A BTS FANFICTION

.

.

.

PAIRINGS :

VKOOK

MINYOON

NAMJIN

.

.

.

WARNING : YAOI AND BOYSLOVE

RATED M

GENRE : HURT COMFORT. .ROMANCE


.

.

.

.

.

.

.Seoul, tahun 1756

Mansion Park−Sabtu malam, night of the sweat.

.

.

.

.

" Ayo Baekhyun! Kau pasti bisa! Tinggal bahunya saja lagi Baekhyun!"

" AYO!"

" ANGGGHHHH! ARRRGHHHHH!"

Baekhyun mengerang tertahan dan menjerit sekeras yang ia bisa. Hingga seluruh bibirnya memutih sempurna seperti orang mati. Peluh sebesar biji jagung sudah membanjiri tubuh rampingnya bahkan ke akar-akar rambut coklat Baekhyun sekalipun.

Sprei putih yang menjadi saksi bisu atas apa yang terjadi malam ini−telah kusam dan lecek. Sprei dari sutra mahal itu telah dikusak dan dicengkram oleh Baekhyun dengan sekuat tenaga seolah-olah ingin menarik segala sesuatu di samping tubuhnya.

Ruangan bergaya romawi itu penuh dengan erangan dan jeritan penuh kesakitan milik Baekhyun. Yang sedari tadi terus menggerakkan kepalanya dan mengejan hingga ia bisa merasakan bahwa nyawanya sendiri sudah menggantung di ujung tenggorokan. Rambut Baekhyun telah acak-acakan. Manik hitam Baekhyun memerah dan berkaca-kaca.

Pandangannya hampir sepenuhnya mengabur. Namja manis itu benar-benar ingin merasakan pingsan barang sedetik saja. Karena rasa sakitnya hampir-hampir membuat Baekhyun sekarat dan merasakan sakit seperti semua tulang rusuknya dipatahkan secara bersamaan.

" Chagi...Sayang−" Sebuah suara bass mengalun lembut di telinga Baekhyun.

Baekhyun ingin sekali menoleh tetapi di bawah sana memerlukan perhatian dan seluruh pusat konsentrasinya sekarang juga. Jadi−Baekhyun hanya bisa mengerang lirih dan mencengkram tangan besar itu kuat-kuat.

" Y-yeollih...A-aku sudah tidak k-kuat..."

Namja yang menyentuh rambut Baekhyun itu hanya bisa tersenyum sendu. Keadaan Baekhyun sudah begitu parah. Dengan wajah memucat dan nafas terpotong-potong itu sudah cukup menyayat hatinya. Ditambah tubuh Baekhyun menegang−seolah-olah ingin mematahkan semua tubuhnya sesaat.

Ingin rasanya ia menggantikan posisi istri manisnya ini tapi sayangya kodratnya bukan seperti itu. Biarpun istri manisnya ini adalah seorang namja−namja yang ditakdirkan untuk menghamili. Bukannya dihamili seperti Baekhyun sekarang.

Tetapi setiap insan sudah digariskan takdirnya dengan begitu sempurna oleh Tuhan−seolah-olah semua hal yang terjadi pasti membawa sesuatu makna yang tidak pernah dilihat secara tersirat sekalipun.

" C-chanyeol...a-aku ARRGGGGH! B-BAHUNYA ARRGHH...M-MENGANJAL DI..LU-LUBANGH!"

Baekhyun kembali menjerit−kali ini sekaligus berteriak saat sesuatu itu mulai memaksa lubang kecilnya melebar hingga 10 mungkin 15 kali lipat dari umumnya. Membuat Baekhyun membulatkan matanya dalam kesakitan dan menjerit. Membiarkan tenggorokannya menjadi mati rasa.

Namja manis itu menggapai tangan Chanyeol dan mencengkramnya panik hingga Chanyeol juga mendesis sakit karena kuku-kuku Baekhyun melukai kulitnya.

Chanyeol segera menegakkan kepalanya gelisah saat Baekhyun mulai mengeluh dengan raut penuh penderitaan. Tangannya mengelus pipi Baekhyun bertubi-tubi sampai ke daerah leher agar meringankan sedikit dari rasa sakit yang diderita namja manis itu.

Suami dari Baekhyun itu bertanya dengan bibir bergetar. Nadanya tegas tapi rautnya ketakutan. Ketakutan untuk kehilangan istri satu-satunya itu.

" Yoongi... B-bagaimana?"

Seorang namja yang juga sama berpeluhnya dengan Baekhyun−mendongakkan kepala dan menatap Chanyeol dengan rambut hitam sangat basah dan wajah memerah karena kelelahan. Ia memajukan dagunya−memberi isyarat tanda tanya kepada Chanyeol karena dia tidak bisa bicara sekarang dan harus menyelamatkan dua nyawa sekaligus.

" Cepatlah Park Chanyeol! Aku tidak punya waktu! Lihatlah istri dan calon anakmu ini!" Bentak Yoongi. Dia mengerutkan wajahnya dan mencibir.

Ia sangat tidak suka bila sudah diganggu saat memulai pekerjaannya sekarang. "Baekhyun baik-baik saja! Hanya saja tubuh anakmu cukup besar hingga bahunya daritadi keluar masuk karena susah untuk keluar!"

Chanyeol hanya bisa meneguk ludah gelisah saat mendengar pernyataan Yoongi yang mengerang kesusahan. Tangan namja itu mencoba membantu menarik kepala bayi di lubang Baekhyun.

Baekhyun daritadi mengerang-ngerangkan namanya dan mengeluh kelelahan. Baekhyun juga terus menerus meminta Chanyeol untuk segera mempercepat proses persalinannya karena 90% dari seluruh tenaganya telah dipakai dan hanya tersisa sedikit lagi.

Sebelum namja manis itu menutupkan matanya pingsan. Padahal bayi mereka hanya tinggal setengah jalan lagi. Tapi bahunya mengganjal di lubang Baekhyun karena sepertinya bayi itu memiliki fisik kekar Chanyeol.

" Kau..." Baekhyun tiba-tiba menatap Chanyeol tajam. Dengan wajah mengenaskan−Baekhyun masih bisa mampu menyumpahi Chanyeol tentang anak pertama mereka yang mirip dengan suaminya itu.

" A-apa sayangku?" Chanyeol mengerjapkan mata. " K-kau perlu sesuatu!?"

Baekhyun mendesis sambil mencengkram rambut hitam Chanyeol hingga Chanyeol mengerang. " Aisshh...B-baek manisku!"

" K-KENAPA K-KAU MEMBUAT A-ANAK BEGINI SUSAH U-UNTUK KELUARNYA!?" Teriak Baekhyun tiba-tiba. " L-LUBANGKU T-TIDAK S-SEBESAR LUBANG P-PEMBUANGAN PIPA PARK DOBY CHANYEOL!"

