My Sweet Devil

By, CN Scarlet

.

.

.

.

.

Vocaloid©Yamaha Corp

Dan semua karakter yang aku pinjam untuk cerita ini.

T

.

Selamat membaca

.

.

.

Chu~

Suara ciprakan itu menjadi satu-satunya suara samar yang terdengar dalam ruang konseling yang sepi. Hanya ada dua manusia berbeda gender dengan gakuran sejenis, Vocalo High, disana. Dua warna rambut, biru azure dan teal, yang saling berhimpitan. Tanpa jarak.

Yap, mereka sedang berciuman.

Syal kain warna biru langit yang terongok diatas meja, dan sebuah jas ketua osis dengan name tag Shion Kaito yang tersampir di kursi cukup menjelaskan siapa pria tampan berambut biru yang sedang bertukar saliva dengan gadis berambut teal sepinggul. Entah dia sadar atau tidak, dasi merah miliknya baru saja meluncur dari kerah lehernya menuju lantai.

"Cukup!" ucap Kaito tepat setelah melepaskan diri. Nafasnya terengah-engah, wajah memerah sempurna, rambut acak-acakan, dan kancing baju –tanpa sadar – terbuka tiga.

Oh, jangan lupakan benang tipis bening bernama saliva, membentang dari bibir kissable miliknya yang kemerahan dan sang gadis. Yang tengah menyeringai.

Keadaan si gadis teal berambut panjang itu tak terlalu parah dengan Kaito, sebenarnya. Letak gakurannya yang dominan merah tua, hanya mengalami kelecekkan di bagian punggung. Kunciran kelincinya juga, masih rapi seperti semula.

Intinya, jika kau membayangkan gadis teal yang terhimpit diantara dinding seperti dalam film Korea kebanyakan, kau salah. Lelaki yang dari tadi kita bicarakan berciuman dengan pantat bersandar ke meja, dimana sebenarnya, perempuan itulah yang mendominasi. Ha!

Memalukan.

"Kai-to~"

Hatsune Miku, nama yang tersemat di dada kiri gakuran si gadis, bergelayut manja pada leher sang ketua osis. Matanya sayu, wajahnya memerah lucu. Pria normal mana yang tahan, coba? Yah, begitu juga dengan Shion Kaito kita yang sedang meneguk ludah susah-susah.

"Rapikan bajumu dan masuk ke kelas!" ucap Kaito tegas, "berhenti membolos, atau aku takkan mau menciumu, Miku."

Hatsune Miku hanya terkekeh. Melepaskan rangkulan manjanya tadi dan menepuk-nepuk pelan gakurannya yang memang tidak seacak-acakan milik Kaito. Dia membiarkan dua kancing atasnya terbuka, memperlihatkan sedikit, karena itulah tangan sang ketua osis-lah yang membetulkan. "Dan aku tidak suka pria lain melihat ini!" katanya.

"Lalu.." Miku menyentuh bibir bawah Kaito dengan jemari kanannya, "aku juga tidak suka gadis lain menyentuh ini!" balasnya, lalu kecupan singkat selama tiga detik terjadi di sana.

Lidah Miku menjilatnya sesaat tadi.

"Yah, selama kau jadi gadis baik, aku milikmu.."

Miku hendak mencium lagi bibir Kaito, tapi telapak tangan lelaki biru itu menahannya.

"Kaito!"

"Sudah cepat masuk kelas, sana!"

Bayangan surai teal Miku lenyap di pintu keluar. Tubuh Shion kaito langsung merosot ke lantai, lemas. Kedua tangan itu menutupi mulutnya. Air mata mengalir membelah pipi tirus yang memerah, terus sampai garis rahang tegasnya.

"Kenapa... kenapa harus aku?"

.

.

.

.

.

Baiklah..

Ini adalah kilas balik. Kisah sebelum seorang Shion Kaito, ketua osis Voca High bersuara barithone merdu, tampan, pintar, baik hati, kuat, dan segala garry-stu type yang melekat padanya, bertemu dengan Hatsune Miku.

.

Ruang rapat osis ramai pagi itu, bahkan, sebelum murid Voca High berkumpul seluruhnya. Prof Kiyoteru Hiyama, guru pembimbing osis sekaligus sekertaris pribadi kepala yayasan, hadir dalam rapat kali ini.

"Saya tidak mau tahu, pokoknya osis harus membereskan perilaku Hatsune Miku!" kata profesor berkacamata itu, lalu pergi keluar ruangan.

Dan perintah absolute barusanlah yang membuat gempar.

