DISCLAIMER : HIRO MASHIMA
RATE : T (TEEN/REMAJA)
WARNING : AU, A BIT OF OOC, DON'T LIKE DON'T READ
.
.
.
Akumu. Sebuah desa terpencil yang terletak di lereng pegunungan Yamatsuki. Desa yang konon pernah menjadi buah bibir masyarakat Fiore pada tahun 1970an, karena telah terjadi peristiwa menakutkan di sana. Peristiwa mengerikan diluar nalar yang tak akan pernah dilupakan oleh kebanyakan orang pada waktu itu.
.
.
.
Minggu pagi yang cerah. Burung-burung beterbangan dengan kawanannya, saling menyahut dan mengepak riang di langit biru. Pepohonan mulai terlihat gersang, terbawa oleh arus panas yang sedang melanda. Karena ini adalah awal musim panas. Suatu masa setahun sekali yang amat dinantikan oleh para siswa maupun siswi di negara ini. Dan keempat manusia yang kini sedang bersiap-siap untuk berangkat memulai rencana liburan musim panas ini, termasuk di dalamnya.
"Lucy, jangan lama-lama. Mama khawatir kalau kamu nanti sakit atau kenapa-kenapa jika terlalu lelah" Seorang wanita dewasa berambut pirang kini sedang sibuk mewanti-wanti putri tunggalnya dari depan pintu rumahnya yang megah. Raut mukanya menampakan ekspresi khawatir.
Sang putri tercinta yang terlihat sedang asyik memasukan barang-barangnya ke dalam bagasi belakang mobil kemudian menoleh "Tenang saja Mama. Aku berjanji akan baik-baik saja kok. Kan ada Natsu yang akan menjadi penjagaku 24 jam"
Pria tampan berambut merah muda yang kebetulan sedang mengecek mesin di kap mobil depan tiba-tiba melongokan kepala "Ehhh? Sembarangan kau. Memangnya aku pembantumu apa? Dibayar aja nggak"
"Sudahlah Layla" Sang kepala keluarga Heartfilia memeluk bahu istrinya itu "Kita percayakan pada mereka berempat, termasuk putri kita. Biarkan mereka bersenang-senang"
"Iya, kau benar Jude" Ia menghela nafas.
Seorang laki-laki berambut hitam berjalan ke arah mobil dengan kedua tangan yang menenteng kresek penuh berisi makanan dan minuman "Hey, ini makanan dan minumannya. Benar-benar berat" Ia lalu meletakan kresek besar itu ke dalam bagasi.
"Gray, kenapa kau telanjang dada seperti itu? Tidak sopan jika dilihat oleh ayah dan ibu Lucy, bodoh" Sebuah kalimat bernada dingin yang terlontar dari mulut Erza membuat Gray bergidik ngeri.
"Ta..tapi kan ini musim panas?"
Tatapan tajam dari kedua bola mata wanita berambut merah itu membuat seorang Gray Fulbuster langsung mematuhi perintahnya "Iya iya, aku akan pakai bajuku"
"Bagaimana Natsu? Mesinnya oke?" Lucy berjalan menghampiri Natsu yang sepertinya sudah selesai mengecek mesin.
"Hn. Kita tinggal berangkat saja. Semuanya beres kok" Pria itu mengacungkan jempol.
"Yosh, saatnya berangkat. Mari kita absen satu per satu peralatan dan perlengkapan yang ada" Putri tunggal tuan dan nyonya Heartfilia itu kembali menuju bagasi belakang.
"Woy pinky, memangnya kita akan berlibur kemana kali ini?" Tanya Gray kepada sahabatnya yang sedang asyik mengoreki hidung di samping mobil.
"Hah? Jadi sampai detik ini kau tidak tahu tujuan kita akan kemana?"
Gray menggeleng.
"Hahahahaha, bodoh sekali kau ini. Bagaimana bisa kau memutuskan untuk ikut jika tidak tahu kemana kita akan pergi hah?"
