Cast:

Lee Sungmin (yeoja)

Choi Minho (namja)

Cho Kyuhyun (namja)

Other Cast:

Lee Donghae, Choi Siwon, Kim Kibum, Kim Jong Woon, Kim Jonghyun, Zhou Mi, Lee Jinki, tuan Kim (namja)

Kim Ryeowook, Lee Hyuk Jae, Henry Lau, Lee Taemin, Key, nyonya Kim (yeoja)

-Full of Sungmin POV-

Aku merapikan rambut panjangku di depan meja riasku. Yak, rapi. Aku memutar-mutar badanku, mengecek apakah ada yang kurang. Seulas senyum tersungging di wajahku. Ne, mulai hari ini, aku, Lee Sungmin memulai kehidupan baruku di SMA. Ah.. membayangkannya saja sudah membuatku terlena. Aku membayangkan surat-surat cinta berwarna merah muda yang berjatuhan saat aku membuka lokerku di pagi hari, sorakan para namja saat aku sedang berjalan, dan hal-hal yang lainnya yang lumrah diinginkan setiap yeoja di dunia ini. Aku tersenyum lagi di depan meja riasku, menyambar tas pink-ku, lalu berjalan menuju dapur.

"pagi eomma, appa, eonni."

Aku mencium bingkai foto yang berada di sebelah vas bunga. Tampak eomma, appa dan eonni-ku tersenyum bahagia di foto itu. Aku memandangi mereka sekilas, sebesit kerinduan mendadak menjalar di sekujur tubuhku. Mereka sudah meninggal 3 tahun yang lalu karena kecelakaan saat hendak pulang ke Ansan dari Seoul, sesaat setelah mereka mengunjungiku yang tinggal sendiri di Seoul. Ne, di kota sebesar ini aku hanya seorang diri. Aku tak mempunyai siapa-siapa lagi setelah mereka pergi. Beruntungnya aku karena sahabat karib eomma dan appa, Tuan dan nyonya Kim yang bersedia membiayaiku sekolah sejak aku SMP, dan membayar biaya apartemenku. Sedangkan biaya makan dan kebutuhan sehari-hariku kucukupi sendiri dengan kerja paruh waktu. Aku sangat berterimakasih kepada mereka, walaupun aku belum pernah bertemu sekalipun dengan mereka. Komunikasiku dengan mereka hanya melalui handphone yang dibelikan oleh mereka. Kata mereka, belum saatnya aku menemui mereka.

Alarm HPku berbunyi menyadarkanku dari lamunanku, segera aku memakan rotiku dan berangkat ke sekolah. Aku berangkat memakai sepeda yang diberikan eomma dan appa saat aku berhasil diterima di SMP favorit dulu. Aku mengayuhnya kencang, yaah sebenarnya kelas masih dimulai lebih dari setengah jam lagi, dan lima menit lagi aku sudah bisa sampai ke sekolah, akan tetapi aku ingin melihat-lihat sekolahku dulu. Sesampainya di sana, aku segera memarkirkan sepedaku.

"Hm.. Ternyata Superclass High School sebesar ini ya." Gumamku saat aku berjalan menyusuri koridor.

Sekolah masih sepi, hanya beberapa sepeda, sepeda motor dan satu mobil yang terparkir. Aku melihat kesana dan kemari. Taman yang terawat, auditorium yang megah, GOR yang keren. Ah, untunglah aku bisa sekolah di sekolah sekeren ini.

Tiba-tiba mataku menangkap sesuatu yang aneh saat melewati kantin. OMG! Aku melihat seorang namja dan yeoja tengah berciuman di kantin yang sepi ini. Aku segera memalingkan pandanganku, menutupi bagian kanan wajahku dengan rambutku dan berjalan dengan cepat. Aku merasa namja itu melihatku.

"waeyo Minho-ah?" yeoja itu menarik lengan namja itu.

"anni.. Ada yang melihat kita, Taemin-ah. Sudah, ya."

