Chap 1

Hingar bingar musik terdengar menghentak telinga. Gemerlap lampu khas klub malam terlihat jelas dan membuat pusing bagi yang tidak biasa melihatnya. Para muda-mudi, baik itu pria maupun wanita, terlihat asyik menggoyangkan tubuh mereka di dance floor, menikmati dentuman musik yang terputar. Sementara yang sedang tidak berminat 'berolahraga' di dance floor, hanya menonton keriuhan itu dari bangku mereka, di temani minuman pesanan masing-masing yang, tentu saja, beralkohol.

Tak lama, sang MC pun memunculkan dirinya di stage. Kemudian memberi kode pada DJ handal club mereka untuk mengecilkan volume musik.

"Yo! Malam, guys! Malam ini malam spesial, karena ada… LIVE MUSIC! Mereka band yang sangat keren, dan mereka pertama kali tampil di club kita. TRAX! Please ENJOY IT!" Serunya kencang yang di sambut tepukan riuh para pengunjung club ini.

Kemudian satu persatu personel band itu mulai mengisi posisinya masing-masing dan semuanya pria, mulai dari drummer, guitarist, bassist, sampai keyboardist-nya. Tapi, di mana si vocalist? Tak sedikit yang bertanya-tanya tentang keberadaan sang vocalist yang tak kunjung muncul. Beberapa detik kemudian akhirnya muncullah sosok yang dinanti-nanti. Sontak pengunjung club tersebut heboh, beberapa ada yang bersiul-siul.

Ternyata vocalist band ini adalah seorang gadis. Yah, tak salah memang jika seorang gadis menjadi vocalist sebuah band. Hanya saja kadang personel band identik dengan kata 'nakal', terlebih gadis. Gadis ini memang tampak 'gaul'. Terlihat dari caranya berpakaian. Ia memakai kamisol berenda berwarna putih, dengan hiasan permata pada bagian dada, dan juga menambahkan jaket kulit setengah lengan. Celana pendek satin berwarna hitam menutupi setengah pahanya. Kaki jenjangnya yang putih bersih terlapisi boots kulit selutut, membuatnya terlihat 'tangguh' dan seksi.

Ia tersenyum menyapa pengunjung club, yang kini sudah menempati meja masing-masing. Membuat wajah manisnya terlihat imut. Dan, intro lagu pun mulai terdengar.

Tanpa siapapun menyadari, di meja sudut yang memang strategis untuk melihat langsung ke stage, seorang namja memperhatikan dengan lekat si vocalist.

.

.

"Kyungsoo-ya, bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu~", terdengar ucapan manja seorang pria di seberang sana.

"Kau menggombal, Sehunna. Berapa banyak sudah gadis yang kau gombali, hmm? Kuadukan pada Luhannie tahu rasa kau!" Balas gadis ini –Kyungsoo- sambil berpura-pura galak. Terdengar gerutuan si namja.

"Ya!Aku tidak menggombal tahu! Aku benar-benar merindukanmu Soo-ya, seminggu di sini terasa seperti seabad!"Ucap Sehun, si namja tadi, dengan suara memelas.

"Ya, ya aku tahu. Kau ini berlebihan. Aku hanya bercanda, Sehunna. Nado bogoshippoyo..." Kyungsoo membalas perkataan Sehun dengan ceria.

"Kelihatannya kau sedang senang ya? Ada apa? Jangan-jangan, kau senang ya aku pergi? Kau jahat sekali Soo-ya…" Tuduh Sehun asal.

"Ne, aku memang senang kau pergi. Itu artinya tidak ada lagi yang merepotkan aku dan Luhanie. Hahahaha…" Kyungsoo tertawa menggoda namja itu.

"Jadi aku merepotkan, eoh? Luhanie saja tidak merasa direpotkan. Awas kau Kyungsooya, aku tidak akan membawakan oleh-oleh untukmu!"

"Yaaaa! Kau ini mudah sekali tertipu sih? Aku bercanda, Sehunna, issh kau ini!" Kyungsoo mempoutkan bibirnya.

"Kau mau aku bawakan oleh-oleh? Panggil aku 'oppa'! Baru aku akan membelikan oleh-oleh untukmu." Sahut Sehun.

