Bagian satu: Dimana Semua Keajaiban Itu Berasal

Malam itu, seperti malam biasanya, dengan pengandaian-pengandaian yang mungkin sudah kau hafal di luar kepala. Keadaan Seoul di malam hari yang tidak ada bedanya dengan malam, memang benar benar kota yang tidak pernah tidur. Lampu-lampu yang menyala terang seperti menantang bintang-bintang di angkasa. Suara deru kendaraan bermotor yang bersahutan di rute panjang entah menuju kemana.

Namun, cerita ini tidak dimulai dari sana, bukan dari tengah kota itu. Cerita ini dimulai dari remaja yang sedang berjalan di trotoar dengan kedua tangan yang menggenggam kuat kantung belanja yang terlihat penuh dan jelas sekali berat. Matanya dengan malas menatap jalan sepi di depannya, ah jelas saja, itu sekitar pukul sebelas malam, hanya ada satu orang gila yang berjalan sendirian pada malam dingin seperti ini di jalan yang hampir sepenuhnya gelap jika tidak ada penerang jalan yang bersinar redup, kadang berkedip, yang menerangi jalan dengan secukupnya.

Yah, orang gila itu Luhan.

Bahunya terangkat satu, bertugas memegangi telepon genggamnya yang sedang menghubungkannya dengan manusia lain di ujung sana, yang mungkin sedang menghangatkan diri dengan selimut hangat yang melilit tubuhnya dan tempat tidur yang empuk, membiarkan kawan baiknya melawan dingin yang menusuk kulit sendirian.

Berlebihan memang.

"Iya, iya, Chan, astaga― kau tinggal mengajaknya berkencan, kalian sudah cukup jauh untuk dianggap hanya teman."

Chan untuk Park Chanyeol, manusia―mungkin mutan karena ukuran tubuhnya yang seperti raksasa, dan telinganya yang lebar, alih-alih menggemaskan seperti Dumbo, malah terlihat seperti salah satu pemeran dalam seri film Star Wars―yang berkomitmen untuk mengganggu Luhan seumur hidupnya. Sedang dimabuk cinta dengan anggota penting dari Klub Musik, Byun Baekhyun.

"Tapi, Lu, bagaimana jika aku ditolak?!"

Luhan memutar bola matanya malas. Dia benar benar butuh Chanyeol untuk diam sehingga dia bisa fokus pada perjalanannya menuju rumahnya dan bertemu kekasih tercinta―tempat tidur tercintanya, obviously.

"Hey, dengar, Chanyeol Park, tenanglah, aku yakin seribu persen Corgi itu sudah tergila-gila padamu."

"Hehe.. Benarkah? Ey, Lu, jangan menggodaku begitu."

Luhan bergidik. Manusia ini sangat menyeramkan ketika jatuh cinta. Biasanya memang sudah menyeramkan, tapi saat dia jatuh cinta, dia jadi amat sangat menyeramkan sekali, memang butuh kalimat paling tidak efektif untuk menggambarkan betapa menyeramkannya Chanyeol saat ini. Apalagi suara beratnya itu jika sudah merengek manja, Luhan benar benar ingin muntah.

"Tapi, Luuu, bagaimana jika itu hanya asumsimu? Hidupmu itu 'kan penuh dengan warna merah jambu, kelopak bunga sakura yang berjatuhan, apapun sejenis itu, pangeran-pangeran telanj―"

"Kau minta dipukul ya?"

"Hehe, maaf. Tapi, serius, bagaimana kalau seandainya dia memang menyukaiku, tapi perasaannya berubah setelah aku menyatakan perasaanku kepadanya?"

"Huh? Kenapa begitu?"

"Yah, mungkin saja kan? Perasaan manusia berubah sewaktu-waktu."

"Corgi itu bukan manusia."

"Kau benar, hihi, dia malaikat."

Saat itu, Luhan hampir percaya bahwa Chanyeol tidak hanya mabuk cinta tapi juga mabuk ganja.

"Anyway, sudahlah, nyatakan saja, tinggal mengatakan Baekhyun, aku menyukaimu, aku bisa gila karenamu, atau katakan hal lain yang benar benar kau rasakan, lalu akhiri dengan, berkencanlah denganku!"

"Aku tau bagaimana cara menyatakan perasaanku!"

"Nah, kalau tau, sekarang kau tinggal menyatakannya."

"Tapi, bagaimana jika walaupun aku sudah menyatakan perasaanku padanya, tapi aku tetap kehilangan dia?"

"Kalau begitu selamat."

"Selamat?"

"Kau akan melanjutkan masa jomblomu yang menyedihkan."

"Sialan."

Luhan tergelak, Tawanya tanpa ia sadari membuat bahunya terguncang dan menyebabkan benda milenial berbentuk persegi panjang itu menggelincir bebas dari bahunya.

Krek.

Bukan, tentu saja itu bukan su ara ponsel yang jatuh. Yah, ponselnya memang jatuh, tapi itu tidak akan menimbulkan kerusakan parah, kecuali jika ponselnya―

Terinjak.

