Disclaimer: Kuroko no Basuke Character by Tadatoshi Fujimaki
Genre: Friendship, Angst, Hurt/Comfort
Warning: OOC, Typo(s), EyD berantakan, Alur lompat-lompat, DID!Kuroko (OC)
.
.
Seijitsuna Kokoro
A Kurobas Fanfiction by
Kenzie Aloysius
.
.
Dont Like Dont Read
.
.
Sekelompok pemuda berjalan menyusuri lorong rumah sakit Tokyo. Terlihat tulisan Teiko High School yang terpampang di bagian belakang jaket yang mereka pakai. Beberapa pasang mata menatap mereka dengan kagum.
Yang tidak mengenal Kiseki no Sedai pasti orang itu berasal dari zaman dahulu yang belum mengenal benda bernama televisi ataupun majalah. Wajah-wajah yang selalu ada di bagian depan majalah dan acara televisi olahraga itu pasti dikenal banyak orang, baik dari anak-anak sampai orang dewasa.
Kiseki no Sedai adalah sebutan untuk mereka yang memiliki bakat di luat batas kemampuan manusia biasa. Bukan dalam hal magis, tentu saja. Mereka tergabung dalam tim basket inti di Teiko. Karena kemampuan merekalah yang membuat sebutan Kisedai itu terbentuk.
Kisedai terdiri dari 5 pemuda tampan dengan bakat mereka masing-masing. Pertama, kapten mereka bernama Akashi Seijuurou. Seijuurou adalah putra tunggal pemilik Akashi Corp. yang merupakan perusahaan terbesar di Tokyo. Sifatnya yang absolute itu juga yang membuatnya menjadi kapten dari Kisedai. Pemuda berambut merah itu dikenal tidak pernah memberi ampun pada lawannya, sehingga banyak yang menjulukinya sebagai emperor.
Yang kedua adalah pemuda dengan surai hijau yang dikenal dengan nama Midorima Shintarou. Midorima menjabat sebagai wakil kapten tim inti. Pemuda yang selalu menggunakan kacamata itu adalah Three Point Shooter terbaik yang dimiliki Teiko. Tetapi, Midorima terlalu percaya dengan yang namanya ramalan. Makanya setiap hari dia selalu membawa benda-benda aneh yang dikatakan sebagai lucky item-nya.
Selanjutnya, pemuda bersurai biru gelap(dengan kulit yang juga gelap) adalah Ace dalam tim mereka. Namanya Aomine Daiki. Dia dikenal karena kecepatan dan staminanya yang luar biasa. Tidak banyak –atau mungkin tidak ada- yang bisa menghentikannya dalam pertandingan.
Lalu, pemuda dengan surai kuning yang dari tadi sibuk menebar senyum kepada wanita-wanita yang mereka lewati itu bernama Kise Ryouta. Dia adalah seorang model yang sedang naik daun, jadi tidak heran jika banyak pasang mata yang menatapnya. Pemuda itu juga dijuluki sebagai copy cat karena kemampuannya yang dapat meniru teknik orang lain dalam sekali lihat.
Yang terakhir, pemuda dengan tinggi diatas rata-rata yang selalu membawa cemilan itu bernama Murasakibara Atsushi. Walaupun wajahnya terlihat malas tetapi kekuatannya tidak bisa dianggap remeh. Dia selalu bisa memblok tembakan lawan dengan tangannya yang besar.
Beberapa orang yang melihat mereka bertanya-tanya untuk apa mereka berada di rumah sakit, bahkan dengan masih menggunakan jersey kebanggaan mereka.
Akashi membuka pintu dengan angka 301 yang tertempel di depannya. Ruangan VVIP yang selama ini menjadi 'kamar' bagi Kuroko Tetsuya, pemuda dengan rambut biru muda yang se-tim dengan mereka.
Ya, satu tim. Karena Kuroko juga adalah bagian dari Kiseki no Sedai. Lebih tepatnya dia adalah pemain keenam bayangan. Dengan kehadirannya yang tipis membuat Kuroko tidak dikenal oleh orang lain. Mereka hanya tahu jika Kisedai terdiri dari lima orang.
Pemuda bersurai biru muda itu sudah berada di rumah sakit sekitar satu bulan lalu. Dan selama itu juga dia belum sadar. Karena suatu kejadian membuatnya terbaring lemah di ranjang rumah sakit itu. Kisedai setiap hari selalu menjenguknya setelah selesai latihan. Mereka tidak pernah bosan menjenguk sang surai biru.