Bagaimana tidak? Hatsune Miku adalah legenda sekolah selama tiga smester. Absen penuh coretan alpa, laporan pelanggaran harian mayoritas namanya, dan segala kebengalan lain yang pantas membuat seorang murid di drop-out sekolah.

Yang jadi pertanyaan si ketua osis dan anak kawannya, kenapa Hatsune Miku tidak dikeluarkan saja?

Prof Hiyama barusan menjelaskan alasannya.

Pertama; semua nilai-nilai Hatsune satu itu sempurna dalam tiga smester, menduduki peringkat pertama, dan lima kali memenangkan emas dalam olimpiade nasional. Orang menyusahkan itu sangat jenius. Intinya sekolah rugi besar kalau sampai kehilangan orang seperti itu.

"Tapi bukankah sifat menyusahkan orang itu juga membuat rugi besar?" tanya Luka, senpai cantik berambut merah muda dengan dada yang selalu mengampul saat berjalan.

Lima orang anggota osis inti di sana mengangguk setuju.

Alasan kedua; Hatsune Miku anak tunggal dari Hatsune Mikuo. Pemilik yayasan Vocaloid Dream, yang menaungi Vocalo High, dan donatur inti yang membuat sekolah tempat mereka berdiri tetap megah seperti biasanya. Hal itulah yang menjadi patokan utama tidak-dikeluarkannya-Hatsune-Miku.

Itu masalah besarnya.

"Lantas siapa yang mau mengurusnya?" tanya Kaito, sang ketua osis tampan. Semua orang langsung bergerak mundur.

"Miku benci perempuan," kata Meiko, wakil osis yang seangkatan Luka. Anak tingkat tiga. Cirinya berambut pendek cokelat, manik senada, dada seperti Megurine Luka, dan suara biasa dipakai seriosa.

Singkatnya. Meiko galak.

"Jadi siapa yang mau maju?" tanya Kaito, mereka tak bergeming.

Gakupo yang mau maju saja ditahan Luka, kekasihnya. "Kau tak tahu rumornya, apa?" gertak gadis pink itu pelan, tapi masih bisa didengar Kaito.

"Rumor apa?"

"Eh, bagaimana kau saja yang maju, Kaito?" usul Len, pria berambut kuning acak-acakan yang berdiri disebelah kembarannya, Kagamine Rin.

Kaito menghela nafas sebelum menjawab, "tugas ketua osis masih menumpuk, dan akan terus menumpuk. Bukankah itu tugasmu sebagai ketua pengaman?"

Dan semua mata tertuju pada Kagamine Len.

Tak butuh waktu lama, tugas mengamankan Hatsune Miku akhirnya diemban oleh Kagamine Len dengan terpaksa. Kaito dan anggota osis yang lain bisa bernafas seperti biasanya. Suasana sekolah pun tentram seperti biasanya. Diva-sensei, guru bahasa inggris Voca High pun memberi tugas bejibun seperti biasanya.

"Duh!"

Shion Kaito berlari dari kelas sebelas A di tingkat dua dengan kecepatan maraton menuju toilet, bangunan paling pojok di belakang kantin. Menyebrangi dua lapangan parkir dan sebuah lapangan serbaguna, dia mengutuki betapa jauhnya tempat itu.

Sampai di sana dia langsung memasuki bilik toilet laki-laki. Untung saja sepi, setidaknya Shion satu itu tidak harus mengantri.

"HMPH!"

Lima menit sudah. Singkatnya, Kaito keluar dari tempat itu dan mendengar suara aneh dari balik dinding. Penasaran, dia pun berjalan mendekat untuk mengintip. Dan kedua manik azure indahnya sukses terbelalak.

Disana ada Len Kagamine yang sedang berciu- ah, dicium oleh gadis berambut teal twintail panjang. Keadaannya sudah amat mengenaskan. Lemas terhimpit dinding.

"HOI!"

Pokoknya hal itu bukanlah sesuatu yang patut dilakukan seorang anggota osis, terlebih ketua seksi pengamanan sekitar, yang harus segera diamankan. Si gadis menghentikan aksinya, Len Kagamine langsung merosot ke tanah.

"He, ada yang lihat ya?" ucap si twintail polos.

Gadis itu berjalan menghampiri Kaito, memperhatikan dengan teliti dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Shi-on Ka-i-to..." ejanya, membaca name tag yang tersemat di jas kebesaran lelaki itu.

"Ho, kau ketua osisnya ya?" tanya si gadis teal dengan nada meremehkan, yang memancing kerutan siku-siku di jidat Kaito. Ketua osis itu langsung menggusur gadis bengal di hadapannya, bersiap mengomelinya sepanjang jalan ke ruang konseling.