Membuat Yoongi sampai menyemburkan air liurnya sendiri karena tertawa mendengar jeritan Baekhyun yang seolah-olah tidak rela.

"ARRRGGGGGGHH...YEOLLIE! B-BAYINYA MELUNCUR! GYAAAAAH!"

Yoongi membulatkan matanya kaget saat bayi itu tiba-tiba saja meluncur dengan mulusnya menuju kedua belah tangannya yang sedari tadi menunggu. Namja manis itu tidak tahu bahwa Baekhyun bisa mengejan sekuat itu hingga bayi kecil itu meluncur sempurna. Bahkan kedua bahu lebarnya sudah bisa keluar dan bergerak-gerak kecil.

" B-baek...bayinya! Dorong sedikit lagi Baek!"

Chanyeol tercengang dengan nada bergetar. " B-baekhyun...k-kau?"

Sebagai balasan−Baekhyun mengerang nyaring dan menjitak pucuk kepala Chanyeol dengan sisa tenaganya. Namja manis itu melototkan mata hitamnya dengan wajah pucat dan berhasil membuatnya seperti setan yang siap-siap marah.

" P-pabbo! A-aku..." Baekhyun terengah kelelahan dan mendesah lega saat tangan Yoongi terasa memasuki lubangnya dan mulai menarik tubuh mungil bayinya.

" A-aku tetap h-harus mengejan...d-dasar bodoh!" Baekhyun mengejan dan kembali menarik tangan Chanyeol. Kali ini bersamaan dengan kemeja hitam yang sedang dipakai suaminya itu hingga kancingnya hampir putus semua. " K-kau m-mau anak k-kita..ngggh..lahir bukan!?"

Yoongi menepuk paha dalam Baekhyun yang terkangkang lebar. Ditutup oleh sebuah selimut putih.

" Baekhyun...siap-siap"

Baekhyun dan Chanyeol sama-sama membeo.

" S-siap apa?/Siap apa?"

Mata hitam Yoongi menatap serius ke arah lubang Baekhyun yang melebar sangat parah dengan seorang bayi yang setengah badannya menggantung dengan mengenaskan. Bayi itu terlihat mulai menggeliat gelisah karena merasa tidak nyaman saat tubuhnya harus terkepit terus-menerus.

Yoongi mengarahkan tangannya menuju badan bayi itu. Menahannya dengan hati-hati.

" Aku tarik sisanya"

Baekhyun mengerang tidak faham. " A-apa mak−AHHHHHHH!"

PLOOOOP!

Chanyeol panik saat Baekhyun tiba-tiba menggenggam tangannya dengan seluruh tenaganya.

" B-BAEKHYUN!"

Setelah itu semua, seluruh tubuh Baekhyun yang asalnya menegang sempurna akibat rasa sakit melahirkan−secara mengejutkan merosot ke kasur dan menghantam bantal dari bulu angsa danau asli itu. Kepala Baekhyun terkulai kelelahan dengan nafas terengah-engah.

" O-Oeeeek...Oeeekkk!"

Yoongi tersenyum manis. Ia mengangkat bayi yang masih dibalut darah segar itu dengan mata bersinar penuh kekaguman.

" Aishh..bayi laki-laki ini begitu tampan."

Chanyeol membulatkan mata dalam keterkejutan. Tangannya yang sedang menyentuh kepala Baekhyun itu tiba-tiba bergetar. Membuat Baekhyun yang asalnya setengah sadar−mulai sadar sepenuhnya.

" L-laki-laki?"

Baekhyun membuka sebelah matanya dan berkata dengan suara sangat serak. " Apa yang namja, Yeollie?"

" Baekhyun..." Panggil Yoongi dengan nada selembut mungkin tapi penuh dengan kebahagiaan.

Jika saja Yoongi bisa meloncat sekarang−dia akan meloncat sepenuh hati karena bayi kecil ini. Malaikat kecil baru bagi keluarga Park yang begitu lucu. Yang berhasil membuat Yoongi tersenyum sepenuh hati.

" A-apa yan−" Baekhyun membulatkan mata. " B-bayiku..."

" Namja..." Yoongi mengambil sebuah selimut kecil di samping tubuh Baekhyun dengan tangan berdarah. Bayi kecil itu masih menangis dan bergerak aktif. Ia merasa sangat tidak nyaman dan memerlukan ibunya. " Bayimu namja, Baek."

Suara teriakan bahagia dan tepuk tangan pecah di luar ruangan. Baekhyun yang mendengar hal itu tiba-tiba menangis dan terisak haru. Seluruh anggota keluarga Park, penghuni mansion, maid, dan semuanya telah menunggu hari ini.

Hari dimana penerus keluarga Park yang baru terlahir. Terlahir dari rahim seorang Park Baekhyun yang mereka kenal sebagai namja manis yang gigih. Biarpun dirinya sendiri tahu bahwa sangat kecil kemungkinan bagi dirinya untuk hidup jika masih berniat mempertahankan kehamilannya.

Tapi Baekhyun bersikeras. Bayi ini, bayi kecil mereka harus tetap hidup apapun yang terjadi. Katakanlah bahwa dia tidak sayang nyawa sendiri. Tapi−menjamin nyawa bagi seorang manusia baru adalah suatu kebanggan dan tanggung jawab bagi Baekhyun.

" Taehyung kecilku..." Baekhyun makin terisak saat Yoongi menyerahkan bayi yang sudah dibalut itu ke dadanya. " Hikss...m-malaikat kecilku... Park Taehyung"

Mata Chanyeol memerah dan air mata meluncur begitu saja menuruni wajah tampannya. Dia terisak dalam diam dengan senyum lebar terukir. Chanyeol tertawa kecil dan memeluk kepala Baekhyun yang menangis.

" Bayi kita Baek..." Chanyeol mengecupi kepala Baekhyun bertubi-tubi dengan penuh kasih sayang. " Park Taehyung kecil kita..."

Bayi itu menggenggam jari kelingking Baekhyun erat dan menangis. Seolah-olah meminta ibunya untuk tidak jauh-jauh darinya lagi. Bibir kecil Taehyung menyusupi dada Baekhyun yang basah.

" Aaa..ooee..."

Baekhyun menangis dan memeluk bayinya. Merapatkan Taehyung pada dadanya−memberikan kehangatan dan seluruh kasih sayangnya pada bayi itu. " Sini..."

Yoongi mundur perlahan−mengatupkan kedua tangannya dan menutup mata sambil tersenyum lebar. Dia berdoa dan bersyukur pada Tuhan bahwa dirinya mampu menyelamatkan dua nyawa sekaligus malam ini.

