Title: Unbreakable

Disclaimer: The character isn't mine. But i`ts © Masashi Kishimoto

Pairing: Hinata H. & Naruto U.

Rated: T

Genre: Romance & Angst

Sumary: Hinata adalah seorang Putri Mahkota dari kerajaan Andalaesha. Namun, dia memiliki kelainan yang membuatnya tidak pernah keluar dari Istana. Sampai suatu hari dia bertemu dengan seorang pemuda yang mampu ?

.

.

.

^Unbreakable^

.

.

.

Nun jauh disana, terdapat sebuah negeri berbentuk kerajaan yang bernama Andalaesha. Sebuah negeri kecil namun negeri yang sangat damai. Dimana penduduknya hidup tenteram dibawah kepimpinan seorang raja tegas dan bijaksana, yaitu Hyuuga Hiashi.

Hyuuga Hiashi memiliki seorang putri semata wayang yang bernama Hyuuga Hinata. Putri Hinata baru berusia enam belas tahun. Dia memiliki kondisi fisik yang sangat lemah. Dan dia mengidap penyakit bawaan dari almarhumah ibunya, yaitu lemah jantung.

Karena penyakit bawaan yang dideritanya, Putri Hinata jarang sekali keluar istana. Setiap ada tugas dinas yang harus dia hadiri pasti selalu diwakili oleh sepupunya Pangeran Neji. Padahal, kelak Hinata lah yang menjadi pemimpin bagi negaranya.

.

Putri Hinata memang lemah secara fisik, namun dia memiliki semangat juang yang sangat besar. Hanya saja Raja Hiashi terlalu mengkhawatirkannya. Suatu hari di pagi yang cerah, sang putri tengah mempersiapkan perlengkapan berkudanya. Putri Hinata memang tidak terlalu pandai dalam berkuda. Namun keinginannya untuk bisa sangat kuat.

"Hinata-hime,apa anda sudah siap?"tanya seorang pelatih berkudanya. Yang diketahui bernama Yakushi Kabuto.

"U-hum," jawab putri itu.

Mereka berlatih berkuda disekitar halaman belakang istana. Putri Hinata tampak anggun menunggangi kuda putihnya yang ia beri nama Snow. Langkah kuda yang sebelumnya pelan dan tenang, kini berubah menjadi kencang dan tak terkendali.

`Hieeeeeh!'ringkik Snow yang tampak kaget setelah ekornya digigit oleh Pushy kucing istana milik Putri Hinata.

"Uwaa!"teriak Putri Hinata. Ia mencoba mengendalikan kudanya dengan menarik tali kekang kudanya. Namun sia-sia. Snow justru mempercepat langkahnya.

Ketupak... Ketupak... Ketupak

Kabuto berusaha mengejar Putri Hinata dengan kudanya. Namun ia tak dapat mengejar sang putri dikarenakan langkah Snow yang sangat kencang. Hinata sangat panik dan ketakutan. Dia menyadari bahwa dirinya kini telah keluar dari kawasan istana dan menuju kearah hutan. Tak ada yang dapat dia perbuat kecuali menangis dan berteriak minta tolong. Pegangannya pada tali kekang kudanya semakin kencang.

"Tolong! Siapapun tolong aku! Hiks,"teriaknya.

Putri Hinata semakin terbawa jauh kedalam hutan. Dan didalam hutan sana tak ada seorang pun yang mendengarnya. Hingga dia melihat diujung jalannya terdapat sebuah jurang. Putri Hinata menjerit sejadi-jadinya.

"Toloong! Tolong! Tolong aku! Siapapun itu tolong aku! Kami-sama aku belum mau meninggal, huwee hiks,"teriaknya histeris.

Hinata menutup kedua matanya, dia tak sanggup melihat jalan didepannya. Dia hanya bisa menangis dan pasrah menerima nasib. Dia terus memohon dan berdoa kepada sang Kami agar dia diselamatkan. Matanya terbuka saat dia mendengar ada suara berat yang berbicara padanya.

Seorang pemuda bersurai pirang dengan iris mata seteduh langit kini sedang berusaha membantunya. Dengan cekatan pemuda tersebut mengambil akar-akaran dan menyangkutkannya pada leher sang kuda. Ditariknya akar-akaran tersebut dengan sekuat tenaga.

"Kau juga harus menarik tali kekangnya!"perintah pemuda tersebut.

Hinata mencoba apa yang diperintahkan pemuda tersebut kepadanya. Ditariknya keras-keras tali kekang kudanya.