"Sampai kapanpun, aku tidak akan memanggilmu oppa! Kau itu kekanakkan sekali, Sehunna. Umurmu sudah 25 tahun. Dan lagi, mana ada namja seusiamu yang masih cadel, tidak bisa mengucapkan huruf S? Kau ini benar-benar…" Kyungsoo menggelengkan kepalanya.

"Haaaahh, ya sudahlah. Terserahmu saja, hehehe. Ah, Sooie… Aku harus melanjutkan pekerjaanku. Sudah dulu ya. Tunggu aku pulang dua hari lagi, ne? Bye, I love you…" Sambungan telepon pun terputus. Lagi-lagi Kyungsoo menggelengkan kepalanya karena tingkah namja itu.

Gadis itu meregangkan tubuhnya sebentar, kemudian beranjak ke kamar mandi. Ia ingin melakukan sesuatu hari ini.

.

.

.

Baru saja Sehun pulang dan menepati janjinya untuk memberi Kyungsoo oleh-oleh. Reaksi gadis itu saat melihat Sehun pulang adalah, "Sehunna, mana bibit bunganya? Kau berjanji membawakannya untukku `kan?"

Sehun ingin sekali menjedukkan kepalanya. Bukannya menanyakan keadaannya yang baru pulang, gadis itu malah menanyakan oleh-oleh. Memang, Kyungsoo bukan tipe gadis materialistis, yang menginginkan oleh-oleh perhiasan atau dress mahal. Ia hanya meminta dibawakan bibit bunga dari pulau Jeju, tempat Sehun bertugas kemarin. Sehun mencubit pipi Kyungsoo sedikit keras, hingga gadis imut ini meringis.

"Kau tidak menanyakan kabarku dulu, hah? Tega sekali kau, Soo. Ini, tentu saja aku membawakannya!" Seru Sehun sebal.

Kedua mata Kyungsoo berbinar senang. "Aku akan menanamnya di halaman. Hehehe, gomawo Sehunna."

Sehun memutar kedua bola matanya malas. Kyungsoo menyadari hal itu, kemudian mencolek pipi Sehun. "Hehehe, mianhae. Aku hanya terlalu senang. Ah, kau pasti lapar. Mau aku temani makan? Tapi aku belum sempat memasak , Sehunna, atau kau mau makan di luar? Tapi makan di luar itu pemborosan, dan belum tentu higienis. Berhemat itu pe-mmpphh…" Ucapan Kyungsoo terpotong saat Sehun membekap bibirnya.

"Hei, kau ini bawel sekali sih?Aku pusing mendengarnya. Kau lama-lama jadi seperti ibu-ibu, tahu?" Tanya Sehun, yang tentu saja tidak bisa dijawab Kyungsoo karena tangan namja itu masih menutup rapat mulutnya.

Kyungsoo melepaskan tangan besar Sehun dari bibirnya. Wajahnya merengut kesal. "'Kan aku hanya mengingatkan, issh kau ini! Lagipula kenapa tidak mengajak Luhan-YA! Sehun!" Kembali omelan Kyungsoo terhenti karena Sehun sudah menarik tangannya. Tentu saja untuk menemani namja ikan ini ke restoran.

"Luhanie sibuk meeting dengan atasannya!"

.

.

.

"Soo, apa kau tidak lelah begini terus? Maksudku, kau harus bekerja keras setiap hari. Penghasilanmu yang tidak seberapa itu pun masih kau pakai untuk membantu orang lain. Kau saja sering kesulitan membiayai kebutuhanmu." Cerocos Luhan tanpa basa-basi. Memang gadis pirang ini selalu berbicara to the point. Kyungsoo sudah tidak heran mendengar Luhan berkata demikian.

"Aku hanya berusaha membantu, Luhanie. Karena mereka memang lebih membutuhkannya dibanding aku. Coba saja kau jadi aku, kau pasti tidak akan tega jika melihat tetanggamu yang sudah tua sakit-sakitan. Atau ahjumma yang anaknya masih kecil-kecil merengek minta hadiah natal sementara ia tidak punya uang. Bagaimana menurutmu perasaanku melihat itu semua?" Sahut Kyungsoo panjang lebar.

