"Ma-maaf, Naruto-kun. A-aku ja-jadi membuatmu me-menunggu la-lama." Kata seorang gadis berambut indigo dan bermata lavender kepada seorang pemuda berambut pirang di depannya yang sedang menaiki sepedanya. Gadis itu menunduk untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya. Sedangkan pria di depannya hanya tersenyum menanggapi perkataan gadis di depannya.
"Tidak apa-apa, Hinata. Ayo berangkat." Pemuda berambut pirang itu mengisyaratkan kepada gadis di depannya agar naik di belakangnya. Gadis itu mengerti dan menuruti apa yang diisyaratkan pemuda yang kini berada di depannya.
Uzumaki Naruto dan Hyuuga Hinata adalah sahabat sejak kecil. Mereka sering berangkat sekolah bersama menggunakan sepeda Naruto. Sebenarnya Hinata menolak untuk naik sepeda bersama Naruto. Tetapi karena Naruto memaksa, Hinata jadi menuruti saja apa yang dikatakan Naruto. Tanpa di ketahui oleh Hinata, Naruto sebenarnya menyukai Hinata sejak mereka di sekolah dasar. Dan tanpa di ketahui oleh Naruto, Hinata juga mempunyai perasaan yang sama seperti apa yang di rasakan Naruto. Hinata juga menyukai Naruto. Naruto ingin mengungkapkan perasaannya kepada Hinata, tetapi Naruto belum menemukan waktu yang tepat.
.
.
.
.
.
.
.
***Bebhe Present***
.
.
.
.
SHE IS MINE, NOT YOURS!
Pairing : Naruto U. & Hinata H.
Rated: T-Indonesia
Genre: Romance/ Friendship
Disclaimer: Cerita punya Bebhe-chan, Naruto punya Om Mashashi Kishimoto
Warning: Bahasa amburadul, alur nggak nyambung, romance yang kurang berasa, humorgaring nyempil, menggunakan EYD (Ejaan yang Disemawutkan), etc.
.
.
.
Naruto mengayuh sepedanya dengan santai. Naruto berfikir jika ini masih pagi, oleh karena itu tidak ada salahnya kan untuk menikmati saat-saat berdua dengan orang yang di sukainya?. Naruto menoleh sedikit untuk melirik Hinata. Naruto sangat senang bisa berdua dengan Hinata seperti sekarang ini. Hinata juga merasakan hal yang sama dengan apa yang di rasakan Naruto. Sepanjang perjalanan Hinata terus menunduk untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya. Detak jantungnya selalu tak beraturan ketika ia sedang bersama dengan Naruto. Senyum manis terus terukir di wajah cantiknya itu. Mereka terus melaju dalam diam. Tidak ada yang ingin untuk memulai pembicaraan. Hinata sudah jelas tidak mungkin memulai pembicaraan, sementara Naruto bingung mencari topik pembicaraan. Jadinya mereka hanya diam-diaman seperti sekarang. Meski begitu, Naruto dan Hinata tetap senang. Hinata memang sudah lama bersama dengan Naruto. Tetapi, Hinata tetap saja tidak bisa membiasakan dirinya untuk tidak merona ataupun mengatur detak jantungnya saat bersama Naruto. Naruto juga kadang-kadang merasa heran dengan Hinata, yang selalu menundukkan kepalanya setiap berbicara dengannya, ataupun nada bicaranya yang selalu gagap itu. Tetapi Naruto tidak mempermasalahkan itu semua. Bagi Naruto, Hinata seperti apapun tetap terlihat menawan di matanya. Naruto tetap merasa nyaman saat dirinya bersama dengan Hinata. Wajahnya yang selalu merona menambah kesan manis di wajah Hinata. Naruto kembali memfokuskan matanya ke jalan di depannya.