Air mata juga ikut mengalir dari dua manik hitam milik Yoongi. Begitu terharu dan bahagia atas peristiwa malam ini.

Pintu ruangan terbuka. Hawa dingin malam kota Seoul memasuki ruangan dan menyentuh kulit Baekhyun serta Taehyung. Kedua orang yang berbeda itu bergetar. Membuat Chanyeol makin merapatkan tubuhnya agar memberikan kedua orang yang sangat ia sayangi itu kehangatan dan rasa cintanya.

Para maid bertepuk tangan dan menangis haru. Mereka tidak berani masuk sebelum disuruh tuan mereka. Jadi mereka hanya bisa berdiri−menatap perisitiwa itu semua dengan mata berkaca-kaca dan hati lapang.

Melihat dua nyawa dapat terselamatkan membuat hati mereka menghangat.

" Selamat Tuan muda Baekhyun!"

" Selamat atas kelahiran si kecil Park!"

" Selamat Tuan Muda!"

Baekhyun menatap semua maid dari ranjang dengan pandangan bahagia. Ia menimang Taehyung yang masih menyusu di dadanya dengan lembut. Mengelus punggung bayi kecil itu.

Chanyeol mengelus kepala kecil Taehyung dengan sayang. Ia menatap Yoongi dengan tatapan sangat berterimakasih. Dokter muda sekaligus sepupu sekali Baekhyun itu hanya menganggukkan kepala dan tersenyum.

Dia sudah berjanji pada Chanyeol bahwa dia tidak perlu bayaran apapun. Emas, sutra, permata, guci, atau rempah-rempah berharga−dia tidak memerlukan semua itu. Semua barang itu masih kurang bernilai dibandingkan selamatnya nyawa Baekhyun dan lahirnya si kecil Park Taehyung ke dunia.

" Baekhyun..Chanyeol... Selamat" Yoongi tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit. " Selamat..."

Baekhyun menggeleng pelan dan tersenyum. " Ani... jika bukan tanpa bantuan Hyung−yang sudah mau merawatku kandunganku dengan sabar sekaligus membantu persalinanku−aku tidak bisa seperti ini"

Yoongi tertawa kecil. Ia bersiul dan menyuruh maid di luar untuk membawakan baju ganti untuk Baekhyun serta makanan hangat. " Tidak Baek... tanpa kegigihanmu juga dan tekadmu−kau tidak akan menggendong si kecil Taehyung sekarang."

Baekhyun tertawa lirih dengan wajah pucat. " Kkkk...Terima kasih Suga Hyung"

" Sama-sama Baek..."


.

.

.

.

.

.

ɛλπίδα, 1756

Elphida, Night of new hope−the night of sweat.

Di waktu yang sama−tetapi di tempat yang berbeda telah terjadi perisitwa yang sama. Di bawah langit malam berbintang yang hidup dan harmoni para angin. Pepohonan dan dedaunan menari di antara irama lembut yang mengalun di udara. Nyanyian para peri menggema hingga membuat semua bunga mekar seketika pada waktu malam.

Elf-elf di hutan menembakkan panah magis mereka serempak ke atas langit malam. Menghiaskan pemandangan sebuah sprektum hijau yang menyebar luas hingga ke cakrawala. Hujan kecil turun dengan lembut−membasahi bumi dan tanah hijau daratan itu.

Burung-burung kecil beterbangan menuju sebuah jendela besar yang terbuka lebar. Dengan gaya khas eropa dan kesan klasik nan kental. Ruangan berupa kamar tidur itu penuh dengan binatang dan peri yang berbahagia.

Kastil besar bernuansa bunga sakura yang mekar itu dipenuhi dengan tawa bahagia. Seluruh penghuni dan pengawalnya berbahagia. Bernyanyi dan memberikan hymne terbaik mereka.

Untuk pangeran mahkota yang sudah terlahir dari rahim seorang namja manis yang benar-benar mengagumkan.

Namja manis itu merebahkan badannya yang lemas di kasur berwarna baby pink itu. Dengan wajah pucat yang masih menawan dan rambut merah merona yang basah. Membuat wajahnya semakin terlihat cantik biarpun tubuhnya hanya dibalut toga sederhana berwarna putih.

Burung-burung kecil berwarna biru dengan baik hati−memasangkan jalinan mahkota dafnah dari dedaunan emas di kepala namja itu. Yang sudah dirangkai oleh para peri-peri cantik di samping kasurnya.

KRRRIEEEET...

" Baekkie..."

Seluruh pasang mata menoleh pada pintu ruangan yang terbuka. Peri dan lainnya menunduk hormat atas kedatangan raja mereka.

Terkecuali Baekkie yang tersenyum lemah.

" Ya Daehyun-ssi?"

Namja tampan itu merengutkan wajah tidak suka dan mendekati Baekkie yang menimang sesosok bayi laki-laki dalam balutan selimut putih. Ia mem-poutkan bibir lucu−membuat Baekkie terkikik karena ulah suaminya.

Yang benar-benar tidak melihat umur saat sudah bersamanya ataupun anak mereka yang baru terlahir ke dunia harapan mereka. Tapi bukannya membenci hal itu−Baekkie malah menyukainya dan cenderung memancing agar sifat itu keluar.

Seperti sekarang.

" Kau kenapa Daehyun-ssi?" Baekkie menelengkan kepala. Dengan raut wajah pucat yang dibuat polos dan bingung layaknya anak kecil lugu. " Apa ada yang salah?"

Para peri terkikik geli. Mereka menggerakkan tubuh menahan tawa karena tidak berani untuk mengeluarkan tawa itu. Dan masalahnya yang mereka tertawakan adalah raja mereka. Pemimpin mereka.

Tapi Baekkie−selaku ratu mereka semua sekaligus sahabat mereka juga selalu saja membuat sang raja kehilangan wibawa di depan rakyatnya. Salahkan sifat lucu dan lugunya. Yang membuat Daehyun hanya bisa menghela nafas berat dan tersenyum.

" Baekkie...kau kira sudah berapa lama kita menikah hingga kau sampai hati memanggilku –ssi? 3 hari?"

Baekkie terkikik geli sambil mengelus kepala putra-nya yang sedang menyusu. "Kkkk.. mungkin saja"

Daehyun makin merengutkan wajahnya lucu dan mendekati Baekhyun dengan mata memelas. Membuat para peri makin menahan tawa hingga wajah mereka memerah semua. Para burung terus berkicau akibat terlalu senang melihat raja mereka bertingkah seperti itu.

" Bukan 3 hari Baekkie...tapi 300 tahun"

Daehyun membentuk angka 3 dengan jarinya dan menunjukkan ke arah wajah Baekkie yang tersenyum lembut. Baekhyun menyentuh jari Daehyun, menariknya ke arah bibirnya yang putih pucat, dan berakhir dengan mencium ketiga jari itu lembut.