"Kami datang, Kurokocchi.."
"Yo Tetsu."
"Hari ini Aquarius berada ditingkat teratas nanodayo. Aku membawakan Vanilla Milkshake yang menjadi lucky item mu. Tapi bukan berarti aku peduli 'nodayo."
"Kuro-chin.. Aku punya permen vanilla, apa kau mau?"
"Tetsuya."
Mereka selalu menyapa Kuroko, walaupun tahu kalau sang surai biru tidak akan bisa membalas. Biasanya yang mereka lihat adalah sesosok pemuda yang terbaring lemah di ranjang, tapi kali ini mereka lihat pemuda itu sedang duduk menatap keluar jendela.
Akashi yang pertama kali sadar akan keterkejutannya segera menghampiri Kuroko. Melihat kapten mereka mulai berjalan, anggota Kisedai lainpun menngikutinya.
"Kurokocchiii aku senang kau sudah sadar ssu~"
Kise segera memeluk Kuroko setelah jarak mereka tak terpaut jauh. Aneh. Kise merasa tubuhnya merinding saat bersentuhan dengan pemuda bersurai biru itu. Dan biasanya Kuroko akan protes jika dipeluk tiba-tiba oleh Kise, itu juga yang membuat Kisedai lain bingung karena Kuroko tetap menatap keluar.
"Lepaskan tanganmu dari tubuhku."
Kise yang mendengar ucapan Kuroko refleks melepasnya. Nada ucapan datar yang biasa dia dengar tergantikan oleh nada dingin dan menusuk. Kisedai lainpun tak kalah terkejutnya. Sebenarnya ada apa dengan sang surai biru, kira-kira begitulah apa yang dipikirkan mereka.
"Tetsuya, kau baik-baik saja?"
Akashi melontarkan pertanyaan itu karena merasa aneh dengan sikap Kuroko. Bukan tatapan datar yang Akashi terima tetapi malah tatapan tajam. Dia sedikit terperanjat melihat pandangan Kuroko.
"Siapa kalian? Mau apa kemari?"
Mereka semua membulatkan mata mereka. Apa ini artinya kalau sang surai biru mengalami lupa ingatan? Tetapi kata dokter Kuroko baik-baik saja dan hanya butuh istirahat.
"T-tetsu, bercandamu sangat tidak lucu."
Bahkan Aomine yang terkenal galak bisa bicara gugup seperti itu.
"Iya Kurokocchi, jangan bercanda seperti itu ssu.."
Pemuda bersurai biru itu menatap tajam mereka satu persatu.
"Aku bukan Tetsuya, Tetsu ataupun Kurokocchi. Kalau kalian tidak ada keperluan denganku lagi silahkan pergi. Kalian membuatku muak."
Syok. Kaget. Itulah yang Kisedai rasakan. Kenapa Kuroko bisa berubah seperti ini? Dan apa katanya tadi? Dia bukan Kuroko, lalu siapa? Banyak pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam pikiran mereka.
Mereka saling menatap satu sama lain, seperti berdiskusi melalui pikiran. Akashi menghela nafas dan memutuskan acara 'tatap-menatap' tidak berguna yang mereka lakukan. Dia kembali menatap sang surai biru.
"Lalu kau siapa? Dan, dimana Tetsuya?"
"Aku? Namaku Kuroki Tetsuka."
Setelah mendengar jawaban itu, mereka terdiam. 'Siapa sebenarnya Kuroki Tetsuka ini?', pikir mereka.
"Apa kau... wanita?"
Pemuda bersurai hijau yang dari tadi terdiam angkat bicara. Dia membenarkan letak kacamatanya dan menambahkan, "Aku bertanya bukan berarti peduli nanodayo."
"Kalian benar-benar bodoh. Tentu saja aku wanita."
"Tapi kau memiliki tubuh laki-laki ssu.."
Kise yang awalnya enggan bicara pun mulai bertanya. Sejujurnya dia penasaran dengan 'orang yang mirip Kuroko' di depannya ini, tapi sepertinya bukan hanya dia yang penasaran melainkan seluruh anggota Kisedai.
"Aku tahu."
Jawaban itu membuat mereka semakin bingung. Bahkan Akashi dan Midorima yang memiliki peringkat tertinggi di Teiko tidak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Kuroko.
Tiba-tiba masuk seorang dokter dan suster yang membawa kertas di tangannya. Suster itu menatap mereka semua dengan wajah heran.
"Dokter, usir mereka."
