-Pigeon-
*Ch 1*
*Req Sakirayuki Kawabara*
Story by: Kiriko Alicia
Vocaloid belongs to Crypton Media and Yamaha Corp
Rating: T
Pairing (Main): SeeU X SeeWoo
Genre: Romance, Drama
Warning: Cerita gaje, alur lambat/ngebut, typo bertaburan dimana-mana, dan cerita ini dapat mengakibatkan berbagai macam reaksi terhadap para pembacanya (Menangis terharu, tertawa ngakak, kesel-kesel sendiri karena pairing lainnya tidak sesuai harapan, dll). All in Normal PoV. Sequel 'Tower'.
Summary: Merpati, burung yang ditugaskan mengantar surat dari suatu wilayah ke wilayah lain. Tertelantarkan dengan adanya perkembangan teknologi. Namun siapa sangka? Kalau merpati akan dapat menghubungkan hati kedua orang tersebut, membuat mereka dapat merasakan kehangatan walau jarak mereka sangat jauh.
"Haaahh… Rasanya sepi sekali hari ini…," gumam seorang gadis berambut pirang sambil termangu di jendela kamarnya yang menghadap ke pekarangan rumah. Jari telunjuknya menari-nari di rambutnya yang lembut bagaikan sutra.
Pita yang berada di belakang rambutnya melambai-lambai terkena angin. Pakaian berenda model Lolita yang dikenakannya bergesekan tertiup angin, menyebabkan suara gemerisik yang ringan.
"Kaa-san dan Tou-san juga sedang pergi… Tidak ada yang dapat kukerjakan hari ini… Belum lagi aku dilarang keluar rumah," gadis berambut pirang itu menghela nafas dengan wajah bosan. Lalu ia berdiri tegak dan beranjak mengelilingi kamarnya.
Derap kaki berirama senada terdengar dengan jelas di dalam ruangan tersebut. Ruangan yang sangat lebar juga dipenuhi oleh fasilitas mewah. Gadis itu terus saja berjalan kesana-kemari mengelilingi ruangan tanpa henti, kebiasaan yang dilakukannya jika ia merasa bosan.
Sakamoto SeeU. Itulah namanya. Seorang gadis cantik berambut pirang bergelombang yang tinggal di sebuah rumah mewah di perumahan elit. Lahir di kerajaan Leorin, tepatnya di sebuah keluarga yang kaya raya dengan kasih sayang orangtua yang cukup.
Namun bukan berarti ia adalah gadis yang manja. Justru sebaliknya, SeeU adalah seorang gadis bangsawan yang ramah dan juga baik. Mungkin ia memang agak sensitif, tapi itu jauh dari kata manja.
Ia masih saja terus berkeliling tanpa arah hingga sebuah kicauan kecil berhasil menghentikkan gerakan tubuhnya. SeeU yang kebinggungan pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.
Ranjang… Bukan.
Meja… Bukan.
Buku… Bukan.
Ia terus saja mengedarkan pandangannya, hingga arah matanya tertuju pada sesuatu. Sesuatu itu sedang merintih kesakitan di pinggiran jendela. Sesuatu berwarna putih dengan bercak-bercak merah –darah. SeeU yang melihatnya menjadi tidak tega juga.
Maka, ia pun beranjak pergi ke lemari untuk mencari sebuah kotak obat. Setelah ia menemukan kotak tersebut, SeeU berjalan menghampiri jendela. Dimana makhluk tak berdaya itu berbaring lemah.
Begitu pucat, dan tampak kelelahan.
SeeU pun mengangkat burung itu dengan kedua telapak tangannya secara perlahan. Burung berbulu putih itu sebenarnya ingin memberontak, tak mengijinkan SeeU untuk menyentuhnya. Namun apa daya, ia tak mempunyai tenaga untuk melawan.
Maka, merpati tersebut hanya pasrah saat SeeU memutar tubuhnya –dengan lembut- untuk mengecek letak luka yang tertampang di tubuhnya. Tak lama kemudian, SeeU pun menemukan luka burung tersebut.