Laki-laki itu tiba-tiba mencengkeram kerah Natsu "Apa kau bilang? Aku bodoh? Asal kau tahu ya, aku mengikuti acara ini mendadak karena kebetulan di hari yang sama Juvia ngotot untuk mengajakku liburan bersamanya. Mengerti?" Bentaknya.
Natsu pun tidak terima dengan perlakuan rivalnya itu. Ia gantian menarik baju Gray "Kau menantangku berduel apa? Hah?"
"Jika iya kenapa?"
"Baiklah. Ayo kita selesaikan secara jantan di sini"
Sesosok wanita dengan wajah yang dibuat menyeramkan langsung hadir di tengah-tengah kedua pemuda yang hampir berkelahi itu "Naattssuuu ... Grraayyy"
Keduanya menoleh kompak ke samping kanan "Erzaaa?" Ucapnya bersamaan.
Dengan sekali jeweran, Erza berhasil melerai Natsu dan Gray.
"Jika kalian berdua ribut lagi dan bertingkah kekanakan seperti ini, aku tak akan segan-segan untuk mencoret nama kalian di acara liburan musim panas kali ini. Kau setuju kan Lucy?" Erza mengedipkan matanya ke arah Lucy, memberi isyarat jahil.
"Itu benar" Timpal perempuan berambut pirang itu.
"Memangnya kita mau kemana ini?" Gray masih penasaran dengan tujuan mereka berempat yang masih belum ia ketahui.
"Kita berencana akan berlibur selama sepekan di villa milik Lucy yang terletak persis di tepian pantai, di kota Hargeon. Kau tahu kan betapa indahnya pemandangan di sana?" Erza menjelaskan.
"Ohh kalau tujuannya ke tempat seperti itu sih sepertinya akan asyik" Gray membenarkan perkataan Erza.
"Semua yang kita butuhkan sudah siap sedia. Saatnya berangkat ya teman-teman" Kata Lucy dengan nada bersemangat.
"Yosh! Aku yang menyetir" Natsu bergegas membuka pintu di samping jok kemudi dan masuk ke dalam.
"Aku duduk di belakang saja" Gray mencari tempat duduk di deretan jok belakang.
"Papaaa, Mamaaa! Aku berangkat dulu yaaa" Teriak Lucy dengan wajah riang ke arah kedua orang tuanya.
"Hati-hati Lucy. Semoga kalian semua selamat sampai tujuan" Layla melambaikan tangannya.
"Erza, tolong jaga Lucy ya"
Perempuan berambut merah itu tersenyum, kemudian menundukan kepala "Serahkan semuanya kepada kami bertiga Jude-ojisan"
Kedua perempuan itu langsung masuk ke dalam mobil setelahnya.
Natsu kemudian menyalakan mobil SUV milik keluarga Lucy itu "Siap semuanya? Saatnya berangkaaat!"
A
K
U
M
U
Sebuah mobil SUV berwarna hitam berplat nomor L U CY bergerak lumayan kencang, membelah jalanan lebar dan halus yang berada di perbukitan pegunungan Yamatsuki. Di dalam mobil tersebut, terlihatlah keempat manusia yang sedang asyik dengan kegiatannya masing-masing.
Di jok depan kanan atau tepatnya jok kemudi, Natsu sedang fokus menyetir walau sesekali pandangannya menoleh ke samping kiri dan kanan dan berakibat gentakan dari Erza. Di samping Natsu, Lucy sedari awal berangkat masih asyik membaca majalah fashion yang memang sudah menjadi kegemarannya itu. Lalu ada Gray yang lebih memilih tidur di jok belakang karena kebetulan Erza ada di sampingnya. Dan yang terakhir, Erza duduk manis sembari mengamati pemandangan perbukitan yang asri nan permai walau sesekali ia diinterupsi oleh perilaku Natsu yang teledor.
"Hoahhmmm ... aku ngantuk" Lucy meregangkan tubuhnya, kemudian menutup majalah fashionnya.
"Lucy, apakah dari sini masih lama?" Tanya Erza.