Terinjak orang yang sedang berlari, dan sialnya orang itu malah tidak segera memindahkan kakinya dari ponsel Luhan, mungkin ia sama terkejutnya dengan Luhan. Lelaki itu malah hanya menatap ponselnya dan ponsel yang ia injak secara bergantian dengan mata yang membulat, tidak mengindahkan rahang Luhan yang bergantung bebas, atau raut wajah Luhan yang seperti baru saja terkena kutukan selama tujuh keturunan.

"Hey, itu-"

"ASTAGA SYUKURLAH! KUKIRA ITU PONSELKU!"

Tunggu, apa?

Laki-laki dengan hoodie biru langit dan masker, yang menyebabkan Luhan tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas―apalagi dengan pencerahan yang temaram ini―itu malah memeluk ponselnya sepenuh hati seperti itu adalah kekasih hatinya, pasangan hidupnya, belahan jiwanya, satu-satunya yang memenuhi pikirannya, menyempurnakan takdirnya.

Dan disitulah Luhan, masih menganga, menyadari ponselnya yang nahas terinjak kaki raksasa manusia menyebalkan di depannya.

"Y-YAK!"

Secepat kecepatan jatuh tupai yang pandai melompat, kesadaran Luhan kembali. Ia mendorong lelaki itu dan menyelamatkan ponselnya yang ia harap baik baik saja, walau ia yakin itu tidak baik-baik saja. Luhan memungut ponselnya yang mati dan melihat layarnya yang pecah merasa setengah atau mungkin malah tiga perempat jiwanya pergi.

"Aish! Sakit tau- kenapa mendorongku?!"

Luhan mendongak menatap laki –laki yang diperkirakannya memiliki tinggi sekitar lima senti darinya itu, ia memincingkan mata rusanya.

"Kau yang kenapa?! Ponselku ini- ponselku hancur!"

Lelaki itu terkejut, untuk persekian detik, mengingat walaupun bukan ponselnya ia masih menginjak ponsel seseorang, dan tampaknya itu ponsel laki laki pendek di depannya, kemudian merengut, bisa digambarkan seperti anjing dengan telinga yang terlipat ke bawah dan ekor yang lemas. Ia merasa bersalah, telah melakukan tindak kejahahatan, dan sepertinya itu pembunuhan ponsel.

"M-maaf."

Sebenarnya laki-laki itu juga sedikit takut karena ada api imajiner di sekitar Luhan. Laki-laki itu hanya menunduk dan menunggu kemarahan Luhan kemudian. Alih-alih mendengar sumpah serapah atau umpatan kekesalan, laki-laki itu malah mendengar suara helaan nafas.

"Sudahlah, tidak apa-apa."

Luhan sendiri benar benar merasa tidak apa-apa. Tidak terlalu ada file penting di ponsel itu, mungkin hanya nomor-nomor random yang mengirimkannya pesan, dan pesan-pesan dari temannya yang belum ia balas. Selebihnya itu bisa diganti, lagipula ia bisa beli lagi besok, orangtuanya yang tinggal jauh di seberang negara itu tidak akan membiarkan anak laki-laki perantaunya hidup tanpa ponsel barang sehari saja.

"S-serius?!"

Laki-laki itu melongo, merasa perubahan emosi laki-laki di depannya ini terlalu cepat. Luhan mengangguk, entah kenapa merasa familiar dengan suara laki-laki di hadapannya.

Sepasang mata elang itu kemudian beradu pandang dengan obsidian rusa di dipannya dan wajah yang menatapnya dengan lembut di bawah sinar temaram lampu, yang membuat suasananya menjadi err―romantis?

Dan untuk sejenak, dua orang itu yakin mereka saling tenggelam dalam tatapan masing masing, ada yang aneh disana, tidak ada yang bisa mengalihkan tatapannya satu sama lain.

Yah, sampai lampu jalan itu berkedip lalu mati.

"WAAAAA!"

Kedua suara itu menyatu dan suara derap langkah kaki yang berlari terbirit-birit menyusul setelahnya.

Lucu memang, bayangkan dua orang remaja yang badannya sama sama bongsor, walau yang satu lebih besar, lari terbirit birit karena lampu jalan yang mati.

Dan, yah, sampai sinilah akhir dari bagian satu.

Bersambung..

Ini drabble, jadi jangan heran kalau kurang dari seribu kata hehe. Alasan saja sebenarnya ya karena saya nggak terlalu tahan nulis banyak-banyak, maafkan:') Tentu, saya tau diri kalau tulisan saya ini lebih pantas masuk tempat sampah, bareng sama Tampan dan Berani punyanya Squidward. Saya usahakan satu hari minimal satu chapter selama liburan, tapi jangan percaya sama saya, saya nggak bisa dipercaya:')

Anyway, ini juga isinya suka-suka. Jadi alurnya bisa maju mundur nggak karuan:')

Terakhir, terimakasih buat yang mau baca, yang cuma buka tab terus ditutup lagi. Terakhirnya terakhir, saya nerima kritikan dan saran. Terimakasih!