"Aku tahu, Soo, aku sangat tahu. Tapi, untuk sekali saja. Kasihanilah dirimu. Kau ini terlalu baik. Belum pernah aku bertemu orang sepertimu." Luhan membalas sambil menuang kopi ke cangkirnya.

Kyungsoo tersenyum mendengar perkataan sahabatnya ini. "Aku senang menjadi orang baik." Timpal gadis imut ini sambil terkekeh.

"Ngomong-ngomong, maaf ya aku hanya punya kopi hitam itu. Uangku kupakai untuk membelikan Park ahjumma sweater kemarin." Ujar Kyungsoo menyesal.

"Gwaenchana, Soon. Aku tahu, lagipula aku memang sedang ingin kopi. Sudah kubilang 'kan, kau ini terlalu baik. Bahkan kau lebih memperhatikan mereka daripada dirimu sendiri."

Kyungsoo melirik jam yang tergantung di dinding. Pukul enam tiga puluh menit waktu malam. Artinya ia sudah harus berangkat mencari nafkah. Ia pun membereskan piring kotornya. Kemudian memasuki kamarnya untuk bersiap-siap. Luhan yang menyadari hal itu segera bangkit, seraya mencuci cangkir bekas kopinya tadi.

"Kau sudah mau berangkat ya? Kalau begitu aku pulang dulu, Soo. Kau hati-hatilah di jalan, ne? Kalau ada apa-apa, telepon aku. Arraseo?"

"Neee, Luhanie. Kau ini berlebihan, sama seperti kekasihmu itu." Cibir Kyungsoo.

"Aku dan Sehun hanya khawatir padamu, Soo. Kau tahu pekerjaanmu ini sangat beresiko." Balas Luhan sembari mengambil mantelnya.

Kyungsoo hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, ia bosan mendengar Luhan berkata hal yang sama ribuan kali.

"Ya sudah, aku pulang ne? Bye…" Pamit Luhan setelah memeluk Kyungsoo dan mencium kedua belah pipinya. Ia melambaikan tangannya dan berlalu dari apartemen mungil Kyungsoo.

Kyungsoo tersenyum dan menggelengkan kepalanya, kemudian meraih mantelnya yang tergantung di dekat pintu dan bergegas pergi sebelum merapikan penampilannya terlebih dulu.

.

.

.

"Kau kenapa, Sehunna? Tiba-tiba meneleponku dan menyuruhku datang kesini. Ada apa?"Kyungsoo bertanya cemas setelah mendudukkan dirinya di kursi café itu.

"minumlah dulu, Kyungsooya. Kutebak kau pasti berlari tadi?" Tanya Sehun seraya menyodorkan segelas orange juice. Kyungsoo segera meraihnya dan meneguknya sedikit tergesa.

Sehun terkekeh melihat tingkah Kyungsoo. Kyungsoo hanya mendelik melihat Sehun menertawakannya.

"Kau tahu, Soo? Hyung-ku menyuruhku mencari kekasih." Tiba-tiba Sehun membuka pembicaraan.

Kyungsoo terbelalak. Jadi hanya karena masalah ini Sehun tega meneleponnya dan membuatnya cemas setengah mati? Belum lagi membuat dirinya harus 'berolahraga' di siang hari yang panas ini? Astaga, demi apapun Kyungsoo ingin sekali memukul kepala Sehun yang tengah memandangnya dengan tatapan memelas.

"Astaga, Kim Sehun…. Hanya karena itu kau menyuruhku datang kesini? Aku kira ada masalah apa… Aiisshh, kau membuatku hampir jantungan, tahu!" Seru Kyungsoo kesal.

"Bagiku mencari pacar itu masalah, Soo. Kau tahu aku sudah punya Luhanie." Sehun terlihat menekuk wajahnya.

"Ya sudah, tinggal katakan pada hyung-mu kau sudah punya kekasih, dan masalah selesai." Kyungsoo menyarankan.

"Masalahnya, hyung-ku itu tidak menerima sembarang gadis. Dan dia tahu siapa Luhan. Padahal Luhan juga bekerja di kantor yang sama denganku. Dia juga dari keluarga baik-baik. Bagaimana bisa ia berpendapat Luhanie-ku adalah gadis sembarangan?" Sehun terlihat frustasi.

