ff aku, ada beberapa alasan knp aku ga lanjutin. Pertama laptop aku rusak aku kehilangan semua filenya T^T bingung. Mau lanjutin drmn bingung bgt T^T dan laptopku sempet 'ngamar' beberapa minggu itu knp aku hiatus. Dan aku sempet ada masalah keluarga sama masalah sama ehehe jadi ngedown bgt. Ini aja baru bisa kumpulin tenaga buat nulis lagi, setelah semua cerita gagal dan berakhir di recycle bin.

Aku minta maaf banget karena itu memang kesalahanku yang bahkan ga ngasih kabar apa apa ke readerku, sampai aku berpikir apa aku post ini di acc baru ya? Tapi itu lebih pengecut lagi hehe. Aku paham pasti kalian benci banget sama aku hehe, gapapa kok, ga maksa kalian buat ngerti dan aku harusnya bisa profesional tapi aku malah diem -_-v anyway terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk baca ceritaku^^

Review?^^~