" Ya My King...300 tahun..." Sahut Baekhyun. Ia tersenyum sangat lembut hingga matanya membentuk bulan sabit.

Daehyun yang melihat kelakuan manis Baekkie−mau tidak mau mengangkat senyum lembutnya. Ia menyentuh puncak kepala bayi yang berada di dalam gendongan Baekkie dan tersenyum. Merasakan bagaimana lembutnya kulit putra itu di tangan kasarnya.

.

.

.

Baekhyun tersenyum sambil menimang putranya. Chanyeol sedang mandi dan meninggalkannya di dalam ruangan kamarnya sendirian. Di balik remang-remang lampu lilin yang menggantung dan yang berjejer di seluruh meja−kau bisa melihat tatapan bahagia di balik manik hitam milik Baekhyun.

Putranya membuka mata sambil menyusu. Manik hitam milik Taehyung yang menjiplak Chanyeol itu membuat hati Baekhyun menghangat.

" Malaikat kecilku..."

.

.

.

Baekkie menimang putranya dengan penuh kasih sayang. Ia menatap bagaimana dedaunan dafnah dan kelopak bunga aster dan sakura beterbangan di luar sana. Mengisi kastil negerinya dengan kelembutan dan tarian alami mereka.

Putra kecilnya menarik toga putih Baekkie dan membuka mata. Mata biru elektrik jiplakan Daehyun itu menatap Baekkie dengan tatapan penuh keluguan tapi ada hasrat disana. Seperti layaknya pangeran mahkota negeri ini.

Baekkie tersenyum dan mengelus kepala putranya.

" Malaikat kecilku..."

.

.

.

" Park Taehyung/Kim Taehyung..."

.

.

.


.

.

.

.

.

Seoul, 1756

Minggu pagi−the day of sweat.

Cahaya pagi kota Seoul memasuki seluruh area mansion. Membuat kehangatan yang mampu menyamankan seluruh penghuninya. Hari memang terlalu pagi untuk beraktivitas tetapi para maid di mansion itu sudah bekerja bahkan sebelum mentari menampakkan dirinya di sisi timur langit dunia.

Pemilik mansion Park pun begitu. Pekerjaannya lah yang membuat dirinya harus segera bangun dan menyiapkan segala kebutuhannya untuk pekerjaan. Pekerjaan sebagai distributor rempah-rempah dan pedagang dagangan korea.

Dengan skala penjualan hingga ke tanah dingin eropa dan ranah kasar amerika yang penuh potensi akan kebebasan. 5 kapal besar menunggu keberangkatan barang-barangnya di pelabuhan Seoul.

" Baek sayang..."

Chanyeol mengancing jas hitamnya di samping Baekhyun yang masih duduk di ranjang sutra mereka. Ia memanggil Baekhyun dengan nada lembut dan mencoba untuk tidak membangunkan Taehyung kecil yang masih terlelap di ranjang.

" Ya Yeollie?" Baekhyun yang sudah dibalut baju khas korea sederhana untuk namja itu−menolehkan kepalanya dan menggigit bibir bawah. " Ada apa?"

Chanyeol menatap Baekhyun sayang. " Kemungkinan aku tidak akan pulang selama 5 hari karena harus ke Busan untuk beberapa adminitrasi untuk kapal kita. Jangan lupa makan. Kau perlu pemulihan setelah melahirkan Taehyung, Baek"

Baekhyun merengutkan bibirnya. " Pergi lagi?"

" Ya...tapi sebelum pergi−Kau bisa ikut denganku sebentar ke ruang perpustakaan kita?"

Baekhyun menelengkan kepala bingung. " Ada apa? Memangnya kenapa dengan perpustakaan kita, Yeol?"

Chanyeol merapikan rambut hitamnya ke atas dan mengarahkan tangannya ke hadapan wajah Baekhyun yang kebingungan. Baekhyun sendiri segera mengangkat badan kecil Taehyung ke dalam gendongannya dan menghasilkan lenguhan kecil dari sang Park kecil.

" Seseorang mengirimkan cermin besar kepada kita. Tidak ada nama pengirim ataupun darimana. Para maid dan penjaga juga tidak ada yang tahu. Mereka hanya terkejut saat menemukan cermin itu tergeletak di taman belakang mansion kita begitu saja"

" Hah!?" Baekhyun tersentak. Dan membuat Taehyung seketika menggenggam baju eommanya karena juga ikut terkejut dan terbangun sebentar. " Masa sih?"

Chanyeol memajukan bibirnya. " Ya...dan kelihatannya cermin itu sendiri buatan eropa dari romawi atau klasik. Karena terdapat ukiran bergambar malaikat dan dewa serta peri-peri dari emas di sekujur bingkainya. Serta terdapat tulisan Latin juga"

Mata Baekhyun berbinar. " Kau bilang tulisan Latin?"

" Y-ya..." Chanyeol menatap Baekhyun bingung. " Memangnya kenapa dengan hal itu?"

Baekhyun seketika tertawa senang dan memeluk Taehyung di dadanya makin erat. Ia berdiri dari ranjang dan menarik tangan Chanyeol dalam penuh ketertarikan. Membuat badan Chanyeol yang tidak siap−tertarik ke depan.

" Apakah aku pernah bilang padamu bahwa aku belajar bahasa Latin selama 5 tahun!?"

Chanyeol mengerjapkan matanya. " Hah!?"

.

.

.

.

ɛλπίδα, 1756

Elphida−Day of new hope. The day of sweat.

Baekkie turun dari tangga besar kastil menuju aula utama yang bergaya romawi klasik yang didominasi warna merah. Ia menggendong Taehyung kecil yang sedang terlelap di balik balutan kain tunik berwarna putihnya.

Para dryard terus menghiasi kastil dan bekerja disana. Maid-maid dari catur hidup dan pepohonan bekerja menyiapkan segala kebutuhan raja dan ratu mereka. Beserta para penghuni lain seperti para binatang dan peri-peri yang terkadang memasuki kastil sesuka mereka.

Baekkie menapak anak tangga terakhir dan langsung berhadapan dengan sebuah pintu dengan daun pintu dari kayu mahogani berwarna perak dengan ukiran lambang sayap dan burung hantu.

Sepasang pengawal berbaju zirah segera membukakan pintu itu dan berbaris sigap saat Baekkie dan Taehyung kecil melewati mereka. Lambang kerajaan mereka tertera di perisai para pengawal dan membuat Baekkie mengangkat senyum.

" Selamat datang Yang Mulia Kim Baekkie!"

" Beri hormat pada pangeran mahkota Kim Taehyung!"