"Memang hyung-mu sudah tahu kau berpacaran dengan Luhan?" Tanya Kyungsoo terkejut.

"Tidak, sikapnya tidak menunjukkan kalau ia tidak menyukai Luhan. Padahal aku sangat mencintainya, Soo, aku tidak mau dengan gadis lain…"

Kyungsoo menghela nafas bingung. Harus bagaimana ia membantu Sehun?

"Hyung-ku selalu tahu gadis yang dekat denganku. Dan semuanya tidak satupun di sukainya. Entah apa yang ada di pikirannya. Katanya, jika aku tidak berhasil menemukan gadis yang sesuai maka ia akan menjodohkan aku…" Sehun kembali memelas.

Sementara Kyungsoo mengerutkan keningnya bingung. Sehun memiliki kakak yang seperti itu? Ia baru tahu. Selama 3 tahun persahabatannya dengan Sehun, tak sekalipun Kyungsoo bertemu hyung dari sahabatnya itu. Hanya saja ia sering mendengar namanya. Tentu saja.

Businessman muda yang sudah mapan, berhasil mengelola perusahaannya dengan 'cantik' bahkan mengurusi sahamnya yang tersebar di mana-mana. Siapa yang tidak mengetahuinya? Banyak gadis yang memujanya, mengidamkan pasangan hidup sepertinya. Belum lagi wajah tampan, di tunjang fisik yang menawan. Mungkin. Karena Kyungsoo belum pernah melihat seperti apa sosok seorang Kim Jongin, kakak dari namja yang sekarang tepat di hadapannya. Dan Kyungsoo tidak ingin repot-repot mencari tahu. Yang ia tahu hanyalah, sikap dingin dan 'kejam' dari namja itu. Ia sangat membenci sifat Kim Jongin yang arogan dan seenaknya saja mencampakkan gadis.

"Kakakmu kolot sekali, Sehunna. Ya Tuhan, perjodohan? Yang benar saja?" Komentar Kyungsoo tidak percaya.

"Makanya, aku pun bingung. Aku ini sudah dewasa, kenapa dia suka sekali mengaturku? Tidak ada ibuku, giliran dia yang menyetir hidupku. Aaarrgghh….." Sehun mengacak-acak rambut hitamnya.

"Luhanie! Disini!" Panggil Kyungsoo pada gadis pirang yang baru saja memasuki café. Luhan bergegas mendekati meja mereka dan duduk di kursi yang tersisa.

"Chagi, kau baik-baik saja? Kenapa meneleponku? Mianhae, aku baru datang." Luhan menatap Sehun cemas, karena namja itu membenamkan wajahnya di antara tangannya di atas meja. Luhan menatap Kyungsoo dengan tatapan bertanya. Kyungsoo hanya mendengus malas, kemudian menjawab, "Hyung-nya".

Luhan mengangguk paham, kemudian beringsut mendekati namjachingu-nya dan membelai surai namja itu. Merasakan sentuhan kekasihnya, Sehun mengangkat kepalanya dan memeluk Luhan erat. Tak lupa ia kembali menyembunyikan wajahnya di bahu Luhan. Kyungsoo tersenyum geli melihat tingkah manja Sehun, begitu pula Luhan. Mereka sudah hapal kebiasaan Sehun jika namja itu sedang ada masalah. Sifat manja dan childishnya langsung menguar.

"Sudahlah, Sehunna. Pasti ada cara untuk meluluhkan hyung-mu…" Bujuk Luhan lembut. Sehun mengangkat wajahnya, kemudian menatap Luhan lekat.

"Aku tidak mau dijodohkan, chagiya. Bagiku, jodohku hanyalah Xi Luhan." Kata Sehun pelan.

Luhan yang mendengarnya pun merasa sedikit terharu. Ia pun sama, ia juga tidak mau berpisah dengan Sehun. Baginya Sehun adalah yang pertama dan yang terakhir.

"Ehem... Sebaiknya kita pikirkan cara agar hyungmu mau merestui hubungan kalian. Pasti ada cara yang membuatnya bisa luluh." Kyungsoo memecah keheningan yang sempat tercipta di antara mereka.

