Death Village
Cast : Huang Zi Tao
Wu Yi Fan
Huang(Xi) Luhan
Huang(Kim) Jongin
Xi (Byun) Baekhyun
Oh Sehun
Kim Joon Myeon
Kim Jongdae
Kim Minseok
Park Chanyeol
Zhang Yixing
Do Kyungsoo
Genre : Supranatural, Romance, Friendship, sedikit Hurt/?.
Rating : T
Summary :-
Warning : Shounen-ai, Boyslove, Yaoi, boyxboy, alur kecepatan/?, ceritanya membosankan.
Disclamer : chara is to God. This story is Mine.
Don't Like Don't Read
Don't plagiat atau mengcopy tanpa seijin saya!
Happy Reading.
Kris atau bernama lengkap Wu Yi Fan tengah duduk dengan sebuah smartpone ditangannya. Pria bertubuh kelewat tinggi serta kelewat tampan itu terlihat pokus dengan kegiatannya. Hah, ternyata susah sekali mencari tempat berlibur melalui internet. Semua tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Kris tidak habis pikir, bagaimana mungkin internet yang mempunyai jaringan luas bahkan mendunia tidak mengetahui tempat liburan yang pas untuknya.
Sebenarnya banyak tempat berlibur yang terlihat menarik. Namun tidak bagi Kris. Dia mengharapkan bisa berlibur ditempat yang asri dan tenang. Tidak banyak manusia berbaur dan tidak berisik.
Dikursi yang lain berisi Sehun yang tengah memainkan sebuah game diponselnya. Sesekali terdengar pekikan senang atau kesal dari mulut pria tampan berkulit kelewat putih itu.
Kris menatap Sehun datar. "Lebih baik kau membantuku mencari tempat liburan yang pas untuk kita berlibur, Bocah!" Desisnya tajam.
Sehun mendengus mendengar ucapan Kris. Ia melirik sebentar pria yang lebih tua beberapa tahun darinya itu tanpa ada tanda-tanda ia akan menuruti perkataannya. Perhatian Sehun beralih pada ponsel ditangannya dan matanya membulat melihat layar pintar itu menampilkan kata 'GAME OVER'. "Ya! Kau lihat hyung! Aku kalah karena kau!" Desisnya kesal sembari memperlihatkan layar ponselnya tepat kehadapan wajah Kris. Kris hanya memutar matanya bosan menghadapi Sehun yang bisanya hanya main game, game, dan game. "Oh~, aku kehilangan 10 juta won dan ini semua salahmu!" Lanjutnya semakin kesal saat membaca e-mail masuk berisikan 'Kau kalah tuan. Transfer 10 juta won segera kerekeningku'.
Ck, ternyata simaknae bermain game online dan melakukan taruhan dengan temannya atau siapa, entahlah, Kris tidak ingin tau.
Kris tak menghiraukan Sehun yang terus saja menggerutu tidak terima karena kalah. Pokus matanya kembali pada smartphonenya. Kembali mencoba mencari tempat yang pas untuk mereka liburan selama 7 hari.
Kris, Sehun dan ketiga temannya yang lain akan debut menjadi grup boyband yang diasuh oleh agency terkenal bernama SM Entertaiment. Chanyeol, Lay, dan D.o, itulah ketiga anggota mereka yang lain.
Debut dengan nama Grup 'GALAXY' yang diusulkan oleh Kris sendiri selaku tertua diantara mereka. Kris juga terpilih menjadi pemimpin di GALAXY karena sifat dan pemikirannya yang dewasa, Sehun serta anggota yang lain pun tak ada yang protes akan hal itu. Karena menurut mereka Kris memang pantas menjadi seorang Leader.
Sang pemilik agency besar itu, mengatakan langsung pada anak didikannya untuk pergi berlibur selama 7 hari menjelang Debut. Ia tidak ingin saat debut mereka terlihat setres dan tegang.
Pintu sebuah kamar bercat putih terbuka. Menampilkan Chanyeol yang menguap lebar dan berjalan sedikit terseok-seok -efek mengantuk- menuju sofa yang diduduki Kris. "Kalian kenapa ribut sekali sih? Mengganggu acara hibernasiku saja."
"Ck, dasar beruang." Celetuk Sehun.
Kerutan samar tercetak jelas dikening Chanyeol mendengar ucapan Sehun. Namun karena memang masih mengantuk dia memilih tidak menanggapi. Dia mendudukan pantatnya disebelah kanan Kris.
PLUK
Pundak sebelah kanan Kris terasa berat. Ia menoleh dan mendapati Chanyeol dengan manjanya menyandarkan kepala disana. Sepertinya akan ada naga marah. Terlihat dari wajah Kris yang memerah dan rahangnya mengeras.