Sang dokter yang mendengar permintaan pasiennya itu menghela nafas pasrah. Dia beralih ke pemuda-pemuda yang masih menatapnya.
"Sebaiknya kalian keluar dulu. Saya akan memeriksa keadaan pasien."
"Tapi-"
Sebelum mereka sempat mengeluarkan protes, suster itu sudah mendorong mereka keluar dan menutup pintu. Mereka masih terdiam dengan pikiran masing-masing.
"Ini aneh nanodayo."
Midorima adalah orang pertama yang memutuskan untuk bicara.
"Apa dia benar-benar bukan Kuro-chin?"
Tatapan Murasakibara yang biasanya malas berubah serius. Bahkan cemilan yang selalu dimakannya itu masih berada di genggamannya tanpa tersentuh.
"Entahlah. Aku juga tidak mengerti, Atsushi. Tapi sifatnya memang berbanding terbalik dengan Kuroko Tetsuya yang kita kenal. Jadi bisa saja kalau dia memang bukan Tetsuya."
Ya, mereka ingat bagaimana tatapan serta nada suara yang dikeluarkan Kuroki. Tidak mungkin sang surai biru yang mereka kenal akan sedingin dan sekejam itu. Ditambah lagi, dia mengakui dirinya adalah seorang perempuan.
"Kita tidak salah masuk ruangan kan? Mungkin saja dia hanya orang yang mirip Tetsu."
"Tentu saja kita tidak salah masuk ruangan nanodayo. Kita setiap hari selalu kemari, kalau kau lupa."
"Midorimacchi benar ssu. Dasar Aominecchi bodoh. Ini benar-benar ruangan Kurokocchi yang biasa kita datangi ssu.."
"Apa? Aku tidak bodoh, Kise! Kau yang bodoh."
"Aominecchi yang bodoh ssu!"
"Sialan ka-"
Sebelum Aomine selesai dengan ucapannya, sebuah gunting melayang di antara mereka berdua. Sontak itu membuat wajah Aomine dan Kise memucat. Sepertinya mereka telah membangunkan iblis dari neraka. Sosok yang mereka panggil 'iblis' itu menyeringai kejam.
"Ryouta. Daiki. Kalau kalian tidak bisa diam, aku akan memotong lidah kalian dan menggantungnya di sekolah."
Perkataan itu sukses membuat mereka, sekaligus Midorima dan Murasakibara, merinding dan lebih memilih menjauh dari pemuda berambut merah itu. Akashi, gunting, dan emosi adalah perpaduan yang sangat mereka hindari. Kisedai tidak ingin berurusan dengan kapten mereka saat sedang emosi karena masih sayang nyawa masing-masing.
Mereka bebas dari suasana mencekam itu saat dokter yang menangani Kuroko keluar dari ruangannya. Akashi segera menghampiri dokter tersebut.
"Apa yang terjadi pada teman kami?"
Dokter itu menatap pemuda-pemuda di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sang dokter menghela nafas kemudian menjawab, "Kami sudah memantau keadaan pasien selama sebulan ini dan kami tidak menemukan ada yang aneh dengannya. Tetapi..."
Kisedai mulai merasa akan ada hal penting yang mungkin mengejutkan mereka. Jadi mereka memfokuskan pandangan dan telinga mereka untuk mendengarkan penjelasan dokter tersebut.
"...saat bangun pagi tadi pasien tidak terlihat kebingungan sama sekali. Biasanya saat orang yang tidak sadar lebih dari seminggu mulai bangun, dia akan merasa bingung dengan keadaan sekitar serta kondisinya. Tapi Kuroko-san terlihat sangat tenang seperti tahu apa yang telah terjadi padanya. Jadi kami memutuskan untuk memeriksanya lebih lanjut. Kami juga meminta dokter spesialis kejiwaan untuk memeriksa Kuroko-san, mungkin saja terjadi gangguan di mentalnya karena kejadian itu."
Sang dokter menambahkan, "Setelah dokter spesialis periksa, ternyata benar. Kuroko-san di diagnosis mengidap DID atau Dissociative Indentity Disorder. Gangguan ini menyebabkan seseorang memiliki 'jati diri' yang berbeda-beda dalam tubuhnya. Jati diri itu biasanya disebut sebagai alter ego. Setiap alter memiliki pola sendiri untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Gangguan ini cenderung muncul ketika seseorang berada di bawah depresi berat. Saya tidak tahu persis kenapa Kuroko-san bisa mempunyai penyakit ini, tetapi sebagai dokter saya mengharapkan anda semua dapat memberikan dukungan agar kelak Kuroko-san dapat sembuh."