"Kalau aku boleh jujur Sehunna, aku sangat membenci kakakmu. Kau boleh bilang aku tidak waras karena ini, tapi aku benar-benar tidak suka dengan sikapnya yang keterlaluan. Yah, aku memang belum pernah bertemu dengannya, hanya saja aku muak terus mendengar berita tentangnya yang seenaknya mempermainkan gadis. Aku benci sekali pria seperti itu. " Gerutu Kyungsoo panjang lebar.

"Kau pikir aku tidak sebal melihatnya begitu? Aku sudah bosan mengingatkannya, ia tidak pernah mendengarkan aku. Ia begitu bebas dengan gadis, sedangkan aku terus saja diatur ini dan itu olehnya! " Sehun ikut mengomel.

"Ssssstt, chagi... Jangan keras-keras bicaranya. Semua orang melihat ke arah kita! " bisik Luhan seraya mengusap bahu kekasihnya.

Sehun hanya menunjukkan cengiran kecilnya, kemudian berbisik pelan, "Mianhae. "

Mereka terdiam sejenak memikirkan cara agar keluar dari masalah ini. Tiba-tiba Sehun menepuk keningnya sendiri. "Astaga, kenapa aku tidak terpikirkan cara ini dari tadi?"

Luhan dan Kyungsoo menatap Sehun cerah. "Benarkah, Sehunna? Apa itu? " Tanya Kyungsoo semangat.

"Mengapa aku tidak membawa saja seorang gadis untuk mengelabuinya ?"Sehun mengatakannya dengan mata berbinar.

Sontak Kyungsoo memukul tangan Sehun keras. "Ya! Bagaimana dengan Luhan, pabbo?"

"Kan hanya pura-pura,Soo. Kalau membawa gadis yang sama sekali asing, kurasa hyung-ku mau mempertimbangkannya. Aku takut dia nanti berbuat macam-macam jika aku membawa Luhanie."

"Masalahnya siapa yang mau menjadi kekasih pura-puramu?" Tanya Kyungsoo.

Hening sejenak, sebelum Luhan menyuarakan pikirannya. "Kenapa tidak kau saja Soo? Berpura-pura menjadi kekasih Sehun, kurasa kau pantas."

Kyungsoo tersedak minumannya mendengar ucapan Luhan. "Uhukk...uhuk... Aku tidak salah dengar? Kau bercanda, Luhanie!"

.

.

.

"Kau benar-benar gila, Sehun! "

"Pokoknya kita lakukan sandiwara ini sebaik mungkin. Kau sudah menyetujuinya kemarin Soo, tak ada penolakan! " bisik Sehun sambil menggandeng tangan Kyungsoo.

Saat ini mereka berada di mansion keluarga Kim, di mana sebuah pesta meriah sedang berlangsung. Kyungsoo terlihat sedikit minder berada di sini, maklum saja tamu pesta ini semuanya dari kalangan atas. Kyungsoo bisa melihat banyak pengusaha tenar disini, bahkan beberapa artis jika ia tak salah lihat. Sehun terus menggandeng Kyungsoo masuk ke aula rumahnya, membuat Kyungsoo takjub dalam hati.

Sehun yang menyadari kegelisahan Kyungsoo, meremas erat jemari Kyungsoo dalam genggamannya. Jari-jari mungil itu mulai terasa dingin. "Tak apa, Kyungsooya. Ada aku dan Luhan. Kau jangan gugup. Kau sangat cantik kok, tidak usah merasa minder. " Ujar Sehun menenangkan, kemudian melayangkan tatapan matanya beberapa meter dari tempatnya berdiri, dimana Luhan sedang tersenyum menyemangati Kyungsoo.

Kyungsoo mengangguk pelan, kemudian menarik nafas dalam. Ia beranjak mengambil minuman yang diedarkan waiter. Ia menoleh ketika Sehun menepuk bahunya pelan.