Baekhyun tertawa lirih. " Haha...terima kasih semuanya"

Pintu terbuka dan ruangan indah itu mengawali awal pandangan Baekkie dan si kecil Taehyung yang menggeliat di dalam gendongan Baekkie. Baekkie yang kepalanya terjalin sebuah mahkota dari dedaunan dafnah berwarna emas−tiba-tiba membulatkan mata melihat sebuah benda yang tepat berada di tengah ruangan.

Memantulkan semua cahaya yang masuk ke dalam aula itu.

Dengan ukiran malaikat, para dewa-dewi, dan para peri dari emas murni. Jangan lupakan ukiran bahasa Latin yang menghiasi ukiran-ukiran bingkainya. Baekkie membuka mulutnya tidak percaya.

Benda itu muncul seketika.

Tanpa pengirim, tanpa kepastian, tanpa clue apapun yang membuat benda itu tiba-tiba berdiri dengan anggunnya di tengah aula. Membatasi singgasana dengan lantai lainnya. Tepat di bawah lubang cahaya yang diperuntukkan khusus untuk cahaya bulan dari dewi Artemis saat malam suci.

Pokokknya di tengah.

" Cermin itu..." Nada Baekkie bergetar kaget. Pengawal di belakang namja itu juga sama terkejutnya saat pantulan tubuh mereka tercipta di benda itu.

" Y-yang Mulia...i-itu kan..."

Taehyung menggeliat gelisah. Baekkie segera membulatkan mata melihat Taehyung kecilnya dan kembali menatap benda itu dalam keterkejutan yang begitu besar. Membuat tubuhnya menjadi kaku.

Ia memeluk Taehyung dalam rasa ketidakpercayaan yang begitu besar.

" Itu..." Ucap Baekhyun lirih. Baekhyun menatap mata biru Taehyung yang menatap ke matanya dengan pandangan bingung.

" Itu... U-utrumque latus speculum..."

.

.

.

.

Chanyeol menahan tubuh Baekhyun yang bergerak gelisah sedari tadi. Namja manis itu tidak sabar untuk melihat bagaimana rupa cermin itu bersama tulisan Latinnya. Matanya bergerak dengan penuh ketertarikan.

Tapi dibalik rasa penasarannya yang begitu tinggi−Baekhyun masih melindungi tubuh mungil Taehyung agar tidak terkepit dan terdorong oleh tenaganya. Yang sedari tadi terus berlari dari ruang atas hingga ke lantai dasar.

Membuat beberapa maid memekik kaget dan hampir menumpahkan nampan makanan atau terpeleset saat mengepel lantai saat Baekhyun dengan aktifnya berlari.

" Baekhyun sayangku...sabar sebentar"

Baekhyun mengerang lirih. " Ayolah Yeolli! Jangan membuatku menunggu atau kau tidak kuperbolehkan untuk pergi!"

Chanyeol hanya bisa menghela nafas dalam dan menegakkan badannya. Tangannya menggapai kenop pintu perpustakan dan memutarnya. Mendorong sedikit pintu itu dan membuka keseluruhan daun pintu dari kayu oak berukir lambang korea selatan.

Mata Baekhyun seketika berbinar. " D-DAEBAK!"

Sebuah cermin raksasa dengan ukiran dua malaikat di sisi kanan dan kirinya−bersayap hitam dan putih. Dengan tulisan Latin yang tercetak jelas di sekujur bingkainya yang bertahtakan emas murni.

Ukiran peri serta dewa dewi menambah kesan berharga dan klasik yang begitu kental bagi cermin itu.

" YEOLLIE! INI SANGAT BAGUS!"

Baekhyun seketika memeluk Taehyung di dalam gendongannya dengan senyum kotak khas yang tercetak di wajah manisnya. Membuat Taehyung kecil tersentak kaget dan menggeliat di dalam gendongan Baekhyun.

Tangan mungil Taehyung memegang erat baju depan Baekhyun dan mengoek kecil. Seolah-olah memberitahu eommanya bahwa dia kaget dan jangan melakukan hal itu lagi. Chanyeo-lah yang sadar akan hal itu dan segera mengelus lembut kepala Taehyung.

" Ssssh...tidur lagi Chagiya..."

Baekhyun kaget. " Eh? Kenapa dengan Taehyung?"

Chanyeol menatap Baekhyun lembut dan menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. " Tidak. Hanya saja Taehyung agak sedikit kaget saat kau berteriak tadi, makanya dia terbangun tiba-tiba"

" Eh benarkah!?"

Baekhyun segera menggoyang-goyangkan badan Taehyung sayang. Namja manis itu mem-poutkan bibirnya dengan mata yang menyiratkan permintaan maaf dan rasa bersalah yang besar. Siulan-siulan kecil keluar dari mulut Baekhyun diperuntukkan agar Taehyung dapat tertidur nyenyak lagi.

Dan cara itu berhasil. Taehyung kecil sedikit demi sedikit menutup matanya lembut, hingga kedua manik hitam itu tertutup sempurna dan dengkuran halus khas bayi terumbar dari mulut kecil Taehyung.

" Cuup..cupp! Maafkan eomma, Taehyung...sssh..ayo tidur lagi. Cuup...cuup..."

Chanyeol tersenyum. " Ayo kita sambil jalan".

Baekhyun menganggukkan kepalanya dan mengikuti arah kaki Chanyeol menuju cermin yang berdiri kokoh di tengah perpustakaan mansion mereka itu.

Saat Taehyung sudah kembali tertidur lelap−Baekhyun mengalihkan pandangannya menuju cermin itu. Belum pernah dalam hidup Baekhyun ia melihat sebuah cermin sejernih ini. Seolah-olah kacanya berasal dari air pegunungan asli yang ditempa secara magis hingga menampilkan pantulan seindah ini.

Ia dapat melihat pantulan tubuh mungilnya dan Taehyung kecil di pelukannya. Baekhyun mengarahkan telunjuknya ke cermin. Menyentuh kacanya dengan mata berbinar dan nafas berhembus penuh kekaguman.

Chanyeol mengitari cermin itu. Melihat-lihat rupa dan ukirannya. Berharap ia mendapat satu petunjuk apapun tentang cermin misterius ini.

Mata Baekhyun mengelilingi seluruh ukirannya. Biarpun dia hidup dan besar di lingkungan tradisional korea selatan. Tetapi Baekhyun selalu punya cara sedari kecil untuk masuk ke perpustakaan milik orang-orang eropa dan belajar tentang mereka.

Hingga ia bertemu Chanyeol−yang notabnene-nya adalah anak korea keturunan eropa.

" Chanyeol...apakah kau tahu apa arti ukiran-ukiran ini?"

