THE SUN AND THE MOON
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
Disclaimer : Naruto dan kawan kawan murni goresan tinta Masashi Kishimoto, aku cuman minjem.
Rated : T(enang aja, masih aman kok)
Pairing : NaruHina (main). Selebihnya cari sendiri ya…
WARNING : Cerita abal plus pasaran, alur kecepetan, OOC, typo(s) dan gangguan lainnya.
DLDR
RnR
Happy Reading
Derap kaki terdengar riuh di tempat ini, puluhan topic pembicaraan membaur disini, ribuan frekuensi menggema sahut menyahut, dan beragam macam makanan tersedia , tempat ini disebut kantin sekolah. Dimana para pelajar melepas penat mereka bersama teman dan diiringi beberapa makanan. Di sudut kantin terlihat tiga pelajar tengah sibuk dengan obrolan mereka, seakan - akan di tempat ini hanya dihuni oleh mereka bertiga. Sekarang, mari kita berkenalan dengan trio remaja ini.
Rock Lee alias Lee. Salah satu atlet beladiri di sekolah ini, tak jarang ia ditunjuk sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti event yang bergengsi. Terkadang ia menyabet medali emas dari beberapa perlombaan. Intinya, jika kalian memiliki masalah dengan Lee, lebih baik meminta maaf daripada melawannya. Kecuali jika kalian tak sayang kepada nyawa sendiri.
Inuzuka Kiba, lelaki ini biasa dipanggil Kiba. Berperawakan lelaki bermata tajam dan berambut hitam. Dia adalah wakil ketua OSIS yang memiliki sifat tegas diatas rata-rata. Ia disegani oleh pelajar di sekolah ini, Kiba sangat dekat dengan Lee, dia telah berteman dengan Lee semenjak umur lima tahun. Jadi, Kiba tau seluk beluk kepribadian Lee sang atlet beladiri.
Hyuga Hinata, panggilan Hinata. Gadis pemalu ini selalu berada di tengah tengah Lee dan Kiba. Melihat sorot mata Hinata para gangster akan menjadikan dia sasaran empuk sebagai korban bully. Tapi itu tak pernah dialami Hinata, karena Hinata selalu dilindungi oleh Kiba dan Lee. Sekali waktu Hinata dibully oleh teman sekelasnya disaat menduduki bangku kelas 3 Sekolah Dasar, Lee tak segan-segan memukul tulang kering si pelaku dengan kayu. Sedikit kejam memang, tapi itulah kenyataannya. Hingga si pelaku keluar sekolah karena kejadian itu, beberapa orang beransumsi bahwa ia trauma akan perlakuan Lee. Lalu, kenapa Hinata sangat dekat dengan mereka? Simple, Hinata adalah sepupu Lee.
"Hinata, ajari aku nanti ya!" rengek Lee sambil menarik lengan baju Hinata. Inilah Lee jika bersama dua temannya. Manja.
"Lee, apa apaan kau ini? Kenapa harus Hinata? Kenapa tidak orang lain? Atau kau bisa saja tanya langsung kepada guru yang bersangkutan!" protes Kiba dan melepaskan tangan Lee dari lengan baju Hinata.
"Kenapa harus sewot sih? Kalau Hinata mau kenapa tidak?" ujar Lee, perihalnya seminggu kemarin Lee tidak mengikuti pelajaran karena mengikuti perlombaan beladiri. Dan tiba tiba ia dikejutkan dengan pengumuman bahwa dua minggu lagi akan diadakan ujian semester. Apalagi mengingat ucapan Hinata kalau materi yang di ajarkan seminggu kemarin lumayan sulit dalam beberapa mata pelajaran. Cukup sudah penderitaan Lee.
"Tapi aku ada keperluan dengan Hinata pulang sekolah nanti!" sanggah Kiba.
"Apa itu? Hey Kiba, apa yang kau lakukan dengan Hinata selama aku pergi hah? Jangan bilang kalian selalu berkencan pulang sekolah di taman belakang sekolah? Kalau itu sampai terjadi akan kupatahkan tulang lehermu!"
"Ssst! Lihat Lee, Hinata tengah memandangi seseorang!" bisik Kiba pelan.
Seketika kedua manik mata Lee berpaling dan melihat Hinata yang tengah memandang lurus. Terkadang Hinata tersenyum dan tertawa kecil namun tetap menatap seseorang itu. Merasa penasaran, Lee mengikuti arah pandang Hinata dan Viva! Lee sekarang memiliki paradigma sendiri.
"Sedang jatuh cinta ya?" bisik Lee tepat di belakang telinga Hinata. Hinata sontak terkejut saat merasakan semilir angin menggoda daun telinganya.
"Aa-Apa? Apa tadi?" tiba tiba Hinata tergagap. Kiba yang melihat aksi Hinata tertawa pelan dan mengusap surai Hinata pelan.