BRUAK!
"A-awh a-appo!" Jerit Chanyeol yang terjungkal kelantai dengan posisi yang tidak elit. "Apa yang kau lakukan Kris hyung!"
"Harusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan barusan TUAN PARK?" Balas Kris tajam. Jangan harap Kris suka jika Chanyeol maupun Sehun bermanja-manja padanya. Karena Kris bukanlah Lay dan D.o yang suka memanjakan kedua orang itu. "Jangan pernah melakukan hal menjijikkan seperti tadi lagi PARK!" Lanjutnya dengan nada mengancam.
"Ya! Dasar manusia datar. Ku doakan jika kau mempunyai kekasih nanti, dia itu seorang yang terlalu manja! Centil! dan buruk rupa!" Chanyeol mulai mengeluarkan sumpah serapahnya. Hei, tentu Chanyeol kesal bukan? Terjungkal kelantai dengan posisi salah itu sangat menyakitkan.
"Brengsek! Mati kau PARK!"
"Berhenti bertengkar Kris Chanyeol!" Sergah Lay yang baru pulang berbelanja bahan makanan. Terlihat dikedua tangannya memegang kantong plastik super besar berisi bahan-bahan makanan serta beberapa snack yang dibutuhkan untuk mereka liburan nanti. "Suara kalian yang besar itu terdengar sampai ujung jalan sana kalian tau?" Lanjutnya sembari berjalan kedapur. Meletakkan beban dikedua tangannya ke meja.
D.o menghampiri Kris dan yang lain setelah meletakkan dua kantong plastik besar kedapur diikuti Lay yang juga telah meletakkan kantong plastik yang sama. Sepertinya mereka belanja terlalu banyak kali ini.
"Aku menemukan ini dipersimpangan jalan saat menuju pulang. Lay hyung menyuruhku membawanya." Ujar D.o sembari memperlihatkan kotak berukuran cukup kecil. Kotak itu terbuat dari bahan kayu pilihan. Warnanya coklat gelap dengan ukiran aneh. Tulisan-tulisan disetiap sisi kotak itupun tidak bisa dimengerti oleh mereka. Tulisan kuno.
"Apa itu? Jangan-jangan isinya adalah bom!" Tebak Chanyeol. Sebuah kepalan tangan melayang menghasilkan sebuah jitakan dikepalanya. "Kenapa kau menjitak kepalaku Albino?"
Sehun, sipelaku penjitakan hanya mendengus. "Tidak bisakah kau berpikir sedikit logis? Mana mungkin orang menyimpan bom dikotak aneh itu." Balasnya ketus.
Kris memutar matanya jengah. Berbeda dengan Lay, pria berlesung pipi itu malah mengelus rambut Sehun dengan sayang. "Jangan berkata kasar pada yang lebih tua Sehun," Ujarnya lembut mencoba menasihati.
Inilah kelebihan Lay. Jika member lain bertengkar, seperti Kris dan Chanyeol maupun Chanyeol dan Sehun dialah yang dengan senang hati melerai. Lay memiliki jiwa keibuan yang besar. Sehingga membuat siapapun akan merasa nyaman berada didekatnya.
Sehun tersenyum kearah Lay dan menganggukan kepala. Dia menyukai sosok hangat seperti Lay. Lay itu seperti ibu baginya.
Perlahan D.o membuka kotak itu. Sedikit susah, sepertinya kotak ukiran kayu ini sudah lama tidak dibuka. Dengan sedikit usaha, akhirnya D.o berhasil membuka kotak itu. Alisnya terangkat sebelah saat menemukan sebuah gulungan kertas usanglah isi dari ukiran kayu berbentuk kotak itu.
Dia mengambil gulungan kertas itu dan berniat membukanya.
SREEET
Namun, dengan secepat kilat gulungan kertas itu sudah berpindah ke tangan Chanyeol.
D.o memelototkan matanya yang memang sudah besar itu. "Berhati-hatilah Chanyeol! Kalau kertasnya robek bagaimana?" Ujarnya kesal.
Chanyeol memasang senyum lebar dan wajah tak berdosanya. Dia membuka gulungan kertas itu dan langsung terperangah melihat isi kertas itu.
Sebuah hutan dengan pepohonan besar dan tinggi. Tidak bisa dikatakan hutan sebenarnya, karena dikertas itu terlihat gambar beberapa rumah. Terlihat seperti pedesaan kecil yang tenang dan nyaman.
"Ini sebuah peta! Lihat! Ada foto pemandangannya juga!" Ucap Chanyeol heboh.
Sontak mereka semua mengelilingi Chanyeol. Setelahnya mereka semua terperangah melihat pemandangan dipeta itu. Wow, itu pedesaan yang sangat indah. Sepertinya akan sangat nyaman dan menyenangkan bila mereka berlibur ditempat itu.