Kisedai terperanjat mendengar penjelasan dokter itu. Mereka tidak menyangka sang bayangan memiliki kepribadian ganda. Apa yang sebenarnya telah terjadi pada Kuroko selama ini?
"Tentu saja kami akan terus berada di samping Kurokocchi ssu~ Karena kami ini temannya, dan aku juga sudah menganggap Kurokocchi sebagai adikku sendiri ssu.."
Kise mengatakan itu untuk mewakili semua temannya. Karena dia tahu, mereka semua pasti masih syok dan tidak percaya. Sebenarnya dia juga begitu, tetapi dia tidak ingin membuat dokter yang sudah percaya pada mereka malah kecewa karena tidak ada yang membalas perkataannya.
Dokter itu tersenyum pada Kise dan temannya yang lain. Dia kemudian pamit untuk kembali ke ruangannya. Tetapi baru beberapa langkah dia berhenti kemudian berbalik pada mereka lagi.
"Oh ya, saya lupa satu hal penting. Saat ini yang kami tahu, Kuroko-san baru memiliki satu kepribadian. Akan tetapi, kami belum bisa memastikan apakah akan ada kepribadian lain yang muncul. Jadi kalian sebagai temannya lah yang bisa tahu ke depannya. Kuroko-san sudah bisa pulang besok, dan jangan lupa untuk membeli obat dari resep yang nanti saya berikan. Kalau begitu saya pamit duluan."
Kisedai membungkukkan badan singkat saat sang dokter tersenyum pada mereka. Keadaan kembali hening setelah dokter itu pergi. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
'Apa perkataan dokter itu benar?'
'Kenapa Kuroko bisa sampai mengidap DID?'
'Apa yang selama ini terjadi pada Tetsuya?'
'Kuharap Kuro-chin baik-baik saja..'
'Kenapa Kurokocchi bisa seperti ini? Apa yang membuatnya depresi?'
Begitulah apa yang ada dalam benak pemuda dengan surai berbeda-beda itu. Kuroko memang sangat tertutup, dia tidak pernah menceritakan masalah pribadinya pada orang lain. Dan karena itulah mereka khawatir.
"Setelah kupikir-pikir, memang ada yang aneh dengan Tetsuya."
Perkataan Akashi membuatnya menjadi pusat perhatian mereka.
"Apa maksudmu, Aka-chin?"
"Tubuh Tetsuya terlalu lemah untuk anak seumuran kita. Dia juga terlihat kurus dan pucat. Beberapa kali aku juga melihat memar-memar serta balutan perban di tubuhnya, dan saat aku bertanya dia bilang hanya terjatuh dari tangga, jadi aku tidak mempermasalahkannya. Tetapi saat dipikir kembali, aneh sekali melihatnya 'jatuh' terus. Aku tahu Tetsuya tidak akan seceroboh itu untuk mengulangi kesalahan yang sama. Jadi pertanyaannya, ada apa dengannya? Dan berani sekali dia berbohong padaku."
Mereka meneguk ludah gugup saat merasakan aura Akashi semakin menghitam. Sepertinya sang surai biru berhasil membuatnya marah. Mereka mengesampingkan perasaan takut itu karena keadaan Kuroko lebih penting.
"Apa sebaiknya kita bertanya langsung pada orangnya?"
Aomine memberanikan diri bertanya pada Akashi.
"Tidak bisa. Saat ini yang ada dalam tubuhnya adalah Kuroki Tetsuka. Dari kejadian sebelumnya kalian pasti sudah tahu watak gadis itu."
Mereka serempak menganggukkan kepala. Tentu saja mereka tahu. Walaupun Kuroki itu seorang gadis tapi sifatnya sangat menakutkan, bahkan mungkin mengalahkan sifat Akashi.
"Aku ada pertanyaan ssu.. Kurokocchi kan laki-laki, apa mungkin punya kepribadian seorang wanita? Bukankah gender mereka berbeda ssu?"
"Itu mungkin saja. Dari buku tentang ilmu psikologi yang pernah kubaca, alter ego ini mirip dengan kepribadian normal orang pada umumnya dan bisa saja memiliki alter dengan usia, jenis kelamin, ataupun ras yang berbeda-beda 'nodayo."