"Tuan putri sedang jatuh cinta kan?" goda Kiba. Seketika semburat merah muncul di kedua pipi Hinata.
"So, kau sedang jatuh cinta dengan siapa? Gaara atau Naruto?" sambung Lee.
"Sudah pasti dengan Gaara!" jawab Kiba.
"Kurasa Naruto." balas Lee.
"Gaara!"
"Naruto!"
"Gaara!"
"Hentikan! Kenapa kalian berdebat hal yang tidak penting sih?" Hinata mulai bersuara setelah melihat dua bodyguardnya beradu argument.
"Jadi siapa Hinata?" tanya Kiba.
"Eum.. itu, dia…" well, sekarang Hinata mulai gugup.
"Katakan saja Hinata. Tak akan kami sebarkan!"
"Kenapa kalian ingin tau?" tanya Hinata.
"Sudahlah, jawab saja Hinata! Kalau tidak, aku akan memanggil mereka dan mengatakan bahwa kau menyukai mereka berdua!" ancam Lee.
"Lee, jangan gila!" protes Hinata.
"Ok, tapi siapa lelaki itu heum?"
"Mmm.. ii-ittu.. dia Naruto" jawab Hinata sambil menunduk.
"Yeey.. aku betul!" sorak Lee sehingga sebagian besar pelajar melihat Lee dengan tatapan apa-yang-ia-lakukan atau sepertinya-kepalanya-mengalami-gangguan-setelah-bertanding-kemarin. Seketika ia menutup mulut dan berbisik kepada Hinata.
"Ganbatte Hinata! Kuyakin ia juga akan menyukaimu. Sepertinya sekarang aku harus pergi dari sini sebelum mereka melemparku dengan tissue toilet!" Lee beranjak pergi dan terlihat ia menuju kelas.
"Memangnya disini ada yang jual tissue toilet?" tanya Hinata polos. Mendengar ucapan Hinata, Kiba hanya dapat tersenyum kecil.
"Naruto, kenapa kau selalu mengejar Sakura? Kau tau, dia itu sangat beringas seperti.."
"Singa betina, aku tau jika ia seperti itu. Karena keberingasannya itulah aku suka dengannya! Aku tak suka dengan perempuan lemah yang bisanya hanya menangis dan pasrah serta tak bisa melakukan apa apa." tutur Naruto. Gaara yang mendengarnya hanya bisa menghembuskan napas pelan. Temannya yang satu ini memang susah ditebak, seleranya lain dari laki-laki normal.
"Tapi kudengar ia tengah menyukai Sasuke si ketua OSIS." imbuh Gaara sambil melahap rotinya.
"Benarkah?"
Gaara hanya mengangguk sambil mengunyah roti yang telah memenuhi mulutnya. Naruto membuang botol mineralnya dengan penuh amarah. Selang beberapa waktu, ia mendapatkan mail dari seseorang.
From : My Love Sakura
Naruto, ada yang ingin aku sampaikan kepadamu! Ayo ke taman sekolah, aku menunggumu disana! Cepat, ini berita gembira!
Melihat isi pesan tersebut, Naruto hanya bisa tersenyum bahagia. Yang ada dipikirannya sekarang adalah dimana Sakura akan menyatakan cinta kepada dirinya. "Gaara, aku pergi dulu ya!" ia berlari ke arah taman sekolah dengan riang.
"Naruto! Sini!" teriak Sakura sambil melambai-lambaikan tangannya. Segera Naruto berlari kearah Sakura, sang pujaan hati.
"Ada apa Sakura? Tumben kau mengajakku kesini?" tanya Naruto.
"Hehehe.. maaf mendadak, tapi aku memiliki berita bagus! Jadi, kau adalah orang pertama yang mengetahui berita ini!" sahut Sakura dan tersenyum. Lihatlah ekspresi Naruto sekarang, senyumnya mengembang dan matanya tak berkedip menatap Sakura.
"Jadi apa?"
"Aku dan Sasuke resmi pacaran! HWAAA! Kau tau, aku tak menyangka jika ia menyukaiku! Aku sangat senang Naruto!" jawab Sakura dan memeluk Naruto erat. Naruto sekarang hanya bisa mematung, ia tak mungkin mengatakan sekarang bahwa ia juga menyukai Sakura.
"Selamat ya Sakura! Aku senang mendengarnya" balas Naruto dengan satu kebohongan.
"Terima kasih! Naruto, tersenyumlah! Kenapa kau cemberut seperti itu? Kau cemburu ya? Oh, atau jangan jangan kau menyukaiku ya!"
"Apa? Menyukai perempuan yang beringasnya seperti singa betina sepertimu? Yang benar saja!" sekarang dua kebohongan.