"Ya, dan kau.."

"Kuucapkan terimakasih sudah membawa pria berbibir semanis pisang untukku, tapi aku tidak suka laki-laki shota. Dia membuatku pegal karena badan pendeknya!"

Mulut Shion Kaito mangap hendak membalas perkataan vulgar gadis itu, tapi si gadis keburu menyela "padahal aku lebih suka yang sepertimu. Setidaknya, kau lebih tinggi dariku. Aku tidak perlu membungkuk, kau tahu, yay!"

Dan langkah mereka terhenti. Gadis berambut teal itu penyebabnya, berhenti mendadak dan menarik tangannya yang dicengkram Kaito. Karena tanpa persiapan, jadilah mereka terjerembab ke dinding. Beruntung sang ketua osis berhasil menahan tubuhnya agar tidak menindih si gadis, hanya saja...

Chu~

Kedua matanya kembali terbelalak dan mulutnya terkunci rapat. Gadis berambut teal dengan gaya kuncir mirip kelinci itu tengah berjinjit dan bergelantungan ria di lehernya. Wajah mereka tanpa jarak, dan manik teal itu terpejam erat.

Kejadian itu berlangsung sekitar lima detik jeda, terka Kaito dalam hati, bisa dia rasakan bagaimana rasa bibirnya dihisap lembut dengan bibir yang lain. Untuk pertama kalinya.

"Hatsune Miku, ingat namaku ya!" ucap si gadis, menyadarkan Kaito dengan dunia nyata.

"K-kau.."

Miku menjilati bibirnya sendiri, lalu bilang "oishi..."

Kemudian pergi meninggalkan pria yang keadaannya nyaris menyamai pria shota di dekat toilet, hanya saja dia tidak terlalu parah.

"Hueee... Shion Kaito br*ng**k! kus*!" sebuah raungan berisi sumpah serapah yang patut disensor keluar dari mulut Len yang baru mendapatkan kembali kesadarannya. Terlihat jelas beberapa butir air mata yang keluar karena meratapi, "first kisshu ku yang berharga...Huaaaaa..."

Jika saja, jika saja toilet terletak di dekat tempat ramai, tentu kabar miring akan segera tersebar tentang sang ketua osis. Setidaknya, Shion Kaito bersyukur dengan jarak tempat itu yang benar-benar terpencil di Voca High.

.

.

Kembali pada realita.

Len Kagamine selesai dengan cuti sakitnya (akibat trauma) selama tiga minggu, hari ini. Yang artinya, sudah tiga minggu masa sekolah pula ketua osis kita yang tampan dan berambut biru itu menjadi bulan-bulanan Hatsune Miku. Dimanapun dia berada, jika sang ratu twintail sudah menemukannya, dia langsung diculik menuju tempat sepi.

Yang mana tidak ada siapapun selain mereka berdua.

"Aku suka senpai!"

Detik itu, pria berambut azure baru saja selesai menyatakan cinta pada Meiko. Perempuan galak itu, iya, Meiko Sakine sang wakil ketua osis. Senpai yang dia suka sejak masuk ke Voca High. Kaito sudah sangat lama menunggu dan kemarin Meiko putus dengan Dell, kekasih sang gebetan.

"Ya!" itulah jawaban si gadis bruttene pada pernyataan cinta sang ketua osis.

Senyuman bahagia terkembang cerah di bibir Shion Kaito, dan seperti pasangan kebanyakan, tentunya mereka akan berciuman. Lihat, si rambut biru mulai berani mendekat. Wajahnya maju dan tangannya memegangi tengkuk Meiko.

Tinggal beberapa centimeter lagi...

BRAKK!

Masih di posisinya semula, hanya bergeser sedikit ke belakang, Kaito dan Meiko menoleh kompak pada pintu ruang osis yang kini terbuka akibat tendangan brutal si gadis kelinci Hatsune. Hari ini dia memakai pakaian ketat seperti biasa, dan, rok gakuran yang pendek keterlaluan.

Kaito mengambil nafas hendak mengomel, tapi itu terlalu cepat. Miku berjalan seperti berlari kearahnya. Menarik kerah lelaki itu dan mencium bibirnya. Tepat. Didepan. Meiko.

Oh,

Kaito hendak melepaskan diri, namun Miku semakin mengeratkan kuncian tangannya yang lain dan memperdalam ciumannya. Sampai dua puluh hitungan, si pria memperkirakan berapa lama iblis pencium ini hendak menempeli bibirnya, namun Miku langsung melepasnya sebelum dia kehabisan nafas.