Namja itu berlari meninggalkan yeoja itu. Yeoja itu mengerucutkan bibirnya tanda tak suka dengan perilaku namja tersebut. Aku mempercepat langkahku menuju kelasku. Namun tiba-tiba..

"annyeong." Aku menoleh ke asal suara tersebut. Keringat dingin membasahi tubuhku. Namja yang tadi kini berjalan di sebelahku, mengikutiku. Aku hanya diam dan memandang namja ini dari atas sampai bawah. Hm.. Manis. Hanya saja dia mesum.

"waeyo?" ia tersenyum melihat tingkahku. Aku jadi salah tingkah. Sialan.

"gwaenchana." Aku mengarahkan pandanganku ke depan dan mempercepat langkahku lagi.

"ya! Tunggu!" ia mendekat dan menarik bahuku.

"mwo?" aku menepis tangannya dari bahuku dan menatapnya dengan tatapan tak suka.

"anni. Hm siapa namamu?"

MWO? Baru lima belas menit aku berada di sekolah ini, sudah ada yang menggodaku? Sebenarnya dalam keadaan biasa aku akan sangat senang –apalagi mengingat namja ini manis dan cukup tampan- tapi ia baru saja melakukan perbuatan mesum di depanku dan itu yang membuatku tak suka.

"Lee Sungmin." Jawabku singkat sambil meneruskan langkahku, wajahku sedikit menunduk.

"Minnie-ah, nama yang manis." Ia nyengir geje memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Aku hanya memperhatikannya dengan tatapan aneh. Melihatku seperti itu, bukannya tersadar ia malah nyengir semakin lebar. "Choi Minho imnida." Kali ini ia tersenyum sangat manis yang pasti bisa membuat yeoja yang melihatnya tergila-gila padanya. Tapi tidak untukku. Dasar mesum.

"Em, kau kelas berapa Minnie-ah? Hoobae ya?" Kini ia mengalungkan tangannya di pundakku. Aku tersentak dan menatapnya tajam. Ia memperlihatkan smirknya. Dasar setan mesum.

"1-6. Ya! Lepaskan tanganmu di pundakku, sunbae!" Aku menepis tangannya dengan keras, dan dengan cepat ia menarik tangannya, sehingga aku hanya memukul pundakku sendiri.

"aduh.." aku memegangi pundakku. Sialan benar setan mesum itu. Aku menatapnya penuh kemarahan. Ia tersenyum lagi, lalu berbalik. Ia menepuk pundakku dan berkata, "kau ini galak sekali ya.. Tapi aku suka padamu, Lee Sungmin. Sampai bertemu nanti ya." Ia mengerlingkan sebelah matanya lalu pergi meninggalkanku yang hanya bisa berdiri melongo.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"annyeong chingu. Siapa namamu?" sapa seorang yeoja yang berdiri di sebelah kursiku. Aku tersentak lalu menatapnya dari atas sampai bawah. Penilaian pertamaku padanya: cukup manis.

"annyeong, Lee Sungmin imnida." Aku mengulurkan tanganku dan tersenyum penuh arti padanya. Sejak dulu aku dikenal sebagai penggila pink dan penyuka yang manis-manis. Hehe. Ia membalas senyumanku dan menjabat tanganku.

"Kim Ryeowook imnida. Panggil saja Wookie." Ia duduk di kursi sebelahku karena memang hanya itu yang kosong. Aku mengangguk, "kalau begitu panggil aku Minnie saja ya." Ia mengangguk tanda setuju. Cankkaman.. Minnie? Aku jadi ingat sama setan mesum itu.

"Minnie-ah, kenapa kau ingin sekolah di sini?" Wookie membuka pembicaraan. Bel baru akan berbunyi lima belas menit lagi, jadi kami masih ada kesempatan untuk mengobrol.

"hm.. Aku mengincar beasiswa untuk semester 2 sampai semester 6 nanti. Setahuku sekolah ini juga termasuk sekolah yang bagus kan? Hehe." Aku nyengir kuda sedangkan ia hanya manggut-manggut saja.