"Hey, sepertinya kau sudah berani denganku! Well. Bagaimana tipe pacarmu? Biar aku carikan!"
"Mmmm.. dia lembut dan yang penting tidak sepertimu." ok, tiga kebohongan.
"Apa maksudmu dengan tidak sepertiku? Hah? Berhubung aku sedang senang hati, maka aku tidak akan menganiayamu Naruto! Kalau begitu aku pergi dulu ya. Dan pulang sekolah nanti kau tak usah menungguku, karena nanti aku akan pulang dengan Sasuke." jawab Sakura dan pergi meninggalkan Naruto sendiri.
Batin Naruto terasa sakit. Entahlah, ia merasa ribuan batu menghantamnya kini. Bahkan bayangan indahnya tadi sirna sudah saat Sakura memberitahu statusnya yang terbaru. Ingin rasanya ia menangis dan meraung keras disini agar semua orang tau bahwa perasaannya tercabik cabik tak beraturan. Ia mencoba menahan air mata yang ingin mengaliri pipinya, tapi itu mustahil. Tak ada lagi tenaga untuk menahan genangan air dimatanya. Kini, air itu telah tercurah. Naruto tak menggubrisnya, ia biarkan saja air itu jatuh.
"Semangatlah kawan! Masih banyak perempuan yang lebih baik dari Sakura" ucap Gaara tiba- tiba dan menepuk pundak Naruto pelan.
Naruto menghapus air matanya kasar, ia tak mau terlihat lemah di depan temannya. "Sejak kapan kau disini?" tanya Naruto.
"Sejak kau berbohong kepada Sakura. Kau tau Naruto, ingin rasanya sekarang aku menghiburmu tapi, lima menit lagi bel akan berbunyi. Lebih baik kau ke toilet dan cuci mukamu." saran Gaara.
"Gaara, aku akan membolos. Katakan aku sedang di ruang kesehatan." ujar Naruto dan Gaara mengangguk.
"Kenapa dia tidak ada?" gumam Hinata sambil menoleh ke segala arah. Ia mencari keberadaan Naruto tapi nihil. Ia tau kalau sekarang adalah jam pelajaran olahraga di kelas Naruto, jadi dia mencoba permisi dan melewati ruang olahraga. Dan sekarang ia tak menemukan Naruto. Ia mendesah pelan, tiba - tiba Hinata mendapatkan sebuah mail.
From : Lee
Hinata, sekarang kau dimana? Bolehkah aku minta tolong? Kumohon ambilkan jaketku yang ada di atap sekolah! Kemarin jaketku basah dan aku menjemurnya, aku lupa mengambilnya. Tolong ya Hinata, aku takut jaket itu terbang melihat kecepatan angin sekarang!
Hinata hanya bisa menggelengkan kepalanya. Perlu diingatkan bahwa Lee dan Hinata sekelas, jadi ia tau bahwa Hinata tengah berada di luar kelas. Segera Hinata melangkahkan kaki ke atap sekolah sebelum jaket itu benar benar terbang.
Setibanya Hinata di atap sekolah ia langsung mencari jaket itu, dan bravo! Ia menemukannya. Langsung Hinata mengambil jaket itu dan pergi dari atap sekolah. Tiba-tiba ia melihat seseorang tengah membelakanginya. Ingin rasanya Hinata menyapanya, tapi jika itu adalah hantu sekolah yang nanti minta tolong untuk mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa jasadnya dikubur di sekolah ini bisa bisa Hinata dibilang orang gila. Hinata berjalan pelan agar langkah kakinya tak terdengar oleh si terduga 'hantu sekolah'.
"Aku tau ada seseorang di belakang ku yang sekarang tengah berjalan pelan agar langkah kakinya tak terdengar oleh ku."
Hinata terkesiap mendengar ucapan itu. Bagaimana orang ini bisa tau kalau dia berjalan pelan. Bahkan, suara angin lebih keras dibanding langkah kakinya.
"Maaf, aku kesini hanya mengambil jaket ini. Sungguh tak ada niatku untuk mengganggumu." jawab Hinata.
"Benarkah? Kupikir kau adalah perempuan yang diperintah Gaara untuk menghiburku."
"Gaara?" Hinata merasa pernah mendengar nama itu di suatu tempat tapi ia lupa.
"Kau tak mengenalnya? Baguslah, kalau begitu pergilah dan bawa pergi jaket itu."
Hinata hanya bisa terdiam. Ia merasakan kejanggalan disini. Ia merasa pernah mendengar suara ini, ia pernah mendengar nama 'Gaara' walau ia tak tau itu siapa dan sekarang ia merasa bahwa ia telah di usir. Hinatapun tak ambil pusing dan mengambil langkah untuk meninggalkan si terduga 'hantu sekolah' tapi langkahnya terhenti saat melihat tubuh hantu itu bergetar.
