Peringatan: This fanfiction contained YAOI-ness in some chapters, like this one. Jika anda anti boys-love, dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini. The rest may have slight slash or just shonen-ai (????). Not all chapters contained boys-love scenes. Some were clear from it. And the rest may contain girls-love scenes.
This chapter was rated T.
Setting: Alternate Universe. Kejadiannya sama dengan di cerita utama Death Note, cuma saya tambahin macam-macam yang mustahil ada di versi aslinya, misal: keberadaan fandom death note di fanfiction . net
Disclaimer: Death Note dan semua tokohnya bukan milik saya.
Chapter 1
Mello tidak suka ini.
Semuanya bermula ketika ia menyalakan komputernya dan membuka salah satu web browser terbesar di dunia. Ia mengetikkan satu kata yang hendak ia cari: Kira. Setelah menekan tombol enter, layar komputernya menyala lebih terang, mengindikasikan pencarian telah selesai.
Mello membaca satu persatu, mencari kira-kira yang mana yang dapat membantunya menemukan tujuannya. Ia tidak berharap terlalu tinggi. Lagipula, internet dipenuhi begitu banyak berita palsu. Tetapi tetap tak menutup kemungkinan adanya berita yang benar, kan?
"Tak berguna, tak berguna, tak berguna," gumamnya terus menerus. Ia terus membaca dan mencari hingga akhirnya ada satu yang menarik perhatiannya. Setelah meng-klik link tersebut, ia mulai mengamati website yang baru saja dimasukinya.
FanFiction?
Belum pernah mendengar kata itu sebelumnya, Mello diam saja. Ia membaca baik-baik dan menemukan link yang benar-benar menarik perhatiannya: Death Note.
Informasi begitu mudah bocor di internet, gerutu Mello dalam hati. Lagipula, siapa yang dengan bodohnya membocorkan informasi ini ke internet? Yah, siapapun itu kurasa tidak lebih bodoh daripada orang-orang yang dengan bodohnya mempercayai informasi ini. Tetapi... apa maksud angka delapan belas ribu lebih di sampingnya?
Ia meng-klik link itu dan menemukan banyak sekali judul dengan berbagai summary. Mello kembali bertanya-tanya dalam hati –sebenarnya apa ini?
Ia meng-klik judul pertama yang terlihat, tertulis: Andai Semuanya Dapat Terulang Lagi by I'm the star of stars.
Mello mulai membaca. Semuanya terasa begitu tak masuk akal baginya—hingga ia membaca paragraf ke-8.
Tertulis:
Ketika bibir keduanya bertaut, serasa tak ada lagi yang penting di dunia ini. Tak ada L. Tak ada Kira. Hanya mereka berdua. Hanya L Lawliet dan Yagami Light. Seandainya keajaiban benar adanya, biarlah mereka memohon agar selamanya waktu tak bergerak.
Belum selesai membacanya, Mello sudah berada di kamar mandi untuk muntah.
Ia tak percaya akan apa yang baru saja dibacanya. Kalau ia percaya, berarti kesehatan jiwanya akan ia pertanyakan.
Itu bohong, itu semua hanya tipuan. Hanya saja tipuan itu terlalu nyata. Bahkan tertulis nama tersangka utama kasus Kira: Yagami Light. Dan L Lawliet adalah nama asli L? Ha! Seakan itu tak mustahil bagi siapapun yang menulisnya untuk mengetahui nama asli L yang bahkan aku saja tak tahu!
Menanamkan pikiran itu dalam-dalam, Mello meng-klik tombol 'Back' lalu dengan hati-hati membaca setiap judul dan summary yang ada di halaman itu.
Satu judul menarik perhatiannya.
Katakanlah Padaku by Nicotine won't kill you
Kau tahu diriku ada di sini menatapmu dari bawah. Kau tahu tetapi tetap diam di sana, membuatku semakin membencimu. MelloNear, YAOI, M for lemon. RnR please!
Ia membaca nama Near di sana. Siapa tahu yang satu ini berhubungan dengan rival abadinya itu. Tetapi mengapa ada namanya juga di sana, tepat di sebelah Near? Dan apa itu YAOI? RnR??
Ia akan tahu setelah membaca.
Lalu akan mengumpat dirinya sendiri karena telah membacanya.