Perempuan bermarga Heartfilia itu menoleh ke arah belakang dengan mata yang memerah akibat ngantuk "Emmm mungkin masih cukup lama. Dari kota kita Magnolia menuju Hargeon kurang lebih berjarak 180 KM. Mungkin dari jalur perbukitan Yamatsuki ini masih kurang 90 KMan lah"
"Begitu ya" Erza merebahkan tubuhnya ke jok.
Natsu langsung memperlambat laju kendaraan dan membelokan setir ke arah kiri begitu ada SPBU yang terlihat di depan mereka. Begitu mobil berhenti, petugas SPBU langsung cepat tanggap. Natsu membuka kaca mobilnya "Isi sampai penuh ya pak"
"Baik"
Gray membuka matanya perlahan-lahan "E..eh? I..ini sudah sampai kah?"
"Belum Gray. Kita sedang berhenti dulu di SPBU" Jawab Erza singkat.
"Pak, numpang nanya" Natsu mencolek pundak petugas yang sedang mengisikan bensin.
"Iya?"
"Dari sini hingga kota Hargeon masih lama tidak ya?"
Petugas itu mencabut alatnya sebelum menjawab pertanyaan Natsu "Hargeon ya? Kalau itu kurang lebih masih agak jauh. Sekitar 95 KM lagi"
"Sejauh itu kah pak?"
Petugas itu mengangguk "Iya. Tapi kalau tidak salah tadi malam barusan terjadi kecelakaan beruntun di jalan utama ini, sekitar 10 KM lagi. Dan dengar-dengar karena saking dahsyatnya kecelakaan itu mengakibatkan jalan macet total"
Natsu berpikir sejenak, kemudian ia menoleh ke belakang "Erza, bagaimana ini? Kau dengar kan permbicaraanku barusan?"
"Macet total gara-gara kecelakaan fatal ya. Hmm, ini bisa menjadikan kita terlalu lama sampai di sana" Ujar perempuan berambut merah panjang itu.
"Coba tanya apakah ada jalur alternatif atau tidak"
Kedua orang itu menatap ke arah Gray seketika.
"Jalur alternatif ya? Kau benar sekali Gray. Tumben kau pintar" Kata Natsu dengan wajah sumringah.
Laki-laki itu berdecih "Cih, kau nya saja yang terlalu bodoh"
"Pak, ngomong-ngomong ada jalur alternatif tidak?" Tanya Natsu lagi.
"Ada-ada kok. Anda tinggal lurus saja dari sini. Lalu kurang lebih 3 KM di depan, belok kanan melalui jalur alternatif yang melewati lereng gunung Yamatsuki"
TINN TINNN
"Cepat woy, jangan kelamaan! Kami juga sedang terburu-buru"
Natsu melongokan kepala keluar dari jendela, kemudian ia berulang kali menunduk ke arah pengemudi mobil di belakangnya "Maaf tuan, maaf"
Ia langsung menutup kaca mobil, lalu menyalakan mesin dan secepat kilat menekan pedal gas untuk segera melaju.
"Tunggu!" Teriak petugas SPBU itu. Tapi terlambat, mobil berplat nomor L U CY itu sudah semakin menjauh.
'Padahal aku akan mengatakan sesuatu yang lebih penting agar kalian tidak tersasar saat memilih jalur. Jalur yang di sebelah kanan adalah jalur terlarang yang tidak boleh dilewati. Jalur berbahaya menuju ke tempat 'itu' ' Batinnya dengan raut muka sedikit pucat.
A
K
U
M
U
Kini Natsu sudah bersiap belok kanan menuju ke jalur alternatif itu. Ia berulang kali menengokan kepala ke arah spion walau lampu seinnya sudah di aktifkan.
"Erza, bukankah ini jalur yang dikatakan oleh petugas SPBU itu?"
"Iya-iya sepertinya. Lihatlah itu" Telunjuk Erza mengacung ke sebuah plang besar berwarna kuning yang bertuliskan JALUR ALTERNATIF.