"Aku akan pergi sebentar. Sepertinya aku harus mencari hyung-ku. Dia belum kelihatan dari tadi. Sebentar ya! "

Kyungsoo mengangguk pelan, kemudian kembali mengedarkan pandangannya. Tidak ada yang dikenalnya disini, kecuali Sehun dan Luhan tentu saja. Akhirnya Kyungsoo memilih membawa minumannya dan melangkahkan kakinya ke arah pintu samping ruangan besar itu. Ternyata benar dugaan Kyungsoo, tepat di luar pintu itu dalah taman.

Kyungsoo pun mendekati bangku di taman itu, kemudian mendudukkan dirinya. Ia menolehkan kepalanya mengamati taman ini. "Bersih sekali. Pasti sangat enak memiliki taman sebesar ini. " gumamnya pelan.

Pandangannya jatuh ke sudut kanan taman itu, ada lahan yang dikelilingi pagar kecil disitu. Penasaran, Kyungsoo mendekatinya. Ternyata itu adalah kolam ikan, dengan air terjun mini dan bebatuan koral. Tepat disamping dan diatas kolam itu dipasang lampu taman, sehingga terlihat sangat indah.

Kyungsoo tertawa kecil. "Sangat Sehun sekali. "

Sebuah sentuhan di bahunya membuatnya menoleh, dan ia mendapati seorang pria dengan setelan jas hitam dan kemeja biru laut tengah memandangnya intens.

"Apa yang kau lakukan disini, nona? Pesta berlangsung di dalam, bukan disini. " ujar pria itu pelan dengan suara bassnya, disertai senyum tipis.

Kyungsoo sedikit terpaku dengan ketampanan namja itu. Mata gelap yang tajam dan menawan, rahang tegas, rambut hitam yang tersisir rapi ke belakang, dan jangan lupakan, bibir yang terlihat seksi di mata Kyungsoo. Jujur saja, jantungnya berdebar tak menentu.

Seketika Kyungsoo tersadar dan balas tersenyum pada namja di hadapannya. "Aku bosan di dalam. Banyak orang yang tak kukenal."

"Oh ya? Lalu kau datang kesini bersama siapa? " tanya pria itu memancing.

"Bersama kekasihku, dia adalah adik dari tuan rumah yang memiliki pesta tidak jelas ini. "

"Maksudmu kau kekasih dari Kim Sehun, adik Kim Jongin itukah? "

"Ne, tentu saja. Ia menghilang begitu saja, katanya ingin mencari kakaknya yang menyebalkan itu. " sungut Kyungsoo.

Pria itupun menaikkan sebelah alisnya, kemudian mengeluarkan smirk tipisnya. "Darimana kau tahu Kim Jongin itu menyebalkan? "

"Tentu saja semua orang tahu bagaimana ia mencampakkan gadis-gadis yang mengemis cintanya. Cih! Jahat sekali! " Sembur Kyungsoo berapi-api.

"Begitukah menurutmu? " Pria ini kemudian menghimpit tubuh Kyungsoo ke pagar pembatas kolam. Tangannya terulur merangkul pinggang Kyungsoo, sementara tangan lainnya meraih sejumput rambut halus gadis itu.

"Kau cukup cantik untuk mendampingi Sehun. Kau terlihat menggoda sekali nona... "

Kyungsoo yang terkejut tidak bisa berbuat apa-apa, tubuhnya hanya bisa diam tanpa melawan saat pria misterius ini mulai menggapai bibirnya. Awalnya pria ini hanya menempelkan bibirnya pada bibir heart-shape milik Kyungsoo, namun menyadari bibir mungil ini sedikit terbuka-karena terkejut- ia pun tak melewatkan kesempatan untuk melumat bibir itu.

Kyungsoo benar-benar tak mampu berbuat apapun, dirinya terbuai oleh sentuhan pria yang tengah menciumnya ini. Perlahan ia memejamkan matanya dan mengikuti permainan sang pria, mengingat ia tak begitu pandai melakukan hal ini. Ini adalah pengalaman terintimnya bersama seorang pria.

Ketika kebutuhan akan udara mendesaknya memutus ciuman ini, Kyungsoo memalingkan wajahnya yang merona. Ia tak habis pikir akan memberikan ciuman pertamanya pada pria yang tak dikenal ini. Pria itu pun melepaskan rangkulan tangannya di pinggang Kyungsoo. Kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana panjang hitamnya.