Awalnya dia tenang-tenang saja membaca cerita fiksi itu. Cerita fiksi, karena sepenuh hati ia yakin kejadian itu tak ada dalam rekaman otaknya. Sepanjang ingatannya, ia tak pernah berada di ruang tertutup di sebuah pondok terbengkalai di tengah badai salju di puncak gunung Jaya Wijaya. Lagipula, di mana sebenarnya gunung Jaya Wijaya itu? Mendengarnya saja ia belum pernah.
Ceritanya kira-kira seperti ini (sejauh apa yang sudah Mello baca): Mello dan Near bermaksud bertemu secara rahasia untuk membahas kasus Kira. Karena pertemuannya adalah pertemuan rahasia, tempatnya juga jauh dari keramaian (atau yang seperti Mello bilang, jauh dari peradaban) yang tak lain adalah di atas gunung tertinggi negara kepulauan Indonesia.
Lagipula, ide siapa itu, bertemu di atas gunung bersalju tanpa melihat prakiraan cuaca akan adanya badai? Mello tidak sebodoh itu hingga tak memeriksa tempat yang akan didatanginya, terutama dalam pertemuan rahasia. Oleh karena itu, ketika membaca namanya tertulis sebagai orang yang mengatur pertemuan itu, Mello sempat mengumpat pengarang cerita itu–seseorang ber-pen name Nicotine won't kill you.
Dan pada paragraf entah keberapa (Mello sama sekali tak merasakan kebutuhan maupun keinginan untuk menghitungnya) tertulis dengan sangat amat jelas:
Aku mendekatkan wajahku. Kulihat kedua matanya terkatup semakin rapat.
Ia ketakutan.
Ekspresi yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Sekarang akhirnya aku dapat melihatnya ditujukan padaku. Hanya padaku.
Near….
Hangat. Tidak, seharusnya dingin. Kami berada di dalam pondok yang terbengkalai di tengah badai salju. Mustahil terasa hangat di tempat tanpa penghangat maupun penerangan seperti ini. Tetapi, hal yang mustahil terjadi kini benar-benar sedang terjadi.
Bibirku terasa dingin. Begitu pula dengan bibirnya. Namun, kehangatan kecil muncul ketika keduanya -DOR-
-DOR DOR DOR DOR DOR-
…
Bahkan sebelum Mello sempat membacanya hingga selesai, komputer itu telah berlubang tertembak enam peluru dari pistolnya. Belum puas, Mello bermaksud mengisi selongsong peluru lagi dan bila bukan karena komputernya sudah nyaris meledak, ia pasti sudah menendang dan menginjak-injak komputer itu hingga rata dengan tanah.
"Apa-apaan itu????" teriak Mello tak jelas marah atau stres.
Di salah satu kamar di bangunan yang sama, seorang laki-laki menatap layar laptopnya sembari tersenyum-senyum. Jemarinya lalu menari di atas keyboard. Setelah setengah menit berlalu, ia menatap layar laptopnya lagi lalu meng-klik tombol bertuliskan 'Add Chapter'.
Menunggu halaman new chapter has been submitted muncul di layar laptopnya, lelaki remaja itu menyalakan rokok, menghisapnya, lalu menatap layar laptopnya lagi untuk mengagumi masterpiece-nya.
/-(--)-\
FanFiction . Net - unleash your imagination ………………………………………………………………………………………. Nicotine won't kill you : logout .
Editing Story: Katakanlah Padaku
Properties --- Content/Chapters --- Live Preview --- Download/Backup -------------------------------- Delete Story
New Chapter
Chapter 9 has been submitted. Please note it can take up to 30 minutes for the changes to take effect.
\-(--)-/
Catatan:
Fanfic yang tercantum dalam cerita ini hanyalah fiksi (ya, iyalah! Namanya juga fanfic!). Kesamaan nama, judul, plot, ataupun summary, hanyalah kebetulan semata.
Fanfic ini kubuat bersama sepupuku, fanfic author juga: Hino Sakura, yang sangat suka dengan Death Note tapi tidak berani mengepost fanfic DN di FanFictionNet. *shrug* Sewaktu aku membuka folder fanfic di flashdisknya, aku menemukan banyak DN oneshot, dan hampir semuanya YAOI, serta aku yakin dia nggak akan pernah merelease bahkan satu dari fanfic-fanfic itu sampai dia berumur 18 tahun (Oops, if you read this, please don't be mad at me, sis! I just want to say that I love your works! -alasan nggak nyambung-). Jadi ya, fanfic kolaborasi ini ku-release saja di tempatku.
Please give us some reviews, nee?
