THE AQUA AGE

Inspirasinya dari komik lama dengan judul yang sama. semoga belum pernah ada yang buat jadi FF ya

Pengalaman pertama share disini. kalau ada kesalahan, terutama teknis penulisan maupun teknis sharing, silahkan dikritik di bagian review.

akan diupdate segera :)

Kenapa MarkMin? sebetulnya masih galau antara Jaemin Mark atau Jaemin Jeno. yang jelas nanti akan berkembang jadi NoMin, MarkHyuck dan sebagainya. semuanya pelan-pelan ya, karena disini menggambarkan karakter yang masih anak-anak dan baru beranjak dewasa.

.

disclaimer: i do not own anything

NCT, NCT127, NCT DREAM, Mark, Jaemin, Haechan, Jeno, Renjun, dan lain-lain adalah milik SMent.

.

happy reading!

.

CHAPTER I

Belum menjadi dewasa

Namun masih terlalu dini untuk disebut "the blue age", usia remaja

Kalau diibaratkan,

Tumbuh dari putihnya usia anak-anak

Perlahan berubah menjadi remaja

The blue age

Kini aku berada, diantara fase perubahan itu

The Aqua Age

Namaku Na Jaemin.

Kelas VI sekolah dasar. Usia yang sedikit rumit. Untuk beberapa alasan, kami, murid kelas VI adalah pelindung bagi adik-adik kelas

"Pagi Nana" sapa sahabatku, Hwang Renjun.

Aku, Renjun, dan salah satu anak laki-laki lain, Mark, tinggal di daerah yang sama. Malah aku dan Mark tinggal bersebelahan. Butuh sekitar 20menit untuk berangkat ke sekolah. Kami bertiga murid kelas VI. Setiap pagi berangkat sekolah bersama dengan adik-adik kelas. Bagi mereka kami adalah pelindung mereka.

Namun dibandingkan dengan siswa SMP, kami masih anak-anak...

The Aqua Age

Pertengahan libur musim dingin

Hari ini tahun baru, aku diizinkan untuk bangun siang. Tapi malah bangun lebih pagi dari biasanya.

Hal yang paling aku suka saat tahun baru adalah melihat kartu ucapan tahun baru. Walau mungkin agak ketinggalan zaman, tapi di daerahku, saling mengirim kartu ucapan tahun baru masih merupakan tradisi yang belum ditinggalkan. Aku sangat penasaran menantikan siapa yang mengirimiku karti tahun ini, dan apa isinya. Maka selesai bersih-bersih, aku segera turun mengecek kotak surat, yang ternyata masih kosong.

"Eugh ternyata belum datang" gerutu ku sambil kembali masuk kedalam

"Apanya yang belum datang?" Eomma bertanya kepadaku sambil masih sibuk merapikan meja dan menyiapkan sarapan tahun baru.

"Kartu tahun baru Eomma" jawabku malas.

"Kau ini, tentu saja belum datang. Ini masih pagi sekali. Kartu baru datang pukul 10. Lebih baik kau bantu Eomma menyiapkan sarapan". Ibuku malah menyuruhku membantu menyiapkan sarapan...

"Tidak mau Nana bosan" sambil melarikan diri ke ruang keluarga

"Dasar anak nakal"

The Aqua Age

"Selamat tahun baru, semoga tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya" ujar seluruh anggota keluarga yang kini duduk melingkari meja makan. Aku, Appa, Eomma, dan kakak laki-laki ku.

"Ehm, ini. Selamat tahun baru untuk kalian" Appa membagikan amplop kepada aku dan kakak. Angpao tahun baru yang paling dinanti-nanti setiap anak di tahun baru

"Terima kasih Appa!" Ujar kami berdua bersamaan sambil dengan senang hati mengambil amplop yang diulurkan Appa.

"Kring kring" bunyi denting bell yang dipasang didepan kotak surat terdengar ditengah-tengah acara makan tahun baru kami. Aku senang sekali mendengarnya

"Nana yang ambilkan!" Seruku langsung berlari menuju pintu depan. Kakak ku sampai tertawa melihat antusiasku.