"memang kau ingin sekolah di sini karena apa, Wookie-ah?" aku menatap yeoja ini langsung di matanya. Ia tampak menunduk sebentar, dari kedua pipinya muncul warna merah.

"aku.. mengejar sunbae yang kusuka sejak dulu." Saat mengatakannya ia terlihat semakin manis, karena rona merah di pipinya kini semakin terlihat jelas.

"wah.. good luck ya, Wookie. Pasti dia orang yang hebat."

Ia mengangguk cepat, "tentu saja! Ia sangat hebat! Ia dulu menjadi ketua osis di SMPku, dan kudengar sekarang di SMA pun begitu. Ia sangat terampil, cekatan, pintar dalam segala hal, dan sangat ramah kepada semua orang. Dulu banyak yeoja yang mengejarnya namun ia tolak dengan halus karena tak ingin menyakiti perasaan yeoja-yeoja tersebut. Ia keren sekali! Apalagi dulu ia satu ekskul denganku, dan kami lumayan dekat." Wookie berbicara tanpa jeda, aku yang melihat hanya bisa tersenyum dan terkekeh pelan. Ternyata memang menyenangkan ya bisa jatuh cinta. Aku yang belum pernah merasakannya jadi iri pada Wookie.

"hihi. Ternyata kau benar-benar menyukainya ya, Wookie-ah. Pasti menyenangkan bisa menyukai namja sebaik itu." Aku tersenyum pada Wookie dan ia membalas senyumku sambil sesekali menggaruk kepalanya. Aigo.. manis sekali.

.

.

.

.

.

Teng.. Teng.. Teng..

Bel masuk pun berbunyi. Speaker yang dipasang di masing-masing kelas pun bersuara mengisyaratkan murid-murid baru untuk berkumpul di auditorium. Aku berjalan sambil sesekali bercanda dengan Wookie. Memang menyenangkan sekali kalau di hari pertama seperti ini sudah mendapatkan teman.

Auditorium Superclass High School sangat luas, bangkunya mungkin dapat menampung ribuan orang. Seperti menonton konser Super junior saja. Hehe. Untunglah kami dapat dengan bebas memilih tempat duduk sehingga aku dan Wookie memilih tempat duduk paling depan, karena selain AC paling sejuk di bagian depan, Wookie ingin memperhatikan sunbae yang disukainya itu berpidato.

Aku memperhatikan sekitarku. Jika di sebelah kananku Wookie, di sebelah kiriku tampak seorang namja dengan rambut acak-acakan menutupi sebagian matanya, dipadu dengan kacamata tebal yang kutaksir dia sudah min lebih dari 3, dan berseragam sangat rapi. Ternyata di era globalisasi manusia tipe seperti ini masih ada juga, ya. Tampaknya ia sadar jika kupandangi, ia lalu menatapku sesaat. Karena aku cuma senyam-senyum saja, ia langsung menunduk, sepertinya ia salah tingkah. Saat aku tengah memperhatikannya, tiba-tiba seseorang sudah berdiri di mimbar dengan membawa mic, sontak seluruh yeoja di auditorium ini menjadi heboh. Ada yang berteriak, ada yang bergosip ria dengan sangat keras, ada yang memotretnya. Pokoknya heboh sekali deh. Untunglah Wookie bukan tipe yeoja seperti itu, ia tetap diam mendengarkan.

"annyeong para murid baru Superclass High School. Naneun Choi Siwon imnida. Aku wakil ketua osis di sini. Berhubung ketua osis belum bisa datang karena suatu halangan, aku akan mewakilinya berpidato di sini.."

Aku memperhatikan namja yang tengah menjadi pusat perhatian tersebut. Choi Siwon namanya. Hm.. tampan sekali dan sepertinya anak yang cerdas, tapi bukan tipeku. Tiba-tiba Wookie menarik tanganku. Tangannya terasa dingin sekali.