"Hei, kau menangis?" tanya Hinata.
"Kau masih disini? Bukankah kau sudah ku suruh pergi?"
"Hei, kau tak menjawab pertanyaanku!"
"Apa pedulimu dengan keadaanku? Hah?"
"Setidaknya kau jawab pertanyaanku! Aku tak suka jika pertanyaanku dibalas dengan pertanyaan!" Hinata merasa kesal dan mendekati lawan bicaranya yang masih membelakanginya dan membalikkan badannya.
"Kau..."
Ucapan Hinata terhenti saat mengetahui siapa orang yang ia kira 'hantu sekolah'. Seseorang yang ia sukai dan ia cintai. Hatinya terkoyak saat melihat air mata mengalir deras di pipi Naruto, seakan - akan ia juga merasakan kepedihan hati yang tengah dirasakan oleh Naruto. Naruto tak berani melihat Hinata, harga dirinya telah diinjak-injak akibat air matanya ini, ia hanya menunduk agar lawan bicaranya tidak mengetahui sosoknya sebenarnya.
"Percuma kau menunduk, aku sudah mengetahuimu itu kau Naruto." ujar Hinata pelan. Ingin rasanya ia menghapus air mata tak berdosa itu, tapi dia siapa? Bahkan Naruto belum mengenalnya bukan? Naruto mengangkat kepalanya perlahan, matanya tak sengaja bertemu dengan name tag Hinata.
"Hyuga Hinata. Nama yang bagus." gumam Naruto. Pandangannya kosong, tak tau lagi apa yang harus ia lakukan sekarang. Hinata yang mengerti perasaan Naruto segera beranjak pergi, ia tahu bahwa Naruto butuh waktu untuk sendiri.
Tap, satu langkah terlewati.
Tap, dua langkah ditelusuri.
Tap, jarak Hinata dan Naruto telah dipisah oleh tiga langkah.
"HYUGA HINATA! MAUKAH KAU MENJADI PACARKU!" teriak Naruto lantang. Hinata berbalik arah dan menatap Naruto heran. Apa ia tidak salah dengar? Naruto, orang yang ia disukai tengah memintanya untuk menjadi kekasih? Tuhan, tolong bangunkan Hinata dari mimpi ini! Ia tak kuat lagi menahan rasa gembiranya sekarang.
"Aa- apa? Kk-kau ttadi bilang apa?" tanya Hinata meyakinkan. Naruto berjalan mendekati Hinata dan mempersempit jarak antar keduanya. Seketika Naruto menarik tangan Hinata dan menggenggamnya hangat.
"Jadilah kekasihku, Hinata." bak pangeran di negeri dongeng, Naruto mencium punggung tangan Hinata. Ia memandang wajah Hinata dan memberikan seulas senyum kepada Hinata. Spontan kedua tangan Hinata menghapus jejak air mata yang belum mengering di pipi Naruto, tak sadar ia mengangguk pelan dan membalas senyum kepada kekasihnya itu.
"Kau gila Naruto! Kau tau, tindakanmu ini hanya menyakitkanmu dan gadis itu!" amarah Gaara tak dapat dielakkan. Ia merasa gagal sebagai teman yang baik. Jujur, ia tak tau pasti bagaimana kronologi 'penyampaian cinta tanpa perasaan' itu berlangsung dan ia juga tak mau tau. Gaara yang biasanya terlihat acuh kini seperti orang kebakaran jenggot, panik dan khawatir dalam waktu bersamaan.
"Tenanglah Gaara, yang menjalani hubungan ini aku! Tak ada secuilpun kau ambil andil disini." jawab Naruto tenang yang tengah membersihkan wajahnya dari tanda bahwa ia baru menumpahkan air matanya dalam volume banyak.
"Kau tau Gaara, pepatah mengatakan bahwa cinta akan tumbuh seiring waktu jika kita tetap bersama seseorang itu" sambung Naruto.
"Heh, kau tau pepatah juga berkata bahwa tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta! Bahkan kau tidak mengenal gadis itu dan kau langsung berhubungan sebagai sepasang kekasih." protes Gaara.
"Aku mengenalnya! Namanya Hyuga Hinata. Lalu, apa lagi salahnya? Rasa sayang yang kau bilang itu akan tumbuh sering waktu kawan." balas Naruto dan mengeringkan wajahnya dengan handuk. Ia sandang handuk itu dan berkata,
"Gaara, apakah kau tetap disini hingga kau tua atau pulang denganku dan meninggalkan tempat ini." Naruto berjalan keluar, tak peduli dengan tatapan temannya yang terkesan berbeda dari biasanya.
