AoKi's life

Cast : Aomine Daiki, Kise Ryouta, Akashi Seijuurou, Kuroko Tetsuya, Midorima Shintarou, Takao Kazunari (Kuroko no Basket). Akabane Karma, Shiota Nagisa (Ansatsu Kyouhitsu). Kaidou Haru, Kaidou Ren (Super Lovers. Haruno Sakura (Naruto). Keita Kamogari (OC. Karakter di dorama Love in Tokyo Season 2 dan anime Itazurana Kiss)

Dics : karakter bukan milik saya, tapi cerita ini asli milik saya nanodayo :v

Terima kasih pada senpai saya Lemonade Ara yang sudah bersedia mengoreksi ff abal2 ini :D mari sama-sama lestarikan FF AoKise~ :D

Maaf kalau masih ada typo ya~

.

.

Mengandung konten Yaoi/Gay/Homo

HOMOPHOBIC JUST GO

.

DLDR

.

HAPPY READING

Setelah menikah, Kise memutuskan untuk pindah ke akademi keperawatan. Tujuan utamanya tentu saja agar lebih leluasa melihat sang suami, Aomine Daiki. Namun selain itu, jauh dalam lubuk hati Kise ia juga telah memutuskan untuk menjadi perawat setelah melihat Aomine berjuang keras menyelamatkan korban kecelakaan saat berada di klub tenis dulu. Ditunjang dengan keinginan Aomine menjadi dokter, maka bulatlah tekad Kise untuk menjadi perawat.

Kise Ryouta atau kini Aomine Ryouta dari dulu hingga sekarang tak banyak berubah. Jika dulu sebelum menjadi istri Aomine ia ceroboh dan bodoh, kini pun setelah menjadi nyonya Aomine ia tetap bodoh dan ceroboh. Namun walaupun begitu, semangatnya untuk menggapai apa yang ia inginkan juga tetap sama, tak berubah sedikit pun jiwa bekerja keras nya itu untuk mencapai itu semua.

Aomine Ryouta, 20 tahun jurusan akademi keperawatan Teiko University. Isteri dari Aomine Daiki. Seorang pemuda manis nan cerewet yang bodoh dan ceroboh. Berawal dari ia yang mengejar-ngejar cinta Aomine Daiki hingga kini ia menjadi istri dari Aomine Daiki. Jangan kaget jika mereka berdua lelaki, cinta tak memandang gender bukan. Terlebih Jepang telah melegalkan pernikahan sesama jenis sejak beberapa tahun yang lalu.

Aomine Daiki, 20 tahun jurusan kedokteran Teiko University. Suami dari Aomine Ryouta