"Kau menyetir yang baik saja otak udang. Jangan sampai kami celaka gara-gara ulahmu" Ucap Gray datar.
"Diam kau!" Sewot sang pengemudi.
"Diamlah atau aku akan menendang kalian berdua dari dalam mobil ini" Tangan kanan Erza menjambak rambut Natsu, dan tangan kirinya menjambak rambut Gray. Kedua musuh bebuyutan itu langsung terdiam seribu bahasa.
Udara semakin lama terasa semakin dingin. Jalanan yang dilalui oleh mobil SUV itu terasa cukup kasar dan sempit, tidak sebagus jalan utama tadi. Di samping kiri dan kanan hanya terlihat rerimbunan pepohonan yang menjulang tinggi dan berukuran besar. Langit lambat laun berubah menjadi mendung, padahal ini baru awal musim panas yang seharusnya langit terlihat biru dan matahari bersinar terik.
Kecepatan mobil itu melambat secara tiba-tiba begitu di hadapan mereka berempat terlihat dengan jelas ada dua jalur. Yang satu ke kiri dengan jalan yang menikung ke bawah, dan yang kedua lurus ke depan.
"Aku tidak tahu jika ada dua jalur lagi seperti ini" Gumam Natsu. Ia menekan pedal rem dengan kuat, mengakibatkan mobil berhenti seketika.
"Ke..kenapa ber..henti?" Lucy yang belum sampai terlelap ikut terbangun.
"Tadi menurut petugas SPBU itu bagaimana, Natsu?" Selidik Erza dengan wajah serius.
Natsu menelan ludahnya "Aku hanya diberitahu sampai belok kanan saja saat melalui jalan utama tadi. Tapi tidak diberitahu setelahnya suruh kemana"
Gray membuka jendela di sampingnya, kemudian ia mengeluarkan kepalanya "Aku rasa sedari awal hanya kita saja yang melalui jalur alternatif ini"
"Menurut kalian yang kiri atau yang kanan?" Natsu benar-benar diliputi perasaan bimbang.
"Yang kanan atau yang lurus saja Natsu"
Laki-laki itu segera menoleh ke samping kiri "Kau serius Lucy?"
Perempuan itu mengangguk "Hmm. Menurutku jalur yang kiri menuju ke lembah karena berbelok ke bawah. Sedangkan yang lurus akan menuntun kita menuju ke Hargeon"
"Analisamu bagus juga Lucy. Aku setuju" Puji Erza.
"Yosh, saatnya lanjuuut" Natsu mengoper persnelingnya dan menekan pedal gas kembali.
Tetes demi tetes air mulai turun dari angkasa. Dan tetesan air itu pelan tapi pasti semakin banyak saja. Gerimis yang cukup deras menemani perjalanan mereka berempat.
"Ada apa Erza?" Tanya Gray saat melihat perempuan yang duduk di sampingnya itu terus-terusan melongokan wajahnya keluar. Padahal cuaca di luar sedang kurang bagus.
"Aku heran. Padahal sudah musim panas dan ketika kita berhenti di SPBU cuaca di sekitar perbukitan masih cerah. Tapi kok tiba-tiba turun gerimis seperti ini ya?"
Gray mengusap-usap dagunya, pertanda berpikir "Benar juga. Walau memang terkadang cuaca di pegunungan lembab dan curah hujannya tinggi, tapi seharusnya tidak muncul gerimis secara tiba-tiba seperti ini"
Samar-samar dari kejauhan terlihat semacam papan yang berdiri tegak di samping kiri jalan. Lucy yang kebetulan melihatnya berusaha mengamati. Tapi karena keadaan sedang gerimis dan terdapat semacam tanaman rambat yang mengelilingi papan itu, Lucy kesusahan untuk mengamatinya.
"Itu..." Pandangannya bergerak kebelakang seiring dengan terlewatnya papan yang menarik perhatiannya barusan.
"Ada apa Lucy?" Tanya Natsu.