"Mau sampai kapan kau memperhatikan kami, Mei-senpai?" tanya gadis berambut teal itu.

Meiko menyeringai sebelum benar-benar keluar dari ruangan, itu mencubit hati kecil Kaito.

Pintu tertutup. Miku mendorong Kaito sampai di dinding bercat putih, yang tak jauh dari benda kayu pembatas dari dunia luar. Gadis berambut teal itu hendak kembali mencium bibir si rambut azure. Jika saja tangan kanan Shion Kaito tidak menahan bibirnya sendiri.

"Doushite?"

"Onegai..." bisik Kaito, tubuhnya bergetar pelan. Titik bening mengalir di pipinya, "hentikan ini... sudah cukup!"

Miku terbelalak. Seumur hidupnya, dia baru melihat laki-laki menangis. Setidaknya selain dalam film, dan Kaito melakukannya tepat di depan matanya sendiri.

"Kaito..."

"Aku... menyukai Meiko-senpai, tidakkah kau lihat itu?"

helaian biru itu menunduk, pandangan Miku pada matanya terhalang poni yang menggantung. Padahal, ada raut kecewa dari manik teal itu, tidakkah kau lihat Kaito?

"Kau sudah mengacaukannya, Miku! Aku menunggu Meiko lebih dari yang kau kira, aku..."

"Tidak!" bantah si rambut teal. "Jangan katakan itu, Kaito!"

"Lepaskan aku, Miku!"

"Apapun yang terjadi, jangan pernah mengatakan kata 'cinta' pada iblis itu!"

"Miku.." Kaito hendak marah, tapi kemarahannya tertelan begitu maniknya bertemu dengan manik Hatsune itu. Berkilat dan dingin. Begitu menakutkan hingga membuat kedua bulu kuduknya berdiri.

"Tak apa bila suka, asal jangan cinta. Pokoknya apapun yang terjadi, kau tidak boleh mengatakan kata itu, mengerti?"

Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Kaito mengangguk saja.

Miku meninggalkannya tanpa kecupan. Itu untuk yang pertama kalinya dalam tiga minggu ini, Kaito menatap punggung Hatsune Miku yang berjalan menjauh di lorong. Bukan tadi dia mengharapkan sebuah ciuman perpisahan, hanya saja, entah mengapa ada kesungguhan dari setiap ucapan yang dilontarkan gadis itu padanya.

Apa dia cemburu?

Hanya itu kesimpulan yang berhasil keluar dalam otak Kaito.

.

.

.

.

.

.

Dalam Voca High, ada kolam renang indoor yang mempunyai beberapa rumor. Seperti kebanyakan kolam renang pada umumnya, rumor tentang hantu air tentu saja ada. Gadis yang tenggelam dalam pusaran, atau tangan yang menarik siapapun yang berani berenang. Kolam renang Voca High lebih misterius lagi.

Salah satu peraturannya, tidak boleh berenang di sana di hari-hari tertentu. Terutama malam.

"South..."

Seperti malam ini, purnama yang bulat sempurna di langit menjadi penerang. Angin mengibarkan rambut teal berkuncir dua yang nampak berkilauan indah. Rok gakurannya berkibar juga, membuatnya terlihat seperti dewi.

"Earth..."

Sebuah cahaya bening yang tercipta dari kumpulan air yang beriak membuat pola ; sebuah pentagram berbentuk lingkaran. Air yang beriak di tepian, tengah lingkaran itu tenang saja bak cermin. Kedua tangan sang gadis direntangkan ke depan.

"West..."

Kabut berkumpul entah dari mana. Cahaya rembulan itu terpantul dari pola lingkaran membentuk sejenis tulisan kuno diatas permukaan air, sang gadis fokus mengucap mantera "Nort..."

"Terbukalah wahai gerbang batas!"

Lalu kedua mata itu terbuka, menghentakkan udara di sekitar. Sebuah cahaya yang hanya bisa dilihat sebagian orang terkumpul. Tubuh sang gadis teal tertarik kedalamnya.

Dan tidak kembali.

.

.

.

.

.

Bersambung

A/N :

Fic ini chapter 1 nya, spesial buat ulang tahun kak Aulia dari kelas 1b. Tanjoubi omedetto gozaimasu!

Dan buat kalian yang lagi ultah jugaa...

Oh ya, fic ini bakalan lanjut kalau responnya baik. So, review kalian menyenangkan hatiku ^^