Chanyeol bergumam saat dia menyentuh ukiran malaikat bersayap hitam dengan kedua tangannya. Tidak ada debu ataupun noda apalagi karat. Semuanya terasa seperti baru dan telah dirawat penuh ketelatenan. Tanpa celah dan kerusakan.

Benar-benar suatu barang temuan yang tidak terprediksi.

" Malaikat...dua malaikat" Chanyeol berusaha memutar otaknya saat melihat keseluruhan ukiran. Mencari-cari pengetahuan tentang seni yang pernah ia pelajari dari kedua orang tuanya atau sekolahnya. " Tidak−aku tidak faham sama sekali."

Baekhyun mem-poutkan bibirnya kecewa dan mulai membaca tulisan Latin di sekitar bingkai ukiran. Yang membentang begitu indahnya dengan ukiran dalam dan berhiaskan bulu sayap berwarna hitam dan putih.

" Tulisannya..." Baekhyun menyipitkan mata. " Vita vel morte non habet differentiam, clausis oculis sicut scitis...in communi"

Chanyeol menaikkan alisnya bingung. " Kau bisa membacanya tapi kau tahu artinya?"

Baekhyun mengangguk dan agak menganga karena saat mempelajari artinya−dia tidak faham dan merasa aneh sendiri. Seolah-olah artinya menyusup ke dalam dirinya dan menghantarkan itu pada Taehyung.

" Artinya..."

.

.

.

.

" Hidup atau mati tidak mempunyai perbedaan, hanya mata yang tertutup yang mampu melihat kesamaannya"

Daehyun menyentuh ukiran itu dengan pandangan tajam. Ia mengarahkan tangannya untuk menyentuh patung kedua malaikat yang berbelakangan. Dilengkapi sepasang sayap hitam putih pada punggung mereka.

" Tapi bagaimana bisa?" Baekkie menatap cermin itu khawatir dan tidak percaya. Ia menimang Taehyung dengan sedikit gelisah. Seolah-olah tahu kegelisahan eommanya−Taehyung kecil membuat suara lucu agar menghibur hati eomma-nya.

Baekkie mau tidak mau tersenyum. Tapi ia masih melihat Daehyun dan para pengawal yang kebingungan. Para peri juga memenuhi aula dan berbisik-bisik tidak percaya. Maid-maid kaget.

" Eomma..."

Seluruh pasang mata menatap ke arah pintu masuk ruangan. Terutama Baekkie yang kaget.

" Eh Jin? Kenapa kau bangun sekarang?"

Jin−bocah kecil itu mempoutkan bibirnya dan merengutkan wajahnya kesal. Rambut pirang mudanya menutupi pandangan bocah manis itu. Ia berjalan mendekati Baekkie dan memegangi tangan eommanya yang memang terulur untuk dirinya.

" Eomma atau appa tidak ada di kamar SeokJin. Jadi Jin pergi kesini..."

Daehyun dan Baekkie tersenyum. Baekkie mengusap pucuk kepala Jin sayang dan dibalas Jin dengan mengelus kepala adik kecilnya−Taehyung yang masih menggeliat di dalam pelukan Baekhyun.

" Maafkan eomma, Jin. Eomma turun karena tidak ingin mengganggu tidurmu"

Baekkie tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit. Mau tidak mau membuat Jin menelusupkan wajahnya dibalik toga putih milik Baekkie dan mengerang. Ia agak kaget saat melihat sebuah cermin tadi.

Cermin yang ia tahu hanyalah legenda belaka.

Cermin yang telah lama menghilang sejak 1000 tahu yang lalu. Cermin yang ditempa dari dua malaikat kembar yang terpisah karena satu malaikat berbuat dosa. Hingga kesedihan meliputi hati mereka.

Dewa-dewi melambangkan orang-orang yang sudah membuangnya sekaligus membantu mempertemukan mereka berdua. Para peri yang terlihat sedang bernyanyi dan menjulurkan tangan mereka adalah penampung kedua malaikat itu.

Emas paling murni itu terbuat dari helai-helai bulu dan rambut yang berjatuhan saat terakhir kali mereka terjatuh. Kaca itu adalah kedua air mata mereka yang paling menyakitkan.

Mereka meleburkan diri menjadi satu dan membentuk cermin yang terus menghubungkan orang-orang bernasib sama layaknya mereka.

Cermin itu terjatuh di tanah Elphida 1000 tahun yang lalu di jaman ratu pertama tanah itu. Ratu pertama dan orang satu-satunya yang melihat rupa asli kedua malaikat itu. Malaikat hitam si pembuat dosa dan malaikat putih si penyelamat dosa.

Tapi bagaimanapun keadaannya, mereka tetaplah saudara kembar. Yang tidak akan berpisah apapun keadaannya.

" Cermin itu hanya akan muncul saat dua orang lahir di saat bersamaan dengan nama dan fisik yang sama. Persis seperti kisah kedua malaikat itu".

Baekkie dan Daehyun serta semua orang di aula menatap Jin yang membulatkan mata menatap cermin itu. Ia memang masih bersembunyi di balik jubah toga milik Baekkie tapi namja kecil itu menatap cermin dengan raut meyakinkan.

Jin menunjuk cermin dengan lugu. " Berarti...ada Taehyung lainnya di dunia sana, eomma"

" Benar kata Jin, Baekkie"

Daehyun berjalan menuju singgasananya dan menatap semua orang di aula. " Ada Taehyung lainnya yang berada di luar sana. Di dunia manusia yang berbeda dari kita semua"

"Jadi−apa yang harus kita lakukan, Yang Mulia?" Tanya salah satu pengawal. "Apakah cermin itu perlu kita asingkan ke tanah kesunyian?"

" Jangan!"

Baekkie seketika menjawab dengan tegas. Ia bergerak sedikit maju hingga mengejutkan Jin dan Taehyung. Taehyung seketika menangis karena di kagetkan dari aktivitasnya.

" Eomma! Taehyung menangis!"

.

.

.

.

" HUWAAAAA...OEKKKKKK!"

Baekhyun kaget setengah mati saat Taehyung yang sedang nyaman-nyamannya tertidur−tiba-tiba langsung bangun dan menangis keras seperti ini. Chanyeol yang akan berangkat sebentar lagi panik dan segera menghampiri Baekhyun yang sedang berusaha menenangkan bayi kecil mereka.

" Baek! Taehyung kenapa!?"

Baekhyun menggoyang-goyangkan sambil menepuk pantat Taehyung lembut agar bayi kecil itu berhenti menangis. Namja manis itu menatap Chanyeol dengan sama paniknya.

" A-aku tidak tahu juga! D-dia tiba-tiba langsung bangun dan menangis seperti ini! Padahal aku sudah memberinya susu dan tidak melakukan apapun yang membuatnya terkejut!" Sahut Baekhyun yang panik karena Taehyung makin menangis.