`Hieeeeeh!'ringkik Snow. Snow mengangkat kedua kaki depannya, sehingga Hinata hampir terjatuh kalau saja ia tidak berpegang erat.

"Hei hei kuda manis, tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu,"ucap pemuda tersebut sambil mengusap-usap perut kuda Putri Hinata.

Entah apa memang pada dasarnya Snow penurut atau karena pemuda tersebut ahli menjinakkan binatang. Kuda tersebut langsung tenang. Aneh. Setelah kudanya tenang, pemuda tersebut mencoba membujuk Hinata untuk turun.

Sesekali isakan Hinata terdengar dan sepertinya dia sangat takut untuk menggerakkan anggota badannya. Dia takut kalau gerakan yang dia lakukan mengusik ketenangan kudanya. Tubuhnya bergetar hebat. Sepertinya dia mengalami shock.

"Nah sekarang kau turunlah,"ucap pemuda itu sambil tersenyum.

"..."

"Tidak apa-apa, kau tak perlu takut lagi. Kudanya sudah tenang kok,"ucap pemuda itu lagi kali ini tangannya terulur untuk membantu sang putri turun.

Pada awalnya Hinata ragu, namun perlahan dia menyambut tangan berwarna tan tersebut.

Hap!

Hinata berhasil turun dari kudanya.

"Nah, seka-"ucapan pemuda tersebut terpotong ketika melihat gadis didepannya jatuh tidak sadarkan sigap pemuda tersebut menangkap Hinata.

.

Hinata mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Kepalanya terasa sedikit pusing. Namun iris lavendernya melebar begitu melihat ruangan yang ia tempati. Ruangan yang sangat asing dan jauh berbeda dari tempat tinggalnya. Sebuah gubuk reyot dimana terdapat sebuah dipan dan beberapa perabot rumah yang tampak lusuh.

'Aku ada dimana?'batinnya.

"Eh? Kau sudah bangun rupanya, kukira kau masih pingsan,"ucap pemuda yang menolong Hinata tadi.

"Ini dimana?"tanya Hinata dengan suara lemah.

"Oh ini dirumahku, eh bukan sih ini rumah kakekku sebenarnya karena aku belum punya rumah,"balas pemuda itu dengan ceria.

"Naruto, ini kakek buatkan teh hangat untuk temanmu,"seorang kakek tua muncul dari balik kain, yang ternyata adalah dapur.

"Iya kek,"sahut pemuda yang bernama Naruto tadi.

"Ini diminum dahulu tehnya, cucuku telah menceritakan semuanya padaku,"ucap sang kakek ramah. Sambil menyodorkan segelas teh hangat.

"Arigatou,"balas Hinata dengan senyuman tipis.

"Sepertinya wajahmu itu familiar sekali, tapi dimana ya? Aku lupa,"ucap kakek tersebut sambil menggaruk-garukkan kepala yang tidak gatal.

"Kakek itu kan sudah tua, pasti kakek pikun. Oh ya, siapa namamu?"tanya Naruto.

"Hinata."

"Rasanya aku pernah mendengar nama itu, tapi dimana ya?"tanya kakek itu lagi.

"Hi-hinata? Kau Hinata-hime?"tanya Naruto antusias.

"Oh iya aku ingat sekarang kau adalah tuan putri Hinata kan? Pantas aku pernah mendengar namamu,"kata sang kakek sambil mengangguk-angguk pertanda mengerti.

Keadaan istana...

Raja Hiashi tampak sangat panik, dia mengerahkan 200 pasukan berkuda untuk menemukan putri semata wayangnya. Sedangkan Kabuto, dia terancam terkena hukuman atas kelalaiannya menjaga Putri Hinata.

Seorang penasehat kerajaan mengusulkan untuk mengungumkan kejadian ini kepada seluruh masyarakat dan bagi masyarakat yang berhasil menemukan tuan putri akan mendapat upeti.

Raja Hiashi menyetujui usulan tersebut. Barangsiapa yang berhasil menemukan tuan putri dia akan mendapatkan 100 keping koin emas. Tanpa disadari oleh raja Hiashi, sayembara tersebut justru malah membuat putrinya menjadi barang buruan.

.

"Naruto-san apa aku boleh meminta tolong?"tanya Putri Hinata.

"Tentu saja, memangnya Hinata-hime mau minta bantuan apa?"jawab Naruto ditambah cengiran khasnya.

"Aku tidak tahu jalan pulang ke istana, karena sebelumnya aku jarang banget keluar istana. Pasti saat ini Tousan sedang khawatir banget sama aku,"jelas Putri Hinata.