"ah rugi aku sudah deg-degan, ternyata ketua osis tidak bisa datang..aigo.." terlihat nada kecewa dalam kata-kata Wookie barusan.

"aiish kau tidak dengar Wookie-ah? Wakilnya berkata ia belum datang, bukan tidak bisa datang."

Wookie tertegun mendengar kata-kataku barusan. Seulas senyum tersungging di wajah manisnya.

"ah, kau benar Minnie-ah!" kini ia menggoncang-goncangkan lenganku. Dasar, kupikir ia berbeda dari yeoja yang lain, ternyata sama-sama heboh. Baru aku akan berkata sesuatu padanya, tiba-tiba..

"Mian aku terlambat!"

Suara yang keras dan lantang menggema di seluruh penjuru auditorium. Ruangan ini mendadak sunyi senyap. Semua pandangan teralihkan kepada seorang namja yang berada di pintu masuk yang tengah menenteng jasnya dengan nafas ngos-ngosan dan rambut yang bisa dibilang acak-acakan, namun tak menghilangkan kesan keren dalam diri namja tersebut. Sontak yeoja-yeoja berteriak kegirangan karena melihat namja itu begitu tampan. Tiba-tiba keringat dingin membasahi kepalaku, jantungku berdegup tak karuan, pandanganku tak bisa lepas dari namja tersebut. Ia memakai jasnya, lalu menggantikan posisi Choi Siwon di atas mimbar.

"Mianhamnida.." ia tersenyum sangat tulus.

Deg!

Deg!

Deg!

"ah.. annyeong haseyo.. aku ketua osis Superclass High School.. mian tadi ada gangguan teknis.."

Deg!

Deg!

"oh ya.. sampai lupa perkenalan nama.. naneun…"

Deg!

Deg!

Deg!

"Choi Minho imnida."

"Kyaaaa!" Para yeoja kini berteriak lebih keras dan mengundang kekesalan para guru. Akan tetapi, susah sekali menenangkan ratusan yeoja di auditorium ini, karena itu para guru mengurungkan niatnya untuk memarahi yeoja-yeoja ini. Aku yakin keringat dingin meluncur deras menghujam seragamku. Setan mesum yang menggodaku pagi tadi itu ketua osis yang dibangga-banggakan oleh Superclass High School? Aigo.. aku tak bisa mempercayai itu! Jadi.. ini yang ia maksud 'sampai bertemu nanti' tadi pagi?

"kyaa.. Minnie-ah, dia keren sekali kan?" Wookie membuyarkan pikiranku. Aku menoleh kaku padanya dan menatapnya keheranan.

"Wookie-ah, dia namja yang kau sukai?" Wookie tampak bingung melihat tingkahku.

"gwaenchana yo Minnie-ah? Keringatmu banyak sekali.." Wookie mengambil sapu tangan dari sakunya lalu mengusapnya ke dahi dan pipiku yang sudah penuh dengan peluh. Aku masih shock. Ia menatapku sekilas masih dengan tatapan bingung.

"tadi apa maksud pertanyaanmu, Minnie-ah?" ia kini menatapku meminta penjelasan. Sepertinya ia tak suka dengan pertanyaan yang kulontarkan barusan. Bukan karena pertanyaannya, tapi karena ekspresi tidak mengenakkan yang kutunjukkan saat aku bertanya tadi.

"mian.. lupakan saja." Aku nyengir kuda untuk mencairkan suasana yang tidak mengenakkan ini. Ia hanya mengangkat bahu saja lalu kembali memperhatikan setan mesum itu dengan senyuman yang terukir sempurna di wajahnya. Aigo.. kenapa jadi begini?

.

.

.

.

.

.

.

.

"keren banget ya! Siapa namanya tadi.. Choi Minho ya?"

"keren! Wajahnya oke, gayanya juga oke! Senyumannya benar-benar manis!"