Chanyeol menghampiri Baekhyun yang sedang berdiri di depan meja makan. Baekhyun mau tidak mau membuka hanbok untuk namja-nya dan menyodorkan dadanya pada mulut Taehyung.

Tapi Taehyung makin menangis−menolak susu Baekhyun yang sudah menetes di atas bibir kecil Taehyung.

" Cuuup..anak appa. Diam ya...cuuupp"

Baekhyun mengelusi punggung Taehyung. " Cuup..cuup...Taetae..."

Tanpa tahu bahwa cermin di perpustakaan berderak. Layaknya air yang bisa ditembus ke dalam. Cerminnya berderak seperti air yang siap-siap dimasuki. Kedua patung malaikat meneteskan air mata bersamaan.

Dan helaian bulu putih dan hitam yang berjatuhan ke lantai. Bersama dengan tetesan air yang keluar dari mata para dewa dan peri.


.

.

.

.

.

.

Seoul, 1763

Rabu pagi−The morning of sweat.

Buku-buku berserakan di sebuah lantai keramik. Berhamburan hingga ke ujung ruangan dengan kertas-kertas bertuliskan bahasa korea dan latin yang ditulis dengan tangan menggunakan tinta.

Tangan kecil itu setia menorehkan sebuah tulisan di sebuah buku tulis kecil. Sambil sesekali tangannya yang lain membuka-buka lembaran buku lain. Yang tergeletak tidak jauh dari kakinya.

" Taehyung?"

Pintu ruangan kamar milik Taehyun terbuka, dan masuklah Baekhyun yang sedang memakai hanbok khusus namja-nya. Senyum lembut terukir pada wajah manis Baekhyun. Ia medorong pintu kamar dan berdiri disana.

" Iya eomma?"

Park Taehyung−bocah berusia 7 tahun itu menghentikan aktivitasnya dan menatap Baekhyun yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk dan dikelilingi oleh banyak buku. Mata hitam Taehyung menatap Baekhyun dengan rasa penasaran.

Rambut pirang muda milik Taehyung−ia singkap ke atas agar tidak menghalangi pandangannya ke arah Baekhyun.

" Ada kesulitan soal bahasa Latinnya?"

Taehyung menggeleng. " Tidak ada eomma. Aku bisa mengerti semua soal yang eomma berikan!"

Baekhyun tertawa dan tersenyum hingga matanya berbentuk bulan sabit. Ia berjalan melewati buku-buku yang berserakan dan menghampiri Taehyung yang sedang me-lap tangannya ke serbet putih setelah memakai banyak tinta untuk menulis.

Baekhyun berinisiatif mengambil serbet lainnya dan menahan tangan Taehyung.

" Sini...biar eomma bersihkan"

" Baiklah eomma!" Taehyun tersenyum membentuk senyum persegi khasnya.

" Kau mau jalan-jalan sekitar mansion bersama eomma?"

Taehyung menelengkan kepalanya bingung dengan imut. Biarpun ia terlihat sangat menggemaskan seperti itu tapi di mata Baekhyun−Taehyung terlihat begitu tampan dengan postur wajah tirus dan tatapan dewasa itu

" Tanpa appa? Appa kan tidak suka melihat eomma jalan sendirian. Eomma ingat saat appa mengamuk dan melemparkan sebuah meja dari lantai dua karena ada namja yang menggoda eomma?"

Baekhyun tertawa canggung. Hal itu−ahh dasar Chanyeol bodoh. Perasaan namja yang dilempari oleh Chanyeol hanya menawarkannya untuk menjadi model sebuah pakaian hanbokm untuk namja.

Tapi mungkin karena mereka masih muda−jadi Chanyeol kira mereka menggoda Baekhyun. Membuat Taehyung sama mengamuknya karena meja itu adalah mejanya. Dan membuat Baekhyun harus menengahi kemarahan Taehyung dan Chanyeol seharian penuh. Serta meminta maaf pada namja itu.

" Kan ada Taetae..." Baekhyun memelaskan nadanya. " Taehyung harus bisa jadi pria tangguh kan? Jadi..Taehyung mau kan menjaga eomma?"

Taehyung seketika berdiri dan memasang pose tegap. Ia menggenggam tangan Baekhyun dengan sangat erat dan pandangan awas. Ia terus menerus menempel ke samping tubuh Baekhyun−seolah-olah ingin menjaga eommanya.

" Baiklah! Taehyung akan menjaga eomma!"

Baekhyun berjongkok−ia mencium pipi Taehyung senang. " Ini baru putra eomma!"

Mereka berdua sama-sama tersenyum.

Dan kaca itu kembali berderak dengan sendirinya. Tanpa ada orang di perpustkaan−tercipatlah bayangan Taehyung yang sama persis biarpun orangnya tidak ada disana.

Taehyung di dalam cermin itu membuka matanya dan sepasang mata biru menatap mansion milik keluarga Park.


.

.

.

.

.

.

.

Seoul, abad 21.

" Jungkook! Jangan main dengan api!"

Seorang anak kecil dengan rambut hitam dan gigi kelinci itu membulatkan mata polos saat eomma manisnya meneriakinya dari halaman depan apartemen mereka. Membuat Jungkook kecil kebingungan.

" Eomma? Ada apa?"

Jin yang baru saja pulang dari supermarket itu segera menggendong jungkook kecil ke dalam gendongannya dan memeluk anaknya itu dengan raut khawatir. Ia berulang kali mencium pipi kecil Jungkook hingga Jungkook merasa agak risih.

" Aissh! Eomma kenapa? Jungkook kan belum mengambil korek api cuma lilinnya saja" Jungkook merengutkan bibirnya. " Eomma jangan membuat Jungkook takut"

Jin yang melihat raut ketakutan di mata hitam putranya itu hanya bisa tersenyum maklum dan mengusap kecil rambut hitam Jungkook. Membuat Jungkook merebahkan kepalanya di bahu Jin.

" Maafkan eomma, Jungkook" Jin berjalan-jalan di sekitar ruang tamu apartemen mereka yang bernuansa modern sambil menenangkan Jungkook kecil. " Eomma hanya takut kau terkena api saatmencoba menyalakan lilin"

Jungkook mem-poutkan bibirnya. " Kan appa Namjoon sudah mengajari Jungkook"

Pintu ruang tamu terbuka dan menampilkan seorang namja yang masih muda dengan pakaian rapper dan headphone hitam bertengger di lehernya. Namja dengan rambut putih kehitaman itu tersenyum dan membuat dua dimple di pipinya.

" Appa pulang!"

Jungkook melambaikan tangannya biarpun kepalanya masih terebah di bahu Jin. "Hai appa..."