"Tuan putri tenang saja nanti aku akan mengantar putri sampai ke istana kok."

"Hontou ni arigatou Naruto-san,"ucap Putri Hinata ditambah seulas senyum. Manis.

"Hehehe sama-sama tuan putri,"balas Naruto dengan cengirannya.

"Umm... bisakah kau memanggilku dengan Hinata saja? Kita seumuran kan? Apa aku boleh memanggilmu Naruto-kun?"tanya Putri Hinata dengan ragu dan tampak malu-malu.

"Tapi kan kau itu seorang putri, calon pemimpin negeri ini. Sangat tidak sopaan apabila aku memanggilmu seperti itu. Tentu saja tuan putri, apapun perintahmu itu,"jawab Naruto. Kali ini wajahnya nampak serius.

"Tidak apa-apa panggil saja aku Hinata, umm... Hinata-chan, sebelumnya aku tak pernah bertemu dengan teman sebaya, kau adalah teman pertamaku, kumohon Naruto-kun,"pinta Hinata-hime.

"Baiklah jika itu maumu Hinata-hime um... maksudku Hinata-chan,"ucap Naruto.

Mereka berdua menghabiskan satu jam untuk berbincang ditepi danau didalam hutan. Suasana yang sangat asri. Sesekali terdengar suara tertawa dari Putri Hinata ketika Naruto bercerita tentang pengalamannya menghajar preman-preman dipasar.

.

Kini mereka tengah berjalan menuju istana. Ya, mereka pulang ke istana dengan berjalan kaki sambil menuntun Snow. Putri Hinata masih enggan menunggangi kudanya. Selama perjalanan mereka lewati dengan berbincang. Namun perbincangan didominasi oleh Naruto diikuti dengan tanggapan ringan dari sang putri.

Ketika mereka sampai didepan gerbang istana. Naruto hampir ditawan oleh tentara penjaga istana karena dikira menculik Putri Hinata. Namun Putri Hinata membantah tuduhan tersebut dan memerintahkan agar Naruto dibebaskan dan dibolehkan masuk kedalam istana.

Raja Hiashi sangat gembira begitu mendengar Putri Hinata telah kembali dengan selamat. Dia lalu menyuruh pesuruh istana untuk memberikan upeti yang ia janjikan kepada Naruto. Namun dengan halus Naruto menolak imbalan tersebut. Karena menurutnya, ia sama sekali tidak mengharapkan imbalan dalam menolong Putri Hinata.

"Tidak usah, terima kasih banyak tapi aku ikhlas kok menolong tuan putri,"itulah kailmat yang diucapkan Naruto berkali-kali ketika dirinya dipaksa menerima imbalan tersebut. Sejujurnya uang 100 keping koin emas bukanlah hal yang mudah untuk didapatkannya. Namun kakeknya selalu berpesan agar jika kita menolong orang kita tidak boleh mengharapkan imbalan. Akhirnya Hinata meminta kepada ayahnya agar imbalan tersebut diganti dengan sebuah jamuan makan malam untuk Naruto dan kakeknya.

"Putriku yang meminta agar kau dan kakekmu itu untuk datang ke acara makan malam bersama. Kali ini kau tidak boleh menolaknya! Ini perintah!"seru Raja Hiashi.

"Baiklah Yang Mulia, perintahmu akan kuturuti,"Naruto membungkuk hormat seraya menjawab ucapan dari Raja Hiashi.

"Naruto-kun terima kasih untuk hari ini. Kuharap kau menghadiri jamuan makan malamku,"ucap Putri Hinata ditambah dengan senyuman tulus yang terukir diwajahnya.

"Baiklah jika itu mau mu, tuan putriku."

TBC~

A/N: Gomen minna kalau fic-nya aneh atau jelek. Maaf kalau masih ada typo, Ries udah coba buat yang terbaik dan inilah hasilnya. Maaf ya kalau fic-nya ngecewain reader.-_-"

Oh iya, di chapter ini unsur romancennya emang belum kerasa, karena ini emang baru awal cerita. Apalagi aroma angst-nya ga ada sama sekali, karena Ries mau buat angstnya ditengah mendekati akhir cerita nanti. Segitu aja dulu deh bacotan Ries.

Kritik, saran, kesan, dan pesan dari fic ini silahkan tuangin aja di kolom review. Flame diizinkan kok^^ asal yang membangun yaa...

Terima kasih buat para reader yang udah baca dan yang udah review.

BigHug for you guys^^

Riesling du Beauvoir.