"omo.. ketua osis dan wakil ketua osis keren banget! Nggak salah pilih sekolah deh!"

Sepanjang koridor dipenuhi oleh yeoja yang bergosip ria. Mereka kegirangan sekali seperti baru melihat artis terkenal saja. Mereka tidak tahu bagaimana ketua osis itu sebenarnya, setan mesum!

"Minnie-ah, kau mendengarkan tidak, siiih?" Wookie menggoncang-goncangkan lenganku. Aku tersentak.

"omo… mianhae Wookie-ah.. tadi kau bicara apa?" aku segera memperhatikan Wookie. Sepertinya yeoja ini sangat menyeramkan kalau sedang marah.

"aiish, masa harus kuulangi lagi sih?" ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ekspresinya benar-benar membuatku gemas.

"mianhae Wookie-ah.." aku menunduk tanda bersalah. Ia memperhatikanku lalu menertawakanku yang benar-benar serius meminta maaf.

"haha.. gwaenchana, Minnie-ah.. Serius amat. Tadi aku bertanya apa sebaiknya kutembak saja ya sunbae itu sebelum keduluan yang lain?" kini rona merah kembali terlihat di pipinya. MWO? Menembak setan mesum itu?

"anni! Jangan!" aku berteriak sehingga membuat yeoja-yeoja yang tengah berkerumun di koridor menoleh padaku.

"waeyo?" Wookie tampak penasaran dengan tingkahku.

"ah.. itu.. sebaiknya…" aku sedikit terbata-bata memilih kata-kata yang tepat. Tidak mungkin kan aku berkata bahwa sunbae itu mesum, Wookie tak akan percaya dan justru akan menjauhiku.

"hm?" ia menelusuri wajahku dengan tatapannya. Omo..

"hehe.. sebaiknya kau PDKT dulu dengannya Wookie-ah, baru kau tembak." Aku memasang senyum setulus mungkin walaupun aslinya aku sangat tidak merelakan Wookie bersama setan mesum itu. Ia terkekeh pelan menanggapi jawabanku.

"haha, iya juga ya. Selama ini kan aku hanya dianggap sebagai dongsaeng saja. Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk PDKT."

"hehe." Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal itu. Setelah sampai di depan kelas, kami segera masuk. Betapa kagetnya aku saat mengetahui di atas mejaku ada surat berwarna merah muda dan diberi pita, cantik sekali.

"mwo? Apa ini, Wookie-ah?" aku memperlihatkan surat itu pada Wookie, ia menggeleng tanda tak tahu apapun.

"jangan-jangan surat cinta, Minnie-ah? Wah kau hebat juga ya!" Wookie menepuk punggungku dengan cukup keras.

"aduh.." aku meringis memegangi punggungku, gila! kecil-kecil kekuatannya hebat juga.

"mianhae Minnie-ah! Gwaenchana yo?" dia mengusap usap punggungku. Aku hanya mengangguk. 'Anak ini menyeramkan' pikirku dalam hati.

"cepat dibuka, Minnie-ah!" Wookie melonjak-lonjak kegirangan seperti anak kecil. Aku berpikir sebentar, lalu segera membuka surat tersebut.

Lee Sungmin yang manis..

Eh bukan.. Minnie-ah..

Sepulang sekolah nanti kau harus datang ke atap sekolah..

Mengerti? Ini perintah!

Nb: kau belum ada pelajaran apapun hari ini, jadi kau pulang jam sepuluh.

With love,

Teman pertamamu

Bulu kudukku segera berdiri setelah membaca isi surat tersebut. Teman pertama apanya, pasti ini ulah si setan mesum itu!

"Teman pertamamu, Minnie-ah? Lho? Kok dia tahu kalau kita belum ada pelajaran apapun? Anggota OSIS ya?" Wookie berjinjit mengintip isi surat tersebut.

"ah.. anni, dia satu SMP denganku..dia.. punya noona di sini, jadi tau. Hehe." Aku berdalih, sedangkan Wookie hanya manggut-manggut saja. Dasar ketua osis sialan, setan mesum sialan!