Tidak terasa Naruto dan Hinata sudah sampai di sekolahnya, yang bernama Konoha High School. Konoha High School adalah sekolah elite di antara sekolah-sekolah di kawasan tersebut. Walau Hinata dan Naruto bukan berasal dari keluarga yang banyak uang yang bisa menyekolahkan anaknya di sekolah faforit, tetapi Hinata dan Naruto mempunyai banyak teman di sekolahnya. Hinata dan Naruto kebetulan adalah teman sekelas, di kelas X-1.
"Nah, kita sudah sampai, Hinata."
Naruto menghentikan sepedanya di depan gerbang KHS. Hinata pun turun dari sepeda Naruto setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih pada Naruto. Hinata menunggu Naruto yang sedang memakirkan sepedanya. Naruto berjalan kea rah Hinata sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Hinata, sementara tangan kirinya ia gunakan untuk memangggul tasnya di bahunya. Semburat merah kembali muncul di wajah Hinata.
"Ayo, Hinata." Ajak Naruto. Dengan malu-malu Hinata menyambut tangan Naruto. Naruto dan Hinata berjalan bersama menuju kelas mereka.
"Ciieee…. Pacaran terus nih." Suara dari belakang Naruto dan Hinata mengejutkan mereka. Naruto dan Hinata pun menoleh ke belakang ke arah sumber suara barusan. Di depan mereka berdiri seorang gadis bersurai merah jambu yang sedang tersenyum lima jari menatap mereka, dan seorang pria berambut raven bermodel seperti pantat ayam yang memasang tampang cuek seperti biasanya. Dengan cepat-cepat Naruto melepaskan genggamannya dengan tangan Hinata. Semburat merah tipis terlihat di wajah tampan Naruto. Sementara Hinata, sudah di pastikan jika wajahnya sekarang sudah persis seperti tomat.
"Ishh.. Sakura. Siapa yang pacaran juga." Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Elehh.. Jangan bohong, Naruto. Sudah kelihatan loh? Kapan nih? Jangan lupa PJ-nya, ya?." Kata Sakura sambil tersenyum jahil ke arah Naruto. Hinata semakin menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang semakin memerah. Sakura menoleh menatap Hinata.
"Eh, Hinata. Aku menagih ceritamu loh." Sakura mencolek pipi Hinata.
"Ah, Sakura-chan. A-aku dan Na-Naruto-kun, ti-tidak-" belum sempat Hinata menyelesaikan kalimatnya, Naruto cepat-cepat memotong perkataan Sakura.
"Lagipula kau sendiri juga terus sama-sama si Teme itu, Sakura. Atau jangan-jangan kalian juga pacaran ya?."
BLUSH!
Wajah Sakura sekarang sudah sama merahnya seperti wajah Hinata. Sementara Sasuke hanya mendelik ke arah Naruto. Semburat merah turut mewarnai wajah tampan Sasuke.
"Aha! Wajahmu memerah Sakura. Itu artinya perkataanku benar kan? Kau dan Teme-"
DUAKK!
"Aww! Apa yang kau lakukan, Sakura? Kenapa kau memukulku sih. Sakit tauk!" Naruto menijat kepalanya yang terasa benjol akibat pukulan Sakura yang melayang mulus di kepala durennya itu.
"Salah sendiri. Kau sudah berani-beraninya menuduhku yang tidak-tidak. Rasakan itu akibatnya." Sakura mengusap-usap tangannya yang terasa panas setelah memukul kepala duren milik Naruto.
'Duh! Dasar kepala duren. Keras juga kepalanya. Sampai sakit nih tanganku.' Kata Sakura dalam hati. Naruto hanya meringis merasakan sakit di kepalanya. Naruto sudah kapok mengejek Sakura. Dia berjanji tidak akan mengejek Sakura lagi karena Naruto kasihan pada kepala duren miliknya yang menurutnya sangat keren itu. Sementara Sasuke hanya menatap kejadian di depannya dengan wajah datar. Tetapi sorot matanya mengisyaratkan bahwa dia sangat setuju dengan perbuatan Sakura pada Naruto barusan.