"Siapkan semua perlengkapan kalian, kita akan berlibur didesa ini."
.
.
.
Jam menunjukkan pukul 06.00 am. Masih terlalu pagi memang, tetapi Kris serta yang lain sudah bersiap untuk berangkat menuju desa itu. Ditemani dengan 2 orang pria berumur sekitar 40 tahunan yang merangkap sebagai manager mereka.
Mobil van besar yang mampu menampung sekitar 7 orang lagi itu mulai membelah jalanan Seoul yang masih sepi. Wajar saja, ini masih terlalu pagi untuk beraktivitas.
Mereka terlihat melakukan kegiatan masing-masing didalam van. D.o dan Lay yang saling bercerita resep masakan. Chanyeol yang lebih memilih melanjutkan acara tidurnya. Kris yang mendengarkan musik melalui headset yang tersambung dengan smartphonenya sembari membaca majalah fashion. Dan Sehun yang sibuk bermain game. Serta kedua manager mereka yang sibuk berbincang.
Death Village
"Mama! Mama!"
Luhan menghela nafas berat. Itu suara sibungsu Huang. Ada apa lagi dengan putranya itu?
Luhan baru saja pulih dari sakitnya. Dan sekarang ia harus mendengar panggilan yang nyaris seperti teriakan dari luar sana.
Baekhyun meletakkan secangkir teh hangat dimeja kecil dekat Luhan berbaring. "Bagaimana keadaanmu ge? Merasa baikan?" Tanyanya lembut.
Luhan baru saja akan menjawab namun teriakan dari luar sana kembali terdengar.
"Luhan! Dimana kau Luhan!"
Baekhyun menggeram kesal. "Kau dengar Ge? Sepertinya anakmu itu perlu diberi sedikit pelajaran!" Ujarnya dingin.
Luhan menggeleng lemah. "Jangan pernah menyakitinya. Dia tetaplah putraku Baek."
Luhan mengangkat gelas teh yang dibawa Baekhyun lalu meminumnya sedikit. Tenggorokannya terasa lega saat cairan hangat sedikit manis itu ia tenggak.
"Mama ada dikamar." Sahut Luhan sedikit keras. Suaranya terdengar serak karena memang ia belum terlalu pulih.
Tak berapa lama terdengar suara pintu terbuka dari arah luar disertai bantingan keras. Sipelaku pembantingan pintu berjalan cepat kearah Luhan dengan wajah tertekuk.
"Sopanlah sedikit pada ibumu Taozi. Kau tidak lihat dia sedang sakit hah?" Ujar Baekhyun dingin.
Sayang. Sibungsu Huang tidak menggubris ucapan Baekhyun. Ini yang tidak Baekhyun suka dari putra terakhir kakaknya itu, tidak sopan dan pembangkang.
"Mama! Jongin tidak mau mencarikan makanan untuk Tao!" Adu sibungsu Huang pada sang ibu. Terlihat kakinya dihentak-hentakan kelantai pertanda ia sangat kesal.
"Aku keluar dulu Ge, ada urusan yang harus kuselesaikan sekarang." Kata Baekhyun pelan. Luhan mengangguk.
Luhan kembali menatap putranya setelah Baekhyun pergi. "Lalu apa yang harus mama lakukan untukmu Taozi?" Tanya Luhan lembut. Dia mendudukan diri lalu menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang berbahan kayu pilihan itu.
"Mama harus memaksa Jongin agar dia mau mencarikan Tao makanan." pinta Tao dengan wajah memelas andalannya. "Lihat, tubuh Tao semakin kurus karena Tao sering kelaparan." Lanjutnya dengan sedikit memutar tubuhnya kekanan dan kekiri sembari meletakkan kedua tangannya disisi pinggangnya.
Luhan tertawa pelan. Tingkah anak terakhirnya ini benar-benar menggemaskan menurutnya. Bagaimana mungkin dia mengatakan tubuhnya kurus jika yang tampak dimata Luhan anaknya ini semakin gemuk. "Kau bukan semakin kurus Taozi, melainkan semakin gemuk. Lihat, pipimu bahkan semakin bulat."
Bola mata Tao yang dihiasi kantung mata hitam samar itu membulat. "Tao tidak gemuk!" Bantahnya kesal. "Tao tidak mau tau! Suruh Jongin mencarikan Tao makanan sekarang juga!"
BLAM
Suara bantingan pintu kembali terdengar. Siapa lagi pelakunya kalau bukan sibungsu Huang.
Luhan menatap pintu yang barusan dibanting oleh putranya. Menghela nafas berat, hanya itu yang bisa Luhan lakukan saat menghadapi sifat buah hatinya yang satu itu.