.

.

.

.

.

.

.

Aku menghela nafas untuk yang ketiga kalinya. Pasalnya aku sedang berada di pintu menuju atap sekolah dan aku masih belum punya cukup nyali untuk membukanya. Untungnya Wookie-ah pulang lebih cepat karena ada urusan keluarga, aku jadi tak perlu merasa tak enak hati padanya.. untuk sementara ini.

"baiklah.. ini saatnya." Aku membuka pintu itu perlahan. Angin langsung menyeruak masuk melalui celah pintu tersebut, membuat rambut panjangku berkibar sempurna. Aku meneliti ke seluruh sudut atap. Tak ada siapapun di sini. Aku menghela nafas lega, dan memutuskan untuk beranjak pergi. Namun tiba-tiba lenganku ditarik oleh seseorang dari atap.

"ya!" aku berteriak karena kaget. Saat aku tahu siapa yang menarikku, kekagetanku berubah menjadi amarah.

"ya! Lepaskan aku setan mesum!" aku mencoba menarik tanganku, namun sayangnya tenaganya jauh lebih besar dariku sehingga aku tak bisa melepaskannya.

"mwo? Setan mesum katamu?" dia membulatkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Aku mengangkat wajahku dan mencoba bersikap angkuh.

"ne, itu pantas untukmu!" kataku mengardiknya.

Ia menatapku tajam, dan sontak membuat keangkuhan dan keberanian yang aku bangun runtuh dengan cepat. Kini aku merasakan keringat dingin membanjiri wajahku, jantungku pun berdegup tak karuan. Tatapannya sungguh tajam dan menusuk, membuatku tak sanggup berkata-kata dan hanya mampu membalas tatapannya setengah-setengah, sampai pada akhirnya aku tak kuat dan membuang muka. Ia mempersempit jarak antara kami sehingga aku bisa merasakan nafasnya menerpa wajahku. Lalu sambil memperlihatkan smirk-nya, ia berkata tepat di depan wajahku.

"berani juga ya seorang hoobae sepertimu mengataiku setan mesum. Padahal wajahmu manis, tapi kelakuanmu.. sangat memuakkan!"

Deg! Apa katanya? Aku.. memuakkan?

"mwo?" aku segera memandangnya dan membulatkan mata tak percaya dengan apa yang dia katakan. Dengan sikapnya yang sama angkuhnya denganku-atau bahkan lebih-ia tersenyum meremehkan dan berkata,

"ne, kau yeoja paling memuakkan yang pernah aku tahu."

Deg! Deg! Aku bisa merasakan jantungku berdegup sangat kencang, namun sakit sekali seperti disayat-sayat. Aku juga dapat merasakan perlahan tapi pasti mataku memanas. Walaupun kutahan dengan kuat, tetap saja pada akhirnya pertahananku runtuh. Airmata mengalir lewat sudut mataku. Ia terkejut melihat lelehan airmataku, dan segera mengusapnya lembut.

"waeyo Minnie-ah? Kenapa menangis?"

Sikapnya langsung berubah drastis. Ia yang semula menatapku rendah kini tersirat kebingungan dalam tatapannya. Tapi yang mengherankan, aku bingung akan sikapku sendiri. Tadi pagi aku mengenalnya dan langsung membencinya. Tapi sekarang? Airmataku bahkan menetes karena kata-katanya.

"mianhae Minnie-ah, aku terlalu kasar ya padamu?" ia masih mengusap airmata yang terus mengalir di pipiku, sekan tak bisa berhenti. Aku tak segera menjawabnya. Entah kenapa aku masih ingin diperlakukan seperti ini. Saat ia mengusap airmataku dengan lembut dan kata-katanya barusan membuatku tak ingin waktu berlalu. Aiish kau kenapa sih Lee Sungmin? Dia ini setan mesum, lho! Kau jangan mau ikut terjerat dengannya!