'Rasakan itu, Dobe.' Kata Sasuke dalam hati. Sasuke dan Sakura lalu meninggalkan Naruto dan Hinata. Hinata sedikit mengangkat kepalanya untuk melirik kearah Naruto. Mendengar jeritan Naruto tadi membuatnya sedikit khawatir dengan keadaan Naruto. Hinata juga tau jika tangan Sakura itu kuat, tidak seperti dengan tangan-tangan gadis pada umumnya. Hinata melirik Naruto dari sudut matanya. Hinata mendapati Naruto yang sedang mengelus-elus kepalanya sambil meringis. Mungkin karena menahan sakit yang luar biasa. Hinata khawatir sekaligus ingin tertawa melihat Naruto. Karena menurut Hinata, Naruto sangat terlihat lebih lucu bila sedang menggerutu seperti sekarang sambil menahan sakitnya. Hinata tersenyum tipis melihat Naruto. Hinata segera menundukkan kepalanya kembali saat tau Naruto melihatnya dengan alis terangkat sebelah.
"Kenapa, Hinata?." Tanya Naruto yang sukses membuat wajah Hinata memerah kembali.
"Err.. Ti-tidak apa-apa, Naruto-kun." Naruto hanya mengangguk-angguk saja.
"Ka-kau..ba-baik-baik saja, Na-Naruto-kun?." Tanya Hinata dengan suara pelan, tetapi masih bisa di dengar oleh Naruto.
"Tidak apa-apa kok, Hinata." Naruto tersenyum manis menatap Hinata membuat Hinata semakin salah tingkah. Naruto lalu memungut tasnya yang terjatuh di tanah.
"Ayo Hinata. Kita ke kelas. Sebentar lagi pelajaran akan di mulai." Hinata hanya mengangguk lalu mengikuti Naruto dari belakang. Naruto melirik Hinata lalu menghela nafas.
"Kenapa kau di belakangku, Hinata?. Cepat kesini." Perintah Naruto pada Hinata. Tetapi Hinata malah menggeleng.
"Ti-tidak, Naruto-kun. Na-nanti Naruto-kun malah di-disangka yang tidak-tidak ka-kalau be-berjalan bersamaku." Kata Hinata dengan masih menunduk. Naruto menghela nafasnya kembali.
"Oh, ayolah Hinata. Tidak usah kau fikirkan perkataan Sakura tadi. Itu hanya bercanda. Lagipula itu kan sudah biasa, Hinata. Cepat kesini, Hinata." Naruto berusaha membujuk Hinata agar mau berjalan berdampingan dengannya lagi, tetapi Hinata tetap menolak. Akhirnya Naruto memilih diam daripada memaksa Hinata.
'Arrgghhh! Dasar Pink! Kan aku jadi nggak bisa jalan bareng lagi sama Hinata. Isshh.. Awas aja ya nanti kalau ketemu. Akan ku buat perhitungan.' Kata Naruto dalam hati. Naruto dan Hinata pun berjalan dalam diam saat akan hendak menuju ruang kelas mereka. Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya Naruto dan Hinata pun sampai di ruang kelas mereka.
BUAKK!
Baru saja Naruto akan melangkahkan kaki memasuki pintu ruang kelas mereka, tiba-tiba wajahnya di hantam sebuah buku setebal lima sentimeter dari dalam kelas. Hinata menutup mulutnya karena terkejut.
"Kyaaaaaaa~ Maafkan aku, Naru-chan. Aku tidak sengaja~" Seorang lelaki dengan penampilan yang sangat aneh bagi Naruto, berlari dengan sangat lebaynya ke arah Naruto yang tengah mengusap-usap wajahnya yang memerah. Entah karena terkena buku itu atau atau karena menahan marah. Hinata sedikit khawatir dengan Naruto. Baru saja dia terkena bogem dari Sakura, sekarang di tambah lagi dengan terkena buku yang sama sekali tidak tipis. Seorang lelaki dengan baju ketat berwarna hijau, dengan alis tebal dan rambut berbentuk seperti mangkok, merentangkan tangannya sambil berlari ke arah Naruto. Sinyal yang tidak baik untuk Naruto.