Sepanjang lorong tak terdengar suara riuh yang biasa tercipta dari duo pembuat keributan ini. Hanya langkah kaki yang menggema dan beberapa helaan napas Gaara. Gaara bertekad akan bertindak bisu seperti ini hingga Naruto menyadari kesalahannya, Naruto yang mengetahui sikap Gaara hanya diam sesekali melirik Gaara untuk memastikan bahwa ia tidak diculik oleh makhluk astral sekolah ini. Tak sengaja mereka berhenti di depan OSIS.
Naruto menatap Sasuke yang tengah merangkul Sakura yang sesekali mencubit pipi Sakura gemas. Sakura mengerucutkan bibirnya imut dan Sasuke tertawa pelan. Melihat pemandangan ini semakin membuat perasaan Naruto hancur, Gaara yang melihat kondisi Naruto hanya bisa menepuk punggung Naruto pelan. Tiba tiba Naruto menoleh ke arah Gaara, langsung Gaara menghentikan tindakannya.
"I-itt-itu bukan berarti aku peduli denganmu bodoh!" jelas Gaara. Naruto hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Gaara, bagaimanapun ia tahu bahwa barusan Gaara tengah mencoba menenangkannya.
"Hei Sasuke! Sampai kapan kau akan bermesraan seperti ini? Kau tau aku ada janji dengan Hinata dan sekarang dia menungguku!" mendengar ucapan itu, Naruto melihat ke seisi ruangan untuk mengetahui siapa yang tengah menyebut nama Hinata, kekasihnya.
"Kiba, jika kau ingin protes jangan salahkan aku! Salahkan pembimbing OSIS yang sampai sekarang tidak datang!" jawab Sasuke dan memberikan deathglare kepada Kiba. Entahlah, yang penting sekarang ia tak ingin acara 'lovey dovey' itu diganggu oleh orang lain. Terdengar dering telepon genggam seseorang yang tak lain adalah Kiba. Dengan cepat ia membaca pesan yang telah terkirim kepadanya.
"Sasuke, bisakah kau memanggil pembimbing OSIS sekarang? Atau kau izinkan aku untuk pulang lebih awal? Kalau tidak Hinata akan pulang dengan si 'alis mata tebal' aku tak mau itu terjadi!" kini Kiba memohon kepada Sasuke untuk menolongnya, ia tak ingin hal yang lalu terjadi lagi. Disaat Hinata hanya pulang bersama Lee dan mereka tiba di rumah pada pukul 11 malam dikarenakan Lee yang mengajak Hinata untuk karaoke, keesokan harinya Hinata tak pergi kesekolah dengan alasan sakit. Kiba berhipotesa bahwa penyakit Hinata kambuh lagi atau telinga Hinata yang pengang karena mendengar Lee menyanyi dalam waktu beberapa jam.
Naruto yang merasa bingung hanya bisa terdiam dan menyimak percakapan antara Sasuke dan seseorang yang ia ketahui sebagai wakil ketua OSIS yang sedari tadi dipanggil 'Kiba'. Ia yakin bahwa Hinata yang disebut adalah Hinata yang ia kenal, Hyuga Hinata. Tiba tiba Naruto mendengar suara langkah kaki seseorang yang berjalan mendekat ke arahnya. Disaat ia menoleh, ia menemukan seseorang yang tak asing lagi.
"Naruto, kenapa kau berdiri di sini?" tanya sosok itu.
"Tidak ada keperluan khusus sih." jawab Naruto singkat dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Yups, dia berbicara dengan Hinata.
"Oh, begitu. Lalu, siapa yang ada di sampingmu itu?" tanya Hinata sambil menunjuk Gaara. Melihat gelagat itu, Gaara langsung memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan namaku Gaara, aku adalah teman si bodoh ini." tutur Gaara dengan sedikit penekanan pada kalimat 'si bodoh ini' dan menjabat tangan Hinata. Hinata tersenyum kecil melihat tingkah Gaara dan mulai memperkenalkan dirinya.
"Aku Hyuga Hinata, panggil saja Hinata. Oh.. ternyata kau yang bernama Gaara, kau sepertinya sangat peduli dengan Naruto sehingga Naruto berpikir seperti tadi." ujar Hinata.
"Memang dia bilang apa?" tanya Gaara penasaran.
"Dia bilang kau menyuruhku untuk.."
"Tidak ada! Ayo kita pulang Gaara! Kau tau Gaara, aku sangat lapar. Jadi nanti kita mampir di kedai ramen dulu ya." sela Naruto sebelum Hinata mempermalukan dirinya. Langsung ia tarik Gaara tapi itu terhambat karena Kiba tengah menghadang mereka untuk pergi.
"Hinata, kenapa kau kesini?" tanya Kiba dengan tatapan heran ke arah Naruto dan Gaara.
"Itu karena kau tidak membalas pesanku! Apakah kau masih lama? Aku bosan menunggumu." jawab Hinata jujur.