"Wow banyak sekali" seruku girang. Udara yang dingin membuatku buru-buru mengambil tumpukan kartu tersebut dan masuk kerumah.

"Lanjutkan makanmu dulu Nana, baru kita bagikan kartunya" suara tegas Appa membuatku menyeret langkah kembali ke ruang makan.

"Untuk Appa, untuk Appa, untuk Appa" selesai makan tahun baru, aku selalu bertugas untuk membagikan kartu untuk keluarga kami. Begitu selesai aku langsung merasa kecewa. Aku hanya mendapat 4 kartu. Renjun. Jeno, ah aku tidak mengirimkan kartu untuk Jeno. Selalu begitu. Aku mengirim kartu untuk Haechan tapi Haechan tidak membalasnya. Hal itu sering terjadi. Kau mengirim kartu namun tidak mendapat balasan. Yang tidak kau kirimkan malah mengirimkan. Huh membingungkan

"Pak guru, dan terakhir dari Mark" huh aku merasa bosan melihat kartuku. Aku mengintip ke pundak kakak.

"Waaaaaa Doyoung hyung dapat kartu ucapan dari laki-laki" aku langsung ribut sambil merampas kartu yang dipegang kakak ku.

"Anak bodoh itu kartu dari guruku" ujarnya sambil mengambil kartunya. Dan menjitak kepalaku.

"Hyung kau tidak perlu menjitakku. Sakit tau" aku langsung refleks mengelus kepala malangku.

"Hey kamu juga dapat kartu dari anak laki-laki! Coba kulihat siapa anak laki-laki bodoh yang mengirimimu kartu" ujarnya sambil mengambil satu kartu untukku.

"Untuk Na Jaemin dari Mark Lee. Mark tetangga sebelah? Wahhhh membosankan" kakakku melempar kartu dari Mark begitu saja.

"Ughhh biar saja memangnya kenapa kalau dari Mark?" Gerutu ku sambil membuka kartu berwara hijau tersebut.

Eh kosong? Kosong? Aku membolak balik kartu tersebut dan tidak tertulis apa-apa disana. Apakah Mark lupa menuliskan sesuatu untukku? Apakah Mark terlalu sibuk belajar untuk ujian masuk SMP? Mengingat Mark merupakan murid jenius yang gila belajar. Aku merasa bingung dengan kartu tersebut. Mungkin lebih baik aku tanyakan langsung ke Mark.

"Eomma aku pergi kerumah Mark" seruku sambil memakai sendal dan berlari keluar rumah. Rumahku dan Mark memang bersebelahan. Hanya dipisahkan oleh satu gang yang tidak terlalu besar

"Selamat pagi ahjumma selamat tahun baru" aku membungkuk menyapa Nyonya Lee saat beliau membukakan pintu.

"Selamat pagi Jaemin, selamat tahun baru. Masuklah, Mark ada dikamarnya" ujarnya sambil mengelus belakang kepalaku. Bertetangga sejak lama memang membuatku sering bolak-balik rumah Mark. Begitu pula sebaliknya.

"Lee MinHyung" aku masuk kamarnya sambil berseru memanggil nama kecil Mark.

"Eh Nana, masuklah" Mark menjawab tanpa menengok ke arahku. Dia sedang agak sibuk nampaknya.

"Kau sedang apa Mark? Sibuk sekali?" Aku mengintip dari balik punggung sahabat kecil ku tersebut.

"Sedang menyelesaikan kartu tahun baru" jawabnya sambil sibuk terus menulis.

"Apa? Baru menulis? Lalu kau mau kirimkan kapan? Ini sudah sangat terlambat" aku sangat kaget ternyata Mark sedang sibuk menulis kartu ucapan tahun baru. Dia ini terlalu sibuk belajar atau bagaimana?