Dengan cekatan, ia mengambil perban dan memperban sayap putih –yang dinodai oleh darah berwarna merah- dengan perlahan, takut jika ia justru akan menyakiti sang burung. Merpati itu hanya diam, membiarkan SeeU mengobati dirinya.
"Selesai!" Pekik SeeU gembira ketika melihat ia telah selesai mengobati sang merpati putih, "Sekarang, coba kepak sayapmu!"
Merpati itu menurut, dan mencoba mengepakkan sayapnya. Pelan… Pelan… Hingga akhirnya sang merpati dapat terbang. Walaupun begitu, tak lama kemudian, merpati itu terjatuh kembali tertarik gravitasi Bumi.
"Kurasa kau belum bisa pulang ke pemilikmu…," tutur SeeU dengan tatapan prihatin. Sang merpati yang terlihat mengerti pun menundukkan kepalanya, seakan bersedih karena belum dapat kembali ke pemiliknya yang sebenarnya.
"Tapi kurasa kau akan cepat sembuh! Mungkin sekitar seminggu, kau akan dapat terbang bebas lagi. Di langit yang biru."
.
.
.
Sudah seminggu sang merpati putih bersama-sama dengan SeeU. Walaupun SeeU hanya majikan sementara dari sang merpati, sang merpati sudah menganggap SeeU sebagai majikannya yang asli.
Walaupun berat, SeeU tahu. Ia harus mengembalikan sang burung ke pemilik yang sebenarnya. Bagaimanapun juga, ia bukanlah pemilik sebenarnya dari burung tersebut.
"Nee… Mii-chan, kau kan sudah bisa terbang… Kini kau harus kembali ke pemilikmu yang sebenarnya," tutur SeeU pelan sambil membiarkan merpati yang dinamakannya Mii itu hinggap di jari telunjuk kirinya.
Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk membuka jendela. Merpati itu memiringkan kepalanya, tampak kurang paham apa yang dimaksudkan oleh SeeU.
"Jika kau terus berada disini… Majikanmu yang sebenarnya akan mengkhawatirkanmu."
Kini sang merpati mulai mengerti apa yang dimaksudkan SeeU. Lalu ia menoleh kearah depan, dimana SeeU membuka sebuah dunia luas dihadapannya melalui pintu jendela. Merpati itu mulai terbang dan melangkah keluar jendela.
Namun berbalik sebentar, menatap SeeU dengan tatapan harap-harap cemas. SeeU hanya tersenyum lembut, sambil melambaikan tangannya.
"Kurasa ini perpisahan… Mii-chan, jaga dirimu baik-baik ya…," ucap SeeU pelan sambil tetap melambaikan tangannya. Merpati itu menundukkan lalu mengangkat kembali kepalanya, memberi kesan bahwa ia sangat berterima kasih.
Lalu, merpati itu pun segera pergi meninggalkan SeeU. Kembali ke habitatnya yang sebenarnya. Kembali ke tempat dimana ia seharusnya berada. Kembali ke tempat dimana ia akan bertemu kembali dengan majikannya yang sebenarnya.
.
.
.
Beberapa minggu berlalu sejak perginya Mii-chan dari kediaman Sakamoto. Bagi SeeU yang cukup sering sendirian, itu merupakan masalah yang cukup besar. Ia jadi tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Biasanya, ia akan memberikan makan Mii-chan dan bermain bersamanya di siang hari. Namun kini semuanya seakan-akan kembali seperti semula. Kehidupan membosankan yang selalu saja sama.
"Hah…," lagi-lagi SeeU mendesah. Lalu ia membaringkan tubuhnya ke kasur di ruangan miliknya. Entah sudah keberapa kalinya ia menghela nafas hari ini, ia sendiri tidak tahu. Yang ia tahu, ia kesepian.