"Maaf Hinata, tunggu sebentar lagi ya! Ku mohon Hinata, aku tak ingin Lee mengajakmu ke tempat karaoke itu lagi dan membuatmu terkapa.r" bujuk Kiba. Tapi disaat itu juga Sakura berjalan keluar ruang OSIS.
"Jadi ini yang namanya Hinata. Kau tau Hinata, Kiba sangat ribut saat kau memberi pesan bahwa kau akan pulang dengan Lee. Well, salam kenal namaku Haruno Sakura. Cukup panggil Sakura. Ok?" ucap Sakura dan menjabat tangan Hinata.
"Hei Naruto, ada keperluan apa kau kesini? Bukankah tadi sudah ku bilang untuk tidak menungguku?" sambung Sakura dan memberi tatapan aneh kepada Naruto.
"Sakura kau percaya diri sekali! Tidak ada niatku untuk menunggu Mak Lampir sepertimu!" canda Naruto yang membuat kepalanya berhasil mendapat satu jitakan keras dari Sakura. Kini, Naruto merasa rindu dengan jitakan Sakura yang selalu ia dapatkan setelah menghina Sakura.
"Kau sepertinya sudah siap jika pipimu itu lebam olehku Naruto!" pikir Sakura dan mengepalkan tinjunya.
"Sakura, jangan lakukan tindakan kekerasan disini, bisa-bisa Sasuke ketakutan melihatmu dan memutuskanmu sekarang ini juga! Kau tau, pacaran satu hari itu sangat memalukan." titah Kiba.
"Kau benar Kiba, sepertinya aku harus masuk sekarang sebelum terjadi yang tidak-tidak." balas Sakura dan memberikan tatapan sinis kepada Naruto.
"Kalau begitu aku ke dalam dulu, bye Hinata, sampai jumpa!" sambung Sakura dan melambaikan tangannya.
"Iya Sakura, sampai jumpa." balas Hinata. Melihat aksi Hinata tadi, Sakura langsung mencubit pipi Hinata hingga timbul warna kemerahan dipipinya.
"Ya tuhan, kau sopan sekali Hinata! Kau gadis yang lembut dan imut!" puji Sakura.
"Dia sangat berbeda denganmu Sakura!" komentar Gaara yang sukses mendapatkan jitakan gratis dari Sakura.
"Diam kau Gaara! Aku tak butuh komentarmu! Well Hinata, kau tau Naruto suka dengan gadis sepertimu!" ujar Sakura yang menundanya untuk masuk kedalam ruang OSIS. Ia masih terpukau dengan sosok Hinata, bahkan Sakura enggan untuk berkedip. Jarang-jarang ia bertemu dengan gadis seperti Hinata.
"Dan kenapa alien seperti kalian berada disini?" tanya Sakura sambil menunjuk Naruto dan Gaara.
"Ii-itt-itu.." sekarang lidah Gaara terasa kelu, ia tak tau alasan yang masuk akal akan keberadaannya disini.
"Aku kesini untuk mengantar pacarku pulang, tapi berhubung tadi pacarku bilang dia harus izin dulu kepada temannya yang tengah sibuk di ruang OSIS makanya aku antar dia kesini, ya kan Baby?" sela Naruto dan langsung merangkul Hinata. Hinata terkejut dengan ucapan Naruto, dia ke ruang OSIS ini sendiri tidak bersama Naruto. Yang membuatnya terkejut lagi adalah Naruto yang memanggilnya dengan panggilan Baby.
"Jadi pacarmu itu Hinata! OMG! Kau beruntung sekali Naruto!" puji Sakura.
"Jadi, kau pulang dengan Naruto, Hinata? Bukan Lee? Kalau begitu pulang saja dulu, kalau Naruto mungkin aku masih bisa mentolerir." ujar Kiba dan memberikan tatapan jaga-Hinata-dengan-baik kepada Naruto.
"Baiklah, kalau gitu kami pergi dulu ya!" ucap Naruto lalu menarik lengan Gaara dan tetap merangkul Hinata. Dengan cepat mereka meninggalkan ruang OSIS, kini Gaara merasa otak Naruto benar-benar bagus untuk mencari alasan dalam waktu singkat.
"Maaf Hinata aku melibatkanmu dalam kebohonganku." ujar Naruto dan menatap Hinata dengan pandangan memelas. Gaara yang melihat tingkah Naruto langsung mengeluarkan kantung plastic karena mual.
"Apa apaan kau Gaara! Dasar jorok!" protes Naruto dan mengubah tatapannya tadi.
"Hei Naruto, kau tau ekspresi dan tatapanmu itu membuat roti yang kumakan tadi tidak tercerna dengan baik!" sahut Gaara tak mau kalah.
"Apa hubungannya?"
