Empat bulan tak berjumpa.
Donghyun menghela nafas lega, sedikit banyak bersyukur.
Kesibukannya cukup menguras tenaga.
Juga cukup menguras pikirannya untuk hilang dari peredaran.
Membuat ia kebingungan, walau tak serta merta peduli secara gamblang.
Suatu saat, mereka bertemu di momen yang tak terbayangkan, hening.
Tak terbaca, dan tak ingin.
Donghyun, dengan netranya menangkap ia tersenyum tipis, menghela nafas.
Sudah bagus empat bulan tidak bersua maupun berjumpa, kini harus bertukar tatap.
Bagaimana kabarmu?, lirih, tetapi lugas.
Masih sama, masih berkeping keping, berserak. Donghyun meminum latte-nya dengan tatapan tak terbaca.
Sewoon memerhatikan dari jauh, ingin membawa pergi Donghyun agar tak terus menerus tersiksa.
Tapi kaki-kakinya membeku, seakan mendukung pertemuan tak diinginkan, tetapi dirindukan.
Donghyun hampir melemas ketika Youngmin mengajaknya kembali.
"Ayo, merajut benang merah bersama sama, kembali."
Tapi nyatanya, selang dua minggu darisana,
Youngmin pergi, dari kehidupan pemuda Kim.
Itu cukup, lebih dari cukup, untuk membangun kembali hati Donghyun,
menjadi sebengis es.