Orangtuanya adalah pemilik perusahaan besar. Ayahnya seorang presiden direktur yang ternama. Sehingga mau tidak mau, membuatnya sangat sibuk dan hanya dapat pulang di malam hari. Ibunya? Ibunya adalah salah satu karyawan yang berperan sangat penting disana. Dan karenanya ia juga sering pulang malam.
Menelpon mereka? Tidak bisa. Ia tidak bisa hanya terus menelpon mereka karena kesepian di rumahnya yang sangat besar. Ia tahu persis, jika hal itu dapat menganggu pekerjaan orangtuanya.
Walaupun begitu, SeeU tidak terlalu mempermasalahkannya. Toh itu memang sudah takdirnya untuk menjadi anak tunggal tanpa sanak saudara. Toh itu sudah takdirnya memiliki orangtua yang demikian. Toh itu sudah merupakan takdirnya jika ia kesepian.
Teman? Mana mungkin ia memiliki teman? SeeU dibesarkan dengan fasilitas mewah yang sempurna. Membuat orangtuanya menyekolahkannya dengan cara homeschooling. Dan hal itu membuatnya tidak memiliki teman seorang pun.
Tapi ia tahu satu hal. Orangtuanya sangat perhatian padanya. Ia tahu itu. Dan karena itulah, ia tidak pernah merasa marah ataupun kesal terhadap mereka.
Setidaknya seminggu dua kali, mereka juga selalu menyediakan waktu luang untuknya, membuatnya juga merasakan hal yang bernama kebahagiaan.
SeeU pun memposisikan dirinya di kasurnya yang empuk. Namun tiba-tiba saja sebuah suara kembali mengagetkannya.
CIT CIT
"Tidak mungkin…!" Batinnya kaget ketika melihat sang pembuat suara, yaitu burung merpatinya, Mii-chan.
"Se-Sedang apa kau disini?!" Tanya SeeU kaget ketika melihat Mii-chan datang. Namun ia tahu, percuma saja ia bertanya, toh Mii-chan tak dapat berbicara. Merpati itu terus saja berkicau ria, seakan-akan ingin menunjukkan sesuatu.
"Eh? Ada apa?" Tanya SeeU kaget. Lalu ia pun memperhatikan merpati itu dengan lebih teliti. Matanya terus saja bergulir kesana kemari untuk memastikan bahwa ia tidak kehilangan sesuatu.
Tak lama kemudian, matanya menangkap sebuah kertas yang dilipat menjadi sangat kecil diikatkan di kaki Mii-chan. Dengan perlahan, SeeU melepaskan tali yang melilit kaki dan surat tersebut, lalu membuka suratnya.
Kepada:
Nona yang sudah merawat Mori.
"Hee… Jadi namamu sebenarnya itu Mori?" Tanya SeeU kepada sang merpati. Merpati itu sepertinya mengerti dan hanya menanggapi dengan anggukan singkat. SeeU pun kembali memfokuskan dirinya kepada surat dihadapannya.
Terima kasih sudah merawat Mori dengan baik. Aku sempat cemas berminggu-minggu karena Mori menghilang. Tapi untunglah ia kembali tak lama kemudian. Lalu disana aku melihat lukanya sudah diperban dengan sangat baik.
"Eh tunggu…," SeeU berhenti membaca surat itu, seakan-akan menyadari suatu hal yang janggal, "Bagaimana ia bisa tahu kalau aku perempuan?!"
Ah, dan mengenai kata 'Nona' itu. Aku menyimpulkannya dari caramu membalut lukanya. Biasanya, anak perempuan kan jauh lebih rapi daripada anak laki-laki. Hehehe… Tapi aku benar kan? Dan kutebak… Umurmu… Empat belas…? Benarkan?
SeeU seakan-akan mematung di tempatnya.
"Bagaimana ia bisa tahu semua itu hanya dengan melihat cara balutan di sayap Mii-chan?!"Ah. Sepertinya SeeU masih menggunakan nama karangannya, bukan Mori.