Perempuan cantik itu menggeleng "Tidak. Tidak ada apa-apa"
Samar-samar, sesosok wanita berbaju putih panjang dengan rambut acak-acakan yang menutupi wajahnya melangkahkan kaki pelan menuju papan itu. Dengan ditemani oleh gerimis yang dingin dan sepinya suasana pegunungan, ia menyeringai menakutkan serta penuh arti. Jika diperhatikan lebih dekat lagi, tertulis sebuah peringatan yang berbunyi DAERAH TERLARANG! SEGERA PUTAR BALIK KENDARAAN KALIAN SEKARANG!
Dan sosok wanita misterius itu tiba-tiba saja menghilang bak ditelan bumi. Bersama suara percikan air hujan yang jika didengarkan dengan seksama, seakan mengisyaratkan bahwa akan ada sesuatu yang menakutkan yang belum pernah ditemui sebelumnya di ujung sana.
A
K
U
M
U
"Sial sial siaaal! Kenapa sih mobil ini harus mogok di tempat seperti ini" Natsu menggebrak setir berulang kali sebagai pelampiasan kekesalan.
"Jika kita berbalik" Gray menoleh ke belakang "Pasti sudah jauh dan tak mungkin juga berjalan untuk meminta bantuan di tengah-tengah pegunungan yang sepi seperti ini"
"Kalau tahu seperti ini lebih baik kita tak usah lewat jalur alternatif" Erza menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Lebih baik kita harus mengalami macet daripada terjebak di tempat seperti ini"
Natsu meremas-remas rambutnya sendiri "Aarrghhh. Padahal sebelum berangkat aku sudah mengecek mesinnya dengan baik kok ya"
Sang pemilik mobil juga ikutan panik. Keringat dingin mulai bercucuran dari dahinya "Kemarin sebelum berangkat aku juga sudah menyuruh sopir pribadiku untuk menyervis mobil ini. Bagaimana ini? Aku tidak mau jika harus bermalam di tempat terpencil seperti ini. Sepertinya di sekitar sini tidak ada kehidupan" Ia berulang kali menengok ke kanan dan kiri untuk memastikan tak ada monster atau sejenisnya.
Mereka berempat hanya bisa terdiam. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri. Tak ada yang bersuara sedikitpun. Gerimis yang tadinya cukup deras kini lambat laun mulai mereda.
"Kau mau kemana bodoh?" Gray sedikit terkejut melihat tingkah Natsu yang tiba-tiba keluar dari mobil walau gerimis belum sepenuhnya berhenti.
"Aku mau cari bantuan. Siapa tahu ada penduduk di sekitar sini" Jawabnya lantang.
"Aku ikut Natsu"
Ketiga pasang mata melirik kompak ke arah Erza.
"Aku akan menemanimu. Dan kau Gray" Telunjuk perempuan itu mengarah ke wajah laki-laki berambut hitam yang ada di sampingnya.
"Hn?"
"Kau jaga Lucy yang sedang ketakutan. Mengerti?"
Gray menggaruk belakang kepalanya "Iya-iya mengerti"
Akhirnya diputuskanlah Natsu dan Erza yang pergi untuk mencari bantuan. Mereka berdua berjalan beriringan menembus jalanan becek menuju ke depan sana. Sedangkan di dalam mobil kini tinggal ada Lucy dan Gray yang bertugas untuk menemaninya.
"Kau kedinginan?" Tanya laki-laki itu saat melihat Lucy yang sedikit menggigil.
"Iya"
Ia lalu mengubek-ubek isi tasnya yang ada di bagasi belakang. Atau lebih tepatnya berada di belakang kursinya yang kini sudah disulap menjadi bagasi dengan mencopot deretan jok paling belakang sendiri.
"Pakailah ini" Gray menyodorkan sebuah pakaian tebal semacam mantel kepada Lucy.
"Terima kasih Gray" Perempuan cantik itu pun segera memakainya untuk menghangatkan tubuhnya.
"Kau mau minum juga Lucy?" Laki-laki bermarga Fulbuster itu membuka tutup botol orange juice yang akan diminumnya.