"Aaagh.. au` ah gelap!" ucap Gaara dan berlari menuju toilet sekolah, sepertinya keadaan Gaara benar benar gawat. Well, sepertinya sekolah harus membuat notice kepada para muridnya agar berhati hati dengan ekspresi Naruto supaya kasus yang tengah dialami Gaara tidak terulang untuk yang kedua kalinya.
"Apakah Gaara baik baik saja?" tanya Hinata cemas.
"Biarkan saja, tidak mungkinkan ia mengidap penyakit jantung koroner setelah muntah – muntah seperti tadi?" jawab Naruto santai. Hinata hanya bisa mengangguk mendengar penuturan Naruto tadi.
"Kalau begitu aku pulang dulu ya Naruto." pamit Hinata dan meninggalkan Naruto, tapi itu terhadang karena Naruto telah menggenggam tangan Hinata. Hinata langsung berhenti dan menatap Naruto.
"Ada apa Naruto?"
"Sekarang sudah cukup sore, bagaimana kalau ku antar pulang. Kau tau, tak baik anak perempuan pulang sendirian sore-sore seperti ini!" tutur Naruto dan masih menggenggam tangan Hinata.
"Tidak usah Naruto, lagian aku sudah terbiasa pulang sekolah selarut ini." tolak Hinata halus.
"Tapi tidak sendiri kan? Hinata, Kiba tadi percaya kalau kau pulang bersamaku. Jadi, ayo kuantar pulang!"
"Serius Naruto, aku baik baik saja! Lagian, rumahku dekat kok! Kau tak usah mengantarku pulang."
"Hinata, ku beri dua pilihan. Mau atau iya"
"Itu sama saja Naruto!"
"Jadi, kau kuantar pulang. Aku tak menerima penolakan Hinata!" sahut Naruto dan memberikan smirk kepada Hinata. Langsung ia menyalakan mesin mobilnya dan membuka pintu untuk Hinata.
"Ayo masuk Princess.." goda Naruto.
"Tapi, Gaara bagaimana?" tanya Hinata.
"Sudahlah, anak itu tidak akan hilang. Tak akan ada pencuri yang mau menculik anak sekolah dengan selera makan tinggi seperti Gaara. Mereka akan berpikir dua kali atau lebih untuk menculik Gaara." mendengar ucapan Naruto, Hinata hanya bisa menghembuskan napas pasrah.
Selama di perjalanan, tidak ada terdengar senda gurau layaknya sepasang kekasih yang tengah menjalin asmara. Mereka terlalu canggung untuk memulai pembicaraan, keadaaan mereka sekarang adalah, Naruto yang tengah focus menatap jalan dan Hinata yang memandang jalanan dengan khusyuk. Tiba-tiba Naruto rem mendadak dikarenakan sebuah sepeda motor yang menyelip begitu saja. Spontan Hinata terdorong ke depan.
"Hinata, kau tak apa-apa?" ucap Naruto cemas.
"Aa-aku baik-baik saja Naruto. Tidak usah khawatir." jawab Hinata menenangkan.
"Aish.. aku akan mengejar pengendara motor tadi!"
"Tidak usah Naruto! Bukankah tujuan kita sekarang adalah pulang?"
Naruto tertegun mendengar ucapan Hinata, biasanya Sakura akan menyuruh Naruto untuk mengejar orang yang berani menyelip di depan matanya dan selalu berteriak keras yang diselingi umpatan karena kesal.
"Naruto, tak bisakah kau lebih cepat untuk mengejar si brengsek itu?! Bahkan bayi merangkak pun lebih cepat ketimbang mobilmu ini!" cerca Sakura kala itu.
"Hei, tak bisakah kau bersikap lebih sopan?! Kau pikir aku tidak kesal mendengar ucapanmu itu!" balas Naruto masih dalam mengendarai mobilnya dengan kecepatan maksimal (menurutnya).
"Kau pikir kau sendiri yang kesal sekarang! Aku juga kesal! Dan lihat sekarang, dia menghilang! Kita kehilangan jejaknya!" protes Sakura tak mau kalah.
"Kau menyalahkanku? Salahkan suara cempreng mu itu yang telah mengganggu konsentrasiku!"
"Apa maksud ucapanmu itu? kau menyalahkan suaraku? Salahkan dirimu yang terlalu lelet dan bodoh untuk mengendarai mobil ini!"
"Kau bilang aku bodoh?"
"Ya! Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan ucapanku?"
"Tentu saja ada! Kenapa kau berbicara seolah olah kau tak membuat masalah sekarang!"
"Karena aku tidak merasa jika aku telah membuat masalah!"
"Kau ini perempuan tidak peka atau idiot sih? Bahkan kau tak tau bahwa kau telah menghinaku dan mobilku sekarang!"