"Kau ini bagaimana Nana? Kartu ucapan tahun baru yang benar memang dituliskan pada saat tahun baru"

"Kau yang bagaimana, tuan lee. Memangnya kalau kau tulis sekarang bagaimana akan sampai? Seharusnya kau menulis sekitar tanggal sepuluh. Lalu kau kirimkan sekitar tanggal 15 sampai 20. Maka akan sampai tepat waktu pada tahun baru. Kau ini kan sangat pintar masa begitu saja tidak mengerti?" Celotehku panjang lebar. Aku kadang memang tidak mengerti jalan pikir Mark. Apa karena aku bodoh?

"Kau ini cerewet sekali Nana. Kenapa kau malah pintar dalam hal yang tidak penting." Wajah Mark masam namun masih sibuk menyelesaikan kartunya.

Huh aku pura-pura tidak dengar

"Tapi kartumu buatku, itu, sampai tepat waktu dan..."

"Kartu itu, aku buat semalam dan aku antarkan sendiri pagi tadi" Mark menyela ucapanku pelan.

"Oh begitu, kalau begitu kenapa kartunya kosong? Tidak ada tulisan apa-apa di sini Mark" tanya ku sambil menyodorkan kartunya

"Ah sial" Mark menutup wajahnya "aku lupa memakai tinta biasa. Itu tinta minyak timbul. Kau harus memanaskannya supaya tulisannya kelihatan" sambung Mark lagi sambil masih menutup wajahnya.

"Aaah begitu. Aku pikir kau mengerjaiku. Habis kartunya kosong dan tidak ada tulisan. Kalau begitu akan aku panaskan sekarang" ujarku sambil mendekati penghangat ruangan tradisional Mark.

"Eeeh jangan disini. Isinya memalukan jangan disini bahaya" Mark panik langsung menabrak tubuhku yang dekat dengan tungku pemanas ruangan miliknya. Karena kaget, aku tidak sengaja melepaskan peganganku

"Aa...hh kartunya terbakar" gumamku sambil melihat api perlahan menjilat kartu ucapan tahun baru berwarna hijau tersebut. Detik berikutnya aku sadar kalau tubuh Mark ada tepat diatasku. Walau Mark adalah sahabat kecil ku, aku, tidak pernah berada dengannya seperti ini. Sedekat ini, dengan posisi yang seperti ini...

Selama beberapa detik Mark hanya menatapku dengan tatapan yang tidak pernah aku lihat sebelumnya

"K-kartunya. Harus kau ambil kartunya. Bahaya kalau terbakar" aku berseru sambil menunjuk ke arah tungku.

Mark bangkit dan mengambil sumpit. Kemudian membawa kartu tersebut ke balkon. Dan menyiramnya dengan air.

"Rusak deh. Mark memang apa yang kau tulis sih di kartu itu? Kartunya sudah rusak. Katakan saja. Aku mau tahu" seru ku ribut dibalik punggung Mark. Memang sudah tidak terbaca sama sekali. Sebagian besar kartu nampak hangus. Saat aku lihat wajah Mark, tidak tau apa karena hawa dingin atau apa, wajahnya terlihat memerah.

"Kau ini, ribut tentang kartu tahun baru terus. Lupakan saja lah. Lebih baik kita ke kuil untuk berdoa. Ayo cepat" Mark buru-buru masuk kamar dan mengambil mantelnya.

"Ugh menyebalkan. Aku ambil mantel dulu. Tunggu aku di gang sebelah" aku berlari pulang untuk mengambil mantelku.

Mark agak diam saat kami berjalan bersama ke kuil.

'semoga tahun ini nilaiku meningkat, bisa diterima di SMP favorit' doa Nana didepan kuil.

'ugh, dasar bodoh, dasar kikuk, tahun ini aku harus berani ungkapkan ke Nana' doa seorang anak laki-laki lain.

.

.

Pada akhirnya, aku tidak mengetahui,

apa yang sebenarnya ditulis oleh Mark...