"Tidak usah. Terima kasih"
Lucy menyenderkan kepalanya ke jendela di sampingnya yang tertutup rapat. Ia hanya bisa menanti kedua temannya yang sedang berusaha mencari bantuan di depan sana. Kedua matanya menatap ke arah sebuah pohon yang dedaunannya bergoyang-goyang kesana kemari tertiup oleh angin. Ketika ia hampir terhanyut dalam pemandangan pepohonan yang asri, tiba-tiba saja pandangannya menangkap sebuah objek yang ganjil. Dari balik pohon besar yang sedari tadi ia lihat, perlahan munculah sesosok makhluk tinggi besar dengan warna hitam. Tangan makhluk itu panjang hingga menyentuh tanah, rambutnya yang panjang menutupi wajahnya yang terlihat rusak, dan yang paling mengerikan dari itu semua adalah kedua bola mata merahnya yang melotot tajam. Seakan memberi tatapan intimidasi kepada Lucy.
"KYAAAAA!"
"Lu..Lucy, kau kenapa?" Gray begitu terkejut saat mendapati perempuan yang duduk di depannya itu menjerit keras secara spontan dan kini tubuh Lucy memeluk erat tubuhnya.
"Itu ... itu di sana" Telunjuk Lucy mengetuk-ngetuk ke jendela, mengarah kepada posisi dimana ia melihat makhluk yang tidak jelas apa itu.
"Apa Lucy? Itu apa?" Gray membuka jendela lalu melongokan kepalanya keluar. Ia mencoba untuk mengamati sekitar dengan seksama, tapi hasilnya nihil. Tidak ada apa-apa.
"Aku takuuut, takuuut" Perempuan berambut pirang itu semakin mengeratkan pelukannya.
"Sudahlah Lucy, tenanglah. Ada aku di sini" Ia mengusap-usap lembut rambut halus Lucy guna menenangkannya dari peristiwa yang ia saja tidak tahu persis apa itu.
Pintu mobil dibuka dari luar. "Hey Gray, kami berdu..." Kata-kata Natsu berhenti tiba-tiba saat melihat kedua temannya saling berpelukan seperti itu.
Sontak Gray dan Lucy segera menjauhkan tubuh masing-masing.
"Ini bukan seperti yang kau bayangkan Natsu" Kata Gray dengan nada gugup.
"Benar. Ini ... ini semua salahku. Tadi aku ketakutan dan reflek seperti itu" Lucy berusaha untuk mengatakan sejujurnya agar tidak terjadi salah paham.
Laki-laki berambut merah itu hanya menimpali dengan cengiran lebar "Ohh seperti itu ya. Hahaha, lucu sekali kalian berdua ini"
Gray membuang muka ke samping. Ia tahu, Lucy sudah lama menyukai Natsu dan Natsu pun sepertinya mulai ada rasa terhadap pewaris tunggal keluarga Heartfilia itu. Jadinya perasaannya benar-benar tidak enak sekarang.
"Gray, Lucy, kami berdua sudah berhasil menemukan sebuah desa tak terlalu jauh di depan sana" Ujar Erza yang baru saja datang.
"Desa? Memangnya ada desa di tempat terpencil seperti ini?" Tanya Gray dengan raut penasaran, seakan tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
Erza mengangguk "Hn. Jaraknya kira-kira 1 KM ke depan. Nama desa itu adalah Akumu"
"Aku...mu?" Gumam Lucy. Ia punya perasaan tidak enak dengan nama desa itu. Dan yang paling membuatnya takut, ia merasa akan ada sesuatu yang amat mengerikan, yang akan menanti mereka berempat di depan sana.
-TSUZUKU-
Oke. Kali ini author akan membikin fic uji coba dengan genre horror/supranatural di fandom ini.
O ya, ada yang tahu arti dari nama desa itu? Ada yang tahu gak? Hehehe. Coba cari di google translate.
Yosh, makasih ya udah baca!
See ya in the next chapter.