Perintah Tao adalah mutlak bagi Luhan. Jadi tidak akan ada kata 'tidak' keluar dari bibirnya.
Luhan memejamkan matanya serta mempokuskan pikiran. Ia akan melakukan telepathy dengan putra pertamanya. "Jongin."
Luhan menunggu sahutan anak pertamanya.
"Syukurlah kau menjawab. Temani Taozi kehutan, dia mengamuk karena kelaparan."
Luhan mendengar decakan diseberang sana.
"Tidak ada bantahan Jongin. Cepat temani dia atau dia akan memburu manusia seperti minggu lalu." Ucap Luhan lagi. Setelahnya ia langsung memutuskan telepathy dengan Jongin.
Death Village
Jongin merasa ibunya memanggilnya. Dia memejamkan mata serta mempokuskan pikiran. Benar, ibunya tengah memanggilnya. "Ada apa mama?"
Jongin berdecak. "Tapi mam-," Belum sempat ia menolak permintaan ibunya sambungan telepathy itu terputus.
Jongin melayangkan pukulan keudara. Sial! Saudara kembarnya itu selalu merepotkannya.
Ya. Huang Jongin dan Huang Zi Tao adalah saudara kembar. Putra dari seorang Xi Luhan yang berganti marga menjadi Huang setelah menikah dengan Jia Liem Huang.
Bukan kembar identik fisik. Bahkan wajah Jongin dan Tao amat sangat berbeda, termasuk sifat keduanya yang berkebalikan. Jongin adalah pria tampan yang dewasa, penurut dan sangat menghormati ibunya. Berbeda dengan Tao yang malah menuruni kecantikan ibunya, kekanakan serta pembangkang -Jongin 10 menit lahir lebih dulu dari Tao-.
Secepatnya ia harus kehutan. Saudaranya itu pasti sudah berada dihutan saat ini.
.
.
.
Jongin mengendus udara. Aroma tubuh Tao tertangkap oleh indra penciumnya. "Tao baru saja melewati tempat ini. Dia pasti belum jauh." Bisiknya pelan dan kembali berlari menerobos hutan.
Tak berapa lama kemudian Jongin menghentikan larinya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat saudara kembarnya tengah dikepung oleh beberapa pria yang memegang pedang.
Dikepung?
Sial! Mereka bertindak terlalu cepat.
Jongin berlari secepat kilat. Dan dalam waktu kurang lebih 3 detik dia sudah berada disamping Tao, memeluk saudara cantiknya itu lalu kembali berlari menjauh dari komplotan para pria berpedang itu.
"Lain kali pikirkan keselamatanmu Tao, kau pikir hutan ini tidak berbahaya untukmu." Nasihat Jongin pada sang adik.
Tao mendengus. Tangannya mengibas keudara pertanda ia tidak perduli dengan ucapan Jongin. "Tao bisa mengatasi sendiri. Kalau kau tidak datang, Tao pasti sudah kenyang memakan daging sebanyak itu." Sahutnya acuh.
"Keras kepala! Harusnya aku membiarkan kau mati ditangan mereka saja tadi!" . . .
Death Village
Baekhyun berjalan dengan langkah cepat menuju sebuah ruangan diujung castil itu. Dia harus segera berbicara dengan Suho Kim.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Baekhyun langsung melangkah masuk keruangan yang pintunya memang tidak pernah dikunci itu.
Tubuh Baekhyun sedikit bergetar. "Suho hyung," Panggilnya pelan pada sosok yang tengah sibuk dengan beberapa benda tajam ditangannya.
Suho mendongak. "Ada apa Baek? Wajahmu kusut sekali."
Baekhyun terdiam sebentar. Ketakutan itu muncul lagi. Kenapa? Kenapa masalah ini kembali muncul setelah beberapa tahun yang lalu. "Aku, a-aku takut hyung." Terdengar lirih. Dari nada ucapan itu saja Suho sudah mengetahui arah pembicaraan Baekhyun.
Suho tersenyum tipis. "Tidak ada yang perlu ditakutkan Baek. Luhan, bahkan kita semua akan menjaga'nya' agar 'mereka' tidak akan pernah melukai 'dia'."
Baekhyun terdiam -lagi. Perasaannya tak tenang sebelum ini semua berakhir. Haruskah ia melihat kakaknya terpuruk lagi? Setelah dulu terpuruk karena kematian JiaLiem.
Tidak! Memikirkannya saja sudah membuat Baekhyun sesak dan perih. Itu tidak boleh terjadi! Dia tidak akan membiarkan Luhan kembali hancur untuk kedua kalinya.
TBC
Gimana ff aku yang ini? Aneh? Memang.. jika ada yang berminat reviewnya yahh ^^