"Ternyata selera adikku benar-benar rendahan. " Kalimat dingin itu terlontar dari mulut sang pria.

Kyungsoo mendongak menatap wajah sang pria, yang sudah memasang ekspresi datar dan dingin. Ia menatap Kyungsoo meremehkan.

Seketika Kyungsoo pun menyadari, siapa pria yang barusan menciumnya ini. Ia pun balas menatap penuh kebencian pada pria di hadapannya ini. Mendadak Kyungsoo merasa seperti gadis gampangan, karena membiarkan pria yang dibencinya mencium dirinya begitu saja.

"Ka-kau...kau... Kim Jongin. Ternyata kau memang brengsek! Aku sangat muak dengan dirimu! "

"Gadis pintar. Harusnya kau katakan itu sebelum kau menerima ciumanku. Kau jangan munafik nona, kau juga menikmatinya kan tadi? Akui saja jika aku memang memuaskan." Ucap Jongin dengan santai.

PLAKK!

Suara tamparan keras pun terdengar. Dengan menahan amarah yang membuncah di dadanya, Kyungsoo berjalan cepat meninggalkan Jongin di sudut taman itu setelah melayangkan tangannya ke sebelah pipi Jongin. Pria itu memandang punggung sempit Kyungsoo yang menjauh sambil menyeringai puas.

.

.

.

"Kyungsooya, darimana saja kau? Aku mencarimu dari tadi! " pekik Luhan begitu Kyungsoo muncul di ruangan pesta itu.

"Antar aku pulang, Luhanie. Jebal... " Kyungsoo berusaha memohon pada sahabatnya ini.

"Tap-tapi pestanya-..."

"Kumohon, Luhanie, kepalaku pusing sekali. Aku ingin pulang. " Pinta Kyungsoo pelan. Tak sengaja pandangan matanya tertuju pada Jongin, pria itu ternyata juga sudah kembali dari taman tadi. Tampak Jongin sedang merangkul erat seorang gadis cantik bergaun peach dengan rambut dicat merah, dan bibirnya menempel di telinga gadis itu seperti sedang berbisik. Kemudian gadis itu pun tertawa sambil mengerlingkan matanya mendengar entah apa yang dibisikkan Jongin. Kyungsoo yang melihat itu semua benar-benar sudah muak, ia ingin cepat-cepat pergi dari sini.

"Hei, darimana saja kau Soo? Kau sakit? Wajahmu sedikit pucat... " Sehun menghampiri mereka terburu-buru.

"Dia ingin pulang Sehun, sedikit pusing katanya. " Luhan menjelaskan.

"Tapi, hyungku belum bertemu denganmu, Soo. Paling tidak ia harus tahu aku sudah memiliki kekasih. " Sehun berusaha menahan Kyungsoo.

"Aniyo Sehun, aku benar-benar tidak kuat. Lain kali saja bertemu hyung-mu ne? Jebal... " Kyungsoo berusaha mengeluarkan suara memelasnya.

Sehun masih menimbang-nimbang, tapi ia juga tidak ingin Kyungsoo tambah sakit.

"Lagipula hyung-mu sedang sibuk, sepertinya ia tidak sempat hanya untuk berkenalan dengan kekasihmu. " Ucap Kyungsoo menyindir sambil mengarahkan dagunya ke tempat Jongin berdiri.

Sehun mendengus sebal melihat arah yang ditunjuk Kyungsoo, namun ia pun mengangguk. Kyungsoo tersenyum kecil, kemudian memeluk Sehun sekilas dan mengecup pipi namja itu. Luhan pun menatap Sehun, meminta izinnya juga untuk mengantar Kyungsoo. Sehun mengangguk mengerti, dan ia mengatakan "saranghae" tanpa suara kepada Luhan, yang dibalas senyuman gadis itu.

Seorang pria pun memperhatikan lekat kejadian tadi. Ia melihat adiknya itu berbincang dengan dua orang gadis, dan tak lama kedua gadis itu pergi meninggalkan ruangan pesta. Kim Jongin-pria tadi- meminum wine di gelasnya perlahan. "Do Kyungsoo... Kau pikir kau bisa membodohiku." Bisiknya menyeringai.

.

.

.

ToBeContinue