Ah. Ngomong-ngomong, namaku Kizutani SeeWoo. Umurku empat belas tahun juga, aku pemilik Mori. Kalau kau? Dan kalau kau berniat untuk membalas surat ini, silahkan berikan kembali kepada Mori. Ia pasti menungguimu kan?
Nanti ia akan mengantarkannya kembali kepadaku. Lalu setelah aku menulis balasannya, Mori akan mengantarkan balasannya lagi ke kamu. Baiklah, sore ja!
SeeWoo
SeeU membalik-balik kertas itu. Tidak terlihat jejak tinta lagi setelah tulisan acak-acakan yang bertotal sekitar empat paragraf tersebut. Dan dari tulisannya, SeeU simpulkan SeeWoo adalah anak laki-laki.
Belum lagi dari kertasnya. Kertasnya juga berkualitas sangat baik, sehingga pada saat ditekuk-tekuk seperti itu, tinta di tulisannya tidak memudar sama sekali. Sekali lagi, SeeU simpulkan dia anak orang kaya.
Jika bukti dari kertas masih belum cukup. Maka, tali yang digunakkan anak bernama SeeWoo itu adalah potongan kain sutra berwarna putih tanpa noda.
"Kurasa memang lebih baik kutuliskan balasannya," SeeU menggumam lalu berjalan menuju meja belajarnya yang terbuat dari kayu dan membuka loker mejanya. Tampak bertumpuk-tumpuk kertas polos berwarna putih disana.
SeeU pun mengambil lembaran teratas dan mengambil pulpen bertinta biru tua kesayangannya. Itu merupakan pulpen kesayangannya, karena pulpen tersebut adalah salah satu pemberian orangtuanya saat ia berhasil menulis dengan baik, dulu.
Tangannya dengan lincah membuat berbagai macam tulisan di atas kertas putih polos tersebut. Terkadang, ia berhenti sejenak, hendak membatin apa yang seharusnya dikatakannya dalam surat tersebut. Namun ia segera menulis lagi, setelah mendapatkan suatu ide yang menarik baginya.
Kepada:
Pemilik Mori yang sebenarnya.
Benar. Aku memang seorang anak perempuan berumur empatbelasan. Namaku Sakamoto SeeU. Kau bisa memanggilku SeeU saja, karena kepanjangan jika menyebut menggunakan marga kan?
Ah, dan aku memanggilmu SeeWoo saja ya. Ehehe, tapi kalau dipikir-pikir, namamu mirip denganku ya! Ah, dan mengenai Mori, itu jangan dipikirkan. Aku kan bukan manusia yang tidak punya hati dan menelantarkan seekor burung yang sedang sekarat.
Baiklah… Salam kenal SeeWoo!
SeeU
Sekitar sepuluh menit kemudian, SeeU melipat kertas tersebut menjadi sangat kecil lalu mengambil sebuah pita untuk mengikatnya di kaki sang merpati. Pita berwarna pink cerah yang halus, sehingga Mori takkan merasa kesakitan.
"Sekarang… Kau bisa mengantarkannya ke pemilikmu yang sebenarnya," ucap SeeU sambil tersenyum lembut. Seakan-akan mengerti, merpati itu terbang menuju alam bebas dengan surat SeeU di kaki kecilnya.
.
Alicia: Waaaa… Kukira bakalan cukup One-shot! Gataunya jadi Two-shottt (sepertinya). Ngeh… Padahal ini ide pengen cepet selesai biar isa nyelesain fict IP yang lainnya (Terutama GHOST dan KNK)… Soalnya itu dua sudah ada endingnya! #nah.
Dan untuk RinLen RintoLenka seharusnya muncul di chap depan. SeeU dan SeeWoo bukan anak mereka kok #ngeh. Mungkin bagi yang meneliti bener-bener, akan mengerti…
OK! Terakhir… Review pleaseee~?! *blink blink*
