"Kuroba!" teriak sebuah suara yang langsung menggema di lorong sekolah. Kaito Kuroba, pesulap amatir yang merasa namanya dipanggil, hanya tertawa terbahak-bahak di tempatnya. Dan tentu saja yang memanggilnya adalah Shinichi Kudo, detektif tersohor dari timur, yang kini berada di dalam balutan gaun pengantin. Ulah siapa lagi kalau bukan Kaito.
"Kau tampak cantik dengan gaun itu," kata Kaito yang masih saja tidak dapat berhenti tertawa. Shinichi hanya bisa terdiam dengan rona merah di wajahnya. Ditambah lagi, seluruh siswa yang berada di lorong tersebut mengikuti jejak sang pesulap, yaitu dengan tertawa terbahak-bahak.
"Enak saja! Aku ini laki-laki, tidak bisa dikatakan cantik," sahut Shinichi kesal. "Cepat minta maaf kepadaku, Kuroba!" Lanjut Shinichi dengan nada menyuruh.
"Maaf, Tuan Putri Shinichi," jawab Kaito sambil membungkukkan badannya.
"Apa kau bilang?"
"Tuan Putri Shinichi," jawab Kaito tak acuh.
"Kuroba! Minta maaf yang benar!"
"Hai, hai. Maaf Shinichi Kudo, The Great Detective of The East," sekali lagi Kaito meminta maaf kepada Shinichi, "Sebagai bukti permohonan maafku, bagaimana kalau kita pergi ke taman bermain yang baru dibuka kemarin lusa?" lanjut Kaito. Ia menjentikan jarinya yang langsung disambut dengan kepulan asap di sekitar tangannya. Ketika asap itu menghilang, di tangannya sudah terpegang 2 buah tiket masuk ke taman bermain tersebut.
Shinichi nampak berpikir sebentar, "Baiklah, Kuroba. Tapi awas kalau kau sampai mengulang hal ini lagi. Akan kupastikan kau tidak akan lolos dariku dan bola sepak milikku," ancam Shinichi.
"Hai, hai," sahut Kaito cepat ketika membayangkan seperti apa rasanya terkena bola sepak yang ditendang oleh detektif tersebut. Pasti sakit sekali!
.
.
Pulang sekolah, mereka berdua berjalan bersama –sama ke taman bermain. Sesampainya di sana, Kaito segera mengantri di tempat antrian roller coaster. Mau bagaimana lagi, Shinichi pun terpaksa mengikutinya.
Akhirnya giliran mereka untuk menaiki wahana tersebut tiba. Setelah menunggu selama kurang lebih 15 menit, akhirnya sekarang mereka bisa meraasakan keseruan wahana tersebut.
"Kau takut Shinichi?" tanya Kaito dengan nada mengejek.
"Baka. Siapa bilang aku takut?" sahut Shinichi cepat dengan sedikit kesal karena merasa bahwa dirinya telah diremehkan.
"Bilang saja kalau kau ta-" kata-kata Kaito terpotong lantaran roller coaster tersebut mulai bergerak. Tanpa disadari, Kaito memegang tangan Shinichi, bahkan sampai wahana tersebut selesai.
Shinichi yang mulai menyadari bahwa Kaito menggenggam erat tangannya, tidak dapat menahan wajahnya untuk tidak memerah. Entah mengapa, tiba-tiba jantungnya berdetak semakin cepat.
Selesainya wahana tersebut, mereka menaiki wahana lain. Hari semakin sore dan mereka memutuskan untuk segera pulang.
"Kaito, lebih baik kita pulang sekarang. Sebentar lagi sudah gelap," kata Shinichi sambil melihat langit.
"Hai, kuantar kau pulang kalau begitu," jawab Kaito.
.
.
Sesampainya di depan mansion Shinichi, "Kalau begitu aku pulang dulu," kata Kaito seraya menyerahkan setangkai bunga mawar merah yang dimunculkannya sama seperti ia memunculkan tiket taman bermain tadi. "Sampai jumpa, Princess," lanjut Kaito seraya mencium pipi sang detektif lalu berjalan pergi meninggalkan detektif tersebut.
Shinichi hanya bisa terdiam melihat kepergian sang pesulap tersebut. Jantungnya berdegup kencang. Rona merah tertera dengan jelas di pipinya. Ia hanya dapat memandangi setangkai mawar yang tadi diberikan oleh si pesulap amatir. Ia memikirkan satu hal, lalu menyadari bahwa ia menyukai seorang Kaito Kuroba.