Namjoon mengangkat alisnya bingung. " Jeon SeokJin...tidak ada salam untuk appa?"

Jin mendengus dan terkekeh. Ia menghampiri Namjoon dan mengarahkan bibirnya menuju pipi Namjoon. Mencium pipi suaminya dan kali ini giliran Jin yang merebahkan kepalanya ke dada bidang Namjoon.

Diikuti Jungkook yang menggenggam jaket depan Namjoon.

" Kalian semua kenapa?" Tanya Namjoon bingung.

" Lelah appa/lelah..." Jawab Jin dan Jungkook serempak.

Namjoon berdecak. Ia mengambil Jungkook dan pangkuan Jin dan memangkunya di pundaknya. Ia menyentuh wajah Jin sayang dan menarik lembut tangan istrinya untuk duduk di sofa.

" Bila kalian lelah−tidurlah. Jangan berdiri seperti ini. Anak dan Eomma sama saja..."

Jin memukul bahu Namjoon dan tertawa. " Kau juga! Lihat bagaimana beraninya Jungkook mengambil lilin sendiri di lemari atas!"

" MWO!?" Namjoon menatap Jungkook di rangkulannya. " Benarkah itu!?"

Seolah-olah tidak ingin disalahkan−Jungkook malah terlelap di bahu Namjoon dengan imutnya menampilkan dua gigi kelincinya ke arah Namjoon. Kelopak matanya yang tertutup sedikit begerak agar membuatnya jadi terlihat seperti tidur beneran.

" Jeon Jungkook..jawab Appa. Appa tahu kau belum tidur"

Jin tertawa mengakak melihat bagaimana Jungkook meniru sifatnya dalam berpura-pura yang baik seperti dulu. Bahkan sampai orang-orang tidak sadar akibat begitu mahirnya Jin dalam berpura-pura.

Dan kemampuan itu benar-benar dijiplak Jungkook. Walaupun anaknya tidak semahir dirinya dulu.

" Jawab Appamu Jungkook" Sahut Jin. Ia mengelus rambut Jungkook. " Eomma menjaga Jungkook. Misalnya Appa menyerang Kookie...Eomma akan menukul appa balik!"

Jungkook seketika membuka matanya dan mengangkat kepala dalam kesenangan. "Eomma janji!?"

Namjoon kaget saat anaknya itu menatapnya dengan mata puppy eyes-nya seolah-olah mengatakan Appa-Jungkook-tidak-salah-kok-Sumpah.

" Ccckk...Kookie nakal ya?"

Jungkook menggeleng keras. " Ani! Kookie tidak nakal! Kookie cuma penasaran bagaimana bentuk lilin yang baru dibeli eomma!"

Namjoon mengernyitkan dahinya saat mendengar penuturan Jungkook dan Jin yang tertawa lucu di sofa. Membuat Namjoon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali karena jelas-jelas bingung.

" Bahkan bentuk lilin yang biasa saja kau penasaran?"

Jin mengakak di sofa. " Itu menuruti kebiasaanmu, Namjoon!"

Jungkook seketika mengiyakan perkataan Jin dan menampilkan senyum kelincinya yang imut. Membuat Namjoon tertawa canggung dan malu sendiri karena kelakuannya diikuti oleh putranya.

" Aissh! Dasar kalian berdua!"

Mereka semua tertawa.

Tanpa tahu bahwa seorang namja dengan baju khas eropa klasik berdiri tidak jauh dari balkon apartemen.

Mata birunya menatap keluarga itu dari kejauhan. Airmatanya mengalir menuruni pipi tirusnya dengan raut datar yang sendu. Menatap Jin yang tertawa dengan bahagianya dan Jungkook kecil.

" SeokJin Hyung..." Nadanya bergetar. Mata birunya menatap nanar Jungkook kecil.

Ia menyeringai hingga wajahnya terlihat sangat tampan dengan balutan mata biru berair itu. Menatap Jungkook dan mengarahkan tangannya ke jendela balkon.

" Heya Malaikat putihku−Kim Jungkook..."

.

.

.

T

B

C

XD

HALO SEMUA!

AUTHOR MINTA MAAF BUAT FF CHANBAEK DI FF DAN CHANGE ME RIREN DI WATPPAD! T_T

BUKANNYA UPDATE MALAH BUAT FF BARU? AUTHOR MEMANG TERLIHAT SEPERTI TIDAK BERTANGGUNG JAWAB TAPI FILE BUAT DUA FF INI SUDAH SELESAI TAPI FLASHDISK DISITA TEMEN.

JADI GINI−KAN BTS BUAT MV BARU. TEMENKU ITU ADALAH FANS VKOOK DAN ATLET CATUR.

SAYA AWALNYA NGGAK TAHU DIA ATLET CATUR DAN DIA NANTANGIN MAIN CATUR.

YA JELAS-JELAS SAYA KALAH TELAK! T_T

SEBAGAI HUKUMANNYA BUAT FANART ATAU FF.

SAYA MILIH FANART KARENA KALO FF SAYA MASIH PUNYA FF LAIN! TAPI DIA LANGSUNG BILANG NGGAK!

TEMEN : LO BISA BUAT FF KAN?

SAYA : BISA! TAPI PLZZ GAMBAR AJA!

TEMEN : NGGAK! LU BISA BANGET DAH KALO SOAL FANART TAPI FF...GUE LAGI PERLU ASUPAN BRUH!"

SAYA : CARI FF LAIN

TEMEN : GINI AJA...BUAT FF TAPI FLASHDISK KAMU JAMINANNYA! ADA FILE FF, YAOI, KPOP,ANIME VIDEO LU KAN?

SAYA : JANGAN!

TEMEN : YANG KALAH YANG BAYAR!

SAYA : *MENGAMUK DI TEMPAT*

TAPI READERS...BAGAIMANAPUN JUGA HIKSSS... FILE SEMUANYA DI FLASHDISK SAYA DAN DISITA SAMA DIA. T_T

DIANCAM MAU DIA HAPUS JIKA SAYA NGGAK BUAT FF. SUDAH TEMANYA SOAL MV BLOOD SWEAT AND TEARS YANG TEORINYA SUSAH AMAT!

DITAMBAH BARU SELESAI UTS.

KRAM OTAK SAYA!

TAPI... SAYA HARAP READERS JANGAN KECEWA!

SAYA MINTA MAAF SEBESAR-BESARNYA T_T

REVIEW ATAU VOTE LAH MINIMAL 10 AJA UDAH CUKUP.T_T

BILA READERS SUKA...SAYA LANJUTIN AJA BUAT MENYENANGKAN HATI KALIAN SEMUA TAPI JIKA BANYAK YANG PROTES...SAYA STOP-KAN DISINI!

GOMENNASAI!

SALAM SAYANGKU

A.W.J