Awal tahun ajaran baru, hari pertama di sekolah, teman baru, dan hal-hal yang sebenarnya tidak asing tapi entah kenapa mereka menganggapnya istimewa. Tapi Jaemin ada di sini, di deretan kursi ketiga yang menghadap jendela ke lapangan sana.
Wajahnya datar, seperti hari pertama masuk sekolah bukanlah minatnya. Terlebih benda yang paling penting yang seharusnya ia bawa setiap hari tertinggal di rumah karena kakaknya.
Buku sketsa.
"Huft." Entah untuk ke berapa kalinya Jaemin mendengus bosan. Hari pertama di musim panas sudah pasti tidak ada guru yang masuk. Hanya wali kelas baru mereka yang memperkenalkan diri lalu menghilang setelahnya.
Percayalah, seramai apapun kelasnya saat ini tidak ada cerita liburan yang cukup menarik juga teman mengombrol yang cukup seru baginya.
Lee Donghyuck atau Haechan, sahabat nyinyirnya itu pasti sedang asik bergulung di dalam selimut sekarang. Ia beralasan demam untuk meyakinkan ibunnya, sudah pasti itu bohong. Bocah semok itu hanya malas. Yeah malas.
Mata bosannya beralih ke arah lapangan yang ramai. Apa ini sudah istirahat? pikirnya. Dan terjawab saat kelasnya hanya berisi beberapa orang di sana.
Kembali ke lapangan.
Hal membosankan seperti biasa, sekumpulan anak-anak tukang pamer yang sedang bermain basket, kurasa.
Enam orang setingkatnya, beradu bermain basket di hari seterik ini. Kalau tidak salah mereka Hyunjin, Guanlin, Sanha dan sisanya ia tidak tahu. Jaemin hanya menggelengkan kepala melihatnya.
"Jaemin-ah, kau ingin sesuatu? Aku mau kekantin." Itu Renjun, si Cina cantik yang bersikeras jadi seme.
"Aku, ikut saja." Jaemin berlari menyusul Renjun yang berdiri di pintu kelas.
...
"Renjunie."
"Hmm?" Rejun yang masih sibuk membuka bungkus jellynya hanya bergumam.
"Kau tahu anak itu?" Jaemin menunjuk seseorang dengan dagunya.
"Siapa?"
"Itu tuuh, yang lagi hadap-hadapan sama Sanha." Telunjuk Jaemin mengarah pada yang di maksud.
"Ohh itu, makanya jangan buku gambar mulu yang kau galauin." Jaemin cemberut mendengar ocehan temannya itu.
"Ish kau ini, aku sudah coba lupakan itu tauk."
"Dia Lee Jeno, anaknya Donghae Ssaem."
"Mwo, dia anaknya Ssaem idaman itu?" Duuh Jaemin cabenya mulai deeh. Renjun hanya menatap datar temannya yang satu ini. "Pantas saja dia mirip seseorang."
Jaemin manggut-manggut. Seketika muncul sesuatu di otaknya dan ia sadar kalau gambaran yang melayang-layang di otaknya tidak mungkin ia gambar di buku catatan dan beresiko di lihat Jaehwan Saem
Arrghh Jaehyun Hyung sialan. Wajahnya kembali kusut sampai akhirnya ia dan Renjun kembali ke kelas mereka.