Kise mengangguk-anggukan kepalanya, tanda bahwa ia telah mengerti penjelasan Midorima. Lalu sekarang masalahnya, apa yang harus mereka lakukan. Tidak mungkin mereka hanya berdiam diri di sini.
Mereka melihat Akashi yang melangkah memasuki ruangan tempat dimana Kuroki berada. Walaupun takut, tapi pada akhirnya mereka hanya bisa mengikuti Akashi dari belakang.
"Bagaimana keadaanmu, Tetsuka?"
Pemuda –ralat- gadis yang sebelumnya menatap keluar jendela itu memutar kepalanya ke arah sumber suara. Dia menatap tajam orang-orang yang seingatnya tadi sudah dia usir.
"Baik, sebelum kalian datang."
Akashi ingin sekali melempar guntingnya ke arah Kuroki. Tetapi dia urungkan niat itu karena bagaimana pun juga tubuh gadis itu adalah milik Kuroko Tetsuya. Pemuda bersurai merah itu hanya bisa menghela nafas untuk meredakan emosinya.
"Baguslah kalau kau merasa baikan. Ada beberapa pertanyaan yang kami ingin kau jawab."
"Bagaimana jika kukatakan kalau aku tidak mau menjawabnya?"
"Kau pasti akan menyesal tidak mau menjawab pertanyaanku, Tetsuka."
Akashi mengeluarkan guntingnya dari saku dan memainkannya. Dia hanya ingin menakuti Kuroki, mungkin saja gadis itu akan menurut padanya.
Akan tetapi kenyataan berkata lain, ekspresi Kuroki masih tenang seperti biasa. Dia bahkan terang-terangan menatap rendah Akashi.
"Ancamanmu tidak mempan padaku."
"Tapi karena aku sedang bosan, aku akan menjawab beberapa pertanyaan kalian." Kuroki menambahkan.
Akashi menyimpan kembali guntingnya karena tidak berguna untuk melawan sang surai biru muda. Dia kemudian menatap Kuroki dengan serius.
"Kenapa kau ada?"
Pertanyaan Akashi sukses membuat keempat pemuda lainnya terkejut. Mereka bingun kenapa Akashi menanyakan hal itu.
"Maksudmu alasanku berada di tubuh Tetsuya?"
Kuroki sengaja memanggil Kuroko dengan nama depannya untuk membuat sang surai merah kesal.
"Aku terbentuk dari emosi gelapnya. Kesedihan, kesakitan, kekecewaan, kemarahan, semua itu yang membangunku menjadi sosok kuat yang selalu Tetsuya inginkan."
Tidak ada yang berniat menyela perkataan gadis itu. Dia kembali melanjutkan.
"Kalian tahu, 'kami' terbentuk karena keinginan tubuh inti itu sendiri. Misalnya, mereka yang memiliki sikap pendiam dan tertutup karena tekanan terkadang ingin menjadi pribadi yang ceria dan bisa berteman dengan banyak orang, maka dari itu terbentuklah kepribadian lain dengan sikap seperti yang diinginkan sang tubuh inti."
"Kami? Apa maksudmu dalam diri Tetsuya masih ada kepribadian yang lain?"
"Hmm?" Kuroki menyeringai. Wajah yang biasanya terlihat datar kini berubah menjadi sangat menakutkan membuat mereka, bahkan Akashi sendiri, seperti di hadapkan pada pemilik neraka.
"Kalian cari tahu saja sendiri."
Kuroki mengatakan itu dengan nada pelan serta dingin, membuat yang mendengarnya merinding seketika. Sepertinya mulai saat ini hidup Kisedai tidak akan aman seperti biasa. Yah, kita lihat saja nanti..
.
.
Tbc.
A/N: Hallo.. Aku kembali dengan membawa ff baru (mind: padahal yang deadline banyak malah buat yang lain /uhuk) Oke, karena ini buatnya ngebut dari sore sampe malem, jadi mohon maaf kalau banyak typo nya.. Aku kalau udah dapet ide mau nya langsung kerjain, soalnya kalau nunggu nanti pasti hilang/?
Pairing masih belum ditentukan ._. Bingung mau buat yang Romance atau sekedar Friendship aja ._. Apakah ada saran dan masukan(?)
Note: Segala penjelasan untuk DID aku rangkum dari artikel-artikel yang ada di mbah Google. Aku memang belum pernah ngerasain langsung punya banyak kepribadian, tapi aku akan mencoba untuk membuat ff ini dengan sebaik-baiknya.
Terakhir, kalau mau ff ini lanjut silahkan tinggalkan jejak..