"Idiot? Kau bilang aku idiot? Kau tau, bahkan orang tuaku tidak pernah mengatakanku idiot!"
"Itu Karena orang tuamu tidak mengenal sosok Sakura yang sebenarnya!"
"Sekarang kau menghina orang tuaku? Apa masalahmu dengan orang tuaku!"
"Aku tidak bilang kalau aku menghina orang tuamu!"
"Tapi telingaku mendengar nada bicaramu seperti menghina orang tuaku!"
"Salahkan telingamu yang tak bisa membedakan antara perkataan dengan hinaan!"
Seperti itulah perdebatan yang terjadi antara Naruto dan Sakura, mereka akan berhenti saling menyalahkan apabila Sakura telah tiba di rumah dan membanting pintu dengan keras yang membuat jantung Naruto berpacu cepat. Kini, bayang-bayang Sakura tengah menghantui Naruto. Yang ia rasakan sekarang adalah Sakura yang tengah duduk manis di sampingnya, bukan Hinata.
"Mmm.. Naruto apakah kau baik baik saja?" tanya Hinata pelan. Ucapan itu berhasil membuyarkan lamunan Naruto.
"Yah.. aku baik baik saja." jawab Naruto dan melanjutkan perjalanan. Selang beberapa waktu mereka telah tiba di rumah Hinata.
"Terima kasih banyak Naruto, kau mau mengantarkanku pulang." ujar Hinata dan melepas seatbeltnya. Naruto hanya mengangguk dan memberikan seulas senyum.
"Kalau begitu, hati hati di jalan ya." sambung Hinata dan membalas senyum Naruto. Jantung Naruto berdegup kencang saat melihat senyum Hinata, begitu tulus dan lembut. Naruto mencoba untuk menetralisir jantungnya yang berdetak teramat cepat itu tapi tidak bisa, sungguh ia tak pernah merasakan kondisi jantungnya seperti ini selain saat penerimaan rapor.
Hinata turun dari mobil dan menutup pintu meninggalkan Naruto yang masih sibuk dengan kegiatan 'memperlambat detak jantung agar kembali normal' nya itu. Bahkan kini Naruto tengah memukul pelan dadanya agar keinginannya tercapai, tapi hasilnya nol besar. Sekelebat opini merasuki pikiran Naruto.
'Ya Tuhan, apakah aku tengah jatuh cinta?'
Namun ia langsung menggelengkan kepalanya dan menolak mentah-mentah pikirannya tadi. Karena ia yakin bahwa cintanya hanya untuk Sakura, orang yang ia sukai hanya Sakura, perempuan yang selalu ia mimpikan adalah Sakura. Sekarang Naruto merasa jiwa melankolisnya mencuat. Tanpa babibu lagi Naruto langsung tancap gas dan meninggalkan rumah Hinata.
Jujur, pikiran Naruto tengah berperang hebat sekarang. Ia ragu apakah ia mencintai Hinata, tapi itu terlalu cepat! Bahkan belum cukup waktu satu hari ia mengenal Hinata. Pikiran itupun pecah karena ia melihat seseorang yang kini tengah menghadangnya, iapun berhenti dengan perasaan kesal. Berani-beraninya orang itu mengganggu Naruto yang tengah sibuk berpikir akan perasaannya kini. Matanya membulat tak percaya akan apa yang dilihatnya. Ia merasa tidak asing dengan sosok yang tengah berdiri di depan mobilnya itu, tiba tiba 'sang penghadang' menatap Naruto dalam.
"Kau…."
.
.
.
.
TBC
Hellow eperybadeh! Megumi sang author baru pengen cuap cuap disini! Well, gimana cerita perdana Megumi ini? Jelek kah? Hancur kah? Atau gimana?
Terlepas dari masalah ini, Megumi ngucapin MAKASIH BANGET buat ACAN SENPAI yang mau koreksi cerita ini, tanpamu apa jadinya aku…
Makasih buat semua readers yang udah mau meluangkan ff ababil ciptaan Megumi. Dan kalian tau, Megumi hanyalah seorang insan yang memiliki banyak kesalahan diantara milyaran penduduk bumi, oleh karena itu, Megumi minta komentar, saran, kritik dari readers semua dengan cara :
Ketik REG spasi SARAN MEGUMI kirim ke tetangga anda. Ingat! Harus tetangga anda, tidak boleh tetangga orang lain.
Nggak kok, Megumi becanda / Candaan lo nggak lucu! / Megumi tau itu nggak lucu / tapi ngapain lo tulis! / emang nggak boleh / menurut el? / Huwee Acan Megumi di marahi.. / emang Acan peduli gitu sama kamu! / *poormegumi.
Megumi minta saran, kritik dan komentarnya dari readers dengan cara review! Nggak perlu ketik reg ketik reg segala, ok?
The Last of my bacot : review please..