"Menyingkir kau, alis tebal!" Dengan kasar Naruto mendorong lelaki itu hingga laki-laki itu terjatuh. Dengan berlinangan air mata buaya lelaki aneh itu memeluk kaki Naruto.
"Huweeee… Kenapa kau jahat padaku, Naru-chan. Huwee~" Naruto menutup kedua telinganya erat-erat. Sementara Hinata dan teman-teman Naruto yang lainnya hanya bisa sweatdrop melihat drama kolosal di pagi hari yang dimainkan oleh teman mereka sendiri.
"Lee!. Apa yang kau lakukan? Cepat menyingkir dariku atau kau akan ku tendang sampai ke Indonesia(?) sekarang juga. Cepat menyingkir dariku!." Naruto berusaha mengibas-ngibaskan kakinya untuk mengusir Lee. Tetapi bukannya lepas, pelukan Lee pada kakinya malah semakin erat. Naruto juga heran kenapa pagi itu Lee tiba-tiba menjadi gila. Bahkan lebih gila daripada biasanya. Rock Lee adalah fans berat Naruto. Dan Naruto tidak terlalu peduli dengan Lee. Biasanya Lee selalu mengejar-ngejar Naruto sampai sejauh manapun Naruto lari hanya untuk bisa memeluk Naruto. Namun pagi ini Naruto sedang nalas berlari, makanya dia diam saja dan membiarkan Lee memeluk kakinya seperti sekarang.
"Nggak mau~" rengek Lee dengan nada manja sambil memanyunkan bibirnya dan menunjukkan sikap manis seperti perempuan.
"Yak!" Naruto, Hinata dan teman-temannya bersweatdrop ria untuk yang kesekian kalinya melihat tingkah laku teman sekelas mereka.
"Oke, Lee. Kau makin parah. Kau memilh pergi sekarang atau aku bawa kau ke rumah sakit jiwa. .rang." Lee segera melepaskan pelukannya pada kaki Naruto. Lee segera berdiri tegap di depan Naruto sambil mengacungkan jempolnya di depan wajah Naruto.
"Gue suka gaya loe." Naruto dan teman-temannya yang melihat adegan kali ini terjungkal saking kebanyakan sweatdrop melihat tingkah aneh Lee. Lee lalu nyegir sambil menunjukkan deretan giginya yang putih bercahaya itu, sampai-sampai membuat tukang kebun sekolah yang lewat di depan kelas Naruto terpeleset karena silau melihat kilauan gigi milik Rock Lee. Lee lalu berlari-lari kecil ala Teletubbies ke mejanya. Naruto beranjak berdiri sambil mengusap dahinya yang semakin memerah karena baru mencium lantai ruang kelasnya.
"Apa dia benar-benar gila, eh?." Kata Naruto sambil meengusap-usap dahinya yang benjolannya semakin besar.
"Na-Naruto-kun?." Merasa namanya di panggil, Naruto pun menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Naruto mendapati Hinata yang tengah menunduk di depannya sambil memainkan kedua telunjuknya di depan dada.
"Hmm?."
"Ka-kau..ba-baik-baik sa-saja, Naruto-kun?." Tanya Hinata pelan, tetapi sangat terlihat nada kekhawatirannya. Naruto tersenyum.