"mianhae.." kini ia merengkuh punggungku dengan kedua tangannya. Hm? Cankka? Dia memelukku? Aigoo.. jantungku berdebar jauh lebih kencang daripada tadi. Tangannya menarikku mendekat, dan anehnya aku mau saja diperlakukan seperti itu olehnya. Tangannya mengusap-usap punggungku lagi, sangat lembut dan membuat nyaman. Sejenak aku lupa bahwa dia adalah si setan mesum, ataupun sunbae yang sangat digilai temanku. Aku terlarut karenanya. Oh Tuhan.. bolehkah ini terjadi?

.

.

.

.

.

.

.

Setelah aku agak tenang, ia duduk bersandar di tembok dan menghadap ke arahku yang kini duduk di tengah-tengah atap.

"kenapa kau memanggilku kesini?" aku memasang sikap dinginku lagi. Melihatku seperti ini, ia malah tertawa terbahak-bahak.

"ya! Namja mesum! Kenapa kau tertawa?" aku berkacak pinggang dan mendekatinya. Ia berhenti tertawa sejenak lalu tersenyum memandangku. Deg!

"haha, kau itu lucu sekali. Kadang galak, kadang cengeng, sekarang galak lagi. Dasar yeoja yang aneh!" ia tidak sedang menghinaku, aku tau itu jujur dari dasar hatinya. Dan akupun juga menyadari kalau aku aneh.

"Aiish! Diam kau namja sial!" aku mengerucutkan bibirku karena kata-katanya, lalu berbalik dan bersiap meninggalkannya.

"ya! Tunggu Minnie-ah!" ia segera menarikku ke pangkuannya. Aku mencoba berontak, tapi lagi-lagi aku kalah. Ia menang.

"lepaskan namja mesum! Babo! Sial!" aku terus menyumpah-nyumpahinya dan mencengkeram tangannya yang melingkar di pinggangku.

"hm.. shirreo." Katanya singkat. Ia kini menaruh dagunya di pundakku. Sialan! Namja ini bisa membunuhku hanya dengan debaran di jantungku.

"kau gugup ya?" godanya sambil menggelitik pinggangku. Sudah bisa dipastikan wajahku sekarang memerah seperti kepiting rebus.

"ya! Lepaskan aku namja mesum sialan! Aiish kau akan kutuntut karena melakukan pelecehan!" ia melepaskan dagunya dari pundakku dan menatapku sebentar, lalu kembali menaruh dagunya di pundakku. Kali ini ia menunjukkan smirknya.

"benar-benar yeoja yang menarik. Baru sekali ini aku ditolak oleh yeoja sepertimu. Eh.. cankka.. tidak sepenuhnya ditolak ding. Buktinya kau mau saja saat kupeluk tadi.." ia mulai terkekeh melihatku yang salah tingkah. Ini menyebalkan. Di hari pertamaku bersekolah sudah berurusan dengan namja playboy yang mesum seperti ini.

"hm.. tadi aku mau apa ya? Aku cuma mau bertemu denganmu saja kok Minnie-ah." Ia mengeratkan pelukannya di pinggangku. Tak ayal aku melayangkan pukulanku dan mendarat tepat di hidungnya.

"aduuuhhh.." ia memegangi hidungnya yang mulai memerah karena pukulanku dan aku segera melompat dari pangkuannya.

"ya! Namja babo mesum sialan! Itu pantas untukmu! Dasar mesum. Sampai ketemu besok yaa!" aku melambaikan tanganku dengan tulus dan tersenyum evil ke arahnya. Rasakan kau!

.

.

.

.

.

TBC

.

.

Annyeong haseyo! ^^

Yaaak saya masih baru d dunia ffn, mohon bantuannya yaa

Terimakasih bagi yg sudah mau baca, review pleaseee ^^ hehe~ sampai jumpa d chap selanjutnya! ^^

=mohon kritik dan saran yang membangun yaa=