Yu-Gi-Oh! GX (c) Takahashi Kazuki
Yu-Gi-Oh! 5D's (c) Takahashi Kazuki
A/N: Kokoro ini meleleh karena inget Aki ngga bisa duduk di motor Yuusei, dibilangnya itu motor untuk satu penumpang (makanya dia gelantungan di pinggir), tapi pas di YGO movie Juudai dengan santai nemplok di punggung Yuusei persis koala :"( #lelah
by St. Chimaira (id: 1658345)
.
.
.
Jack terbahak kalap.
Crow gebrak-gebrak meja.
Sementara Yuusei masih bersikeras menoleh ke samping, persis torehan personifikasi homo sapiens dalam bangunan piramid. Dia menolak mengalihkan pandangan, bahkan ujung mulutnya kini maju beberapa senti karena resonansi gelak tawa dua sahabatnya tidak kunjung reda.
"Sudah puas tertawanya?" yang merasa terbuli mulai sarkastik.
"BELUM, HAHAHAHAHAHA! BELUM!" Crow mencengkeram bagian dada, tidak kuat dengan siksaan iman di daerah paru-parunya.
Jack tidak mau kalah, "AKU BELUM PERNAH TERTAWA SEPUAS INI SEPANJANG HIDUPKU, HAHAHAHAHAHAHAHA!"
Kalau Yuusei tidak diciptakan sebagai protagonis anggun, pendiam, juga penyabar—dua rekannya pasti sudah tewas dengan mulut dipenuhi perkakas otomotif.
"Kalian berdua, berisik! Ini sudah malam!"
"Oh, pemeran utama satu lagi datang!" Crow melambaikan tangan pada sosok tegap di depan pintu dengan watados, "Hai, Juudai!"
Mengabaikan tawa yang masih bergema seru, Juudai dengan senang hati melewati dua makhuk sarap untuk menuju meja lalu menaruh baskom kecil penuh es batu di atasnya.
"Yuusei, lihat kemari..." tangan itu cekatan membasahi handuk yang sengaja dia bawa, direndam ke dalam air dingin sebelum diperas habis.
"Tidak mau."
"Oi, oiii... memang kau mau menghadap dinding terus sampai beberapa hari ke depan?"
"Iya."
Ngik.
Dilihat dari sisi manapun, paras Yuusei sama sekali tidak cocok untuk meloloskan kalimat candaan. Lagipula untuk disebut 'kalimat' juga rasanya kurang tepat karena yang biasanya terucap hanya sepatah atau dua patah kata saja.
"Nanti bengkak di pipimu makin parah!" Juudai bersikeras. Dagu Yuusei dijepitnya hati-hati di antara telunjuk dan ibu jari, memaksa sang King Acceleration untuk mengganti arah pandang sebelum lehernya terkunci permanen di satu arah.
"Lihat, sudah mulai biru..." dengan hati-hati, Juudai menempelkan handuk tadi di pipi sahabatnya yang cedera. Sekarang selain gelak tawa, Jack dan Crow malah sibuk bersiul dan mengomentari adegan mesra di depan mata.
"A-aw!"
"Sorry... tahan bentar."
Persis kartu bernama Yubel yang memiliki dua sisi berbeda pada wajahnya, mungkin seperti itulah keadaan pemimpin tim 5D's saat ini. Dengan sebelah pipi bengkak dari cap tangan gadis cantik yang baru satu jam lalu murka dan keluar dari ruangan.
Sepele. awalnya Juudai bercerita tentang pengalamannya dibonceng Yuusei di motornya sambil merasakan riding duel sesungguhnya. Hal ini membuat Aki naik pitam lalu memberi tanda mata dengan telapak tangannya.
Kalau maksud Aki melakukannya karena cemburu, itu agak keterlaluan karena Juudai kan laki-laki juga. (meskipun jelas sekali gadis itu sempat cemburu pada Bruno—anggota pria 5D's lain—saat terlalu dekat dengan Yuusei). Tapi dalam kasus kali ini, kebetulan komentar Yuusei berhasil menggali kuburannya sendiri.
Masih berusaha menempelkan handuk dingin di pipi Korban, Juudai mendesah, "Maaf... gara-gara aku... harusnya aku tidak membuka topik tadi,"
"Bukan." ditampik cepat.
Saking fokusnya, Yuusei tidak sadar ruangan telah sunyi senyap—
"Bukan salahmu, Juudai. Tadi kan sudah kubilang..."
—bahkan dari bunyi sepatu hak tinggi yang semakin lama semakin menggema.
Juudai memaksakan senyum garing, terutama pada sosok yang sudah berdiri tepat di belakang pasiennya, "Yu-Yuusei, cukup. Jangan bicara lagi,"
"...semua salah Aki karena pantatnya terlalu besar!"
PLAAAAAAKKK!
END