"Aku tidak apa-apa, Hinata. Hanya kecelakaan kecil kok. Mungkin hari ini bukan hari keberuntunganku, Hinata." Kata Naruto mencoba untuk meyakinkan Hinata bahwa dia baik-baik saja. Hinata mengangguk pelan menanggapi perkataan Naruto. Hinata bersyukur dalam hati. Naruto berjalan menuju bangkunya di ikuti oleh Hinata di belakangnya. Kebetulan tempat duduk Naruto bersebelahan dengan Hinata. Naruto meletakkan tasnya dan segera duduk di kursinya setelah sebelumnya sempat memberikan deathglare andalannya kepada Lee yang hendak memeluk lengannya. Tempat duduk Lee berada di pojok kelas, Narutolah yang menyuruh Lee untuk duduk di situ, dan bertukar tempat duduk dengan Hinata. Naruto melirik Hinata yang tengah mengeluarkan buku pelajaran Fisika yang akan di ajarkan pada jam pertama nanti. Naruto sangat menyukai senyuman Hinata. Senyuman Hinata dapat membuat hati Naruto menjadi tenang dan nyaman. Semua masalah yang di hadapi Naruto dapat langsung terlupakan ketika melihat senyuman Hinata atau mendengarkan suara lembut Hinata. Bahkan rasa sakit yang baru dirasakannya pun sudah tak terasa lagi.
"Hoe, Dobe!" Naruto tersentak saat Sasuke memanggilnya dengan setengah teriak. Naruto menoleh pada Sasuke.
"Bisakah kau tidak usah berteriak jika memanggil seseorang, Teme?." Sungut Naruto. Sasuke menghela nafas panjang.
"Bisakah kau menjawab jika ada orang yang memanggilmu, Dobe?. Aku sudah memanggilmu berkali-kali tapi kau tidak menjawab. Huh!." Gerutu Sasuke sambil memalingkan wajah kearah lain.
"Eh?. Benarkah?." Sasuke hanya mendengus menanggapi pertanyaan Naruto. Sementara Naruto hanya cengengesan.
"Memang ada apa, Teme?." Tanya Naruto pada akhirnya*Karena Sasuke terus diam saja*. Sasuke melirik ke arah Naruto lalu menggeleng.
"Tidak jadi. Rasanya tidak enak jika di bicarakan disini." Naruto menaikkan sebelah alisnya menagggapi perkataan Sasuke.
"Sebegitu rahasianya kah?." Tanya Naruto heran. Tidak biasanya Sasuke mengatakan sesuatu yang rahasia padanya. Mungkin ini memang rahasia dan begitu penting. Sasuke hanya diam.
"Baiklah. Nanti aku akan pergi kerumahmu, dan ceritakan semuanya. Oke?." Sasuke hanya mengangguk menanggapi tawaran Naruto. Sasuke lalu kembali memfokuskan matanya pada layar handphone di tangannya. Sementara Naruto kembali memfokuskan matanya pada Hinata yang sedang membaca buku di sampingnya. Senyuman terukir di bibir Naruto.
'Hinata…'
To Be Continued
Aahh.. akhirnya selesai juga chapter 1 ini xD.
Masih pembukaan aja, jadi maaf kalau masih pendek. Cuma ngetes aja dulu berapa orang yang suka sama fic Bebhe ini. Soalnya di fic-fic sebelumnya yang ripiuw dikit banget T_T
Tapi meski gitu, Bebhe nggak putus asa untuk tetap berkarya dan berusaha memperbaiki fic Bebhe ini supaya banyak yang suka. Oleh karena itu, jangan pelit ripiuw ya ^_^b. Saran dan pendapat kalian sangat berpengaruh pada kelanjutan fic Bebhe ini. ^_^
Kalau di chapter ini pun nggak ada yang mau reviews, Bebhe tetap mau ngelanjutin fic Bebhe ini. Meski fic Bebhe ini jauh dari kata sempurna, tapi Bebhe yakin kalau di kemudian hari pasti bisa lebih baik lagi. ^^ *ceritanye curhat xD
Okelah..
Sii yuu di next chapter. Mumumumumuahh.. :* :* :* #plak xD
Review please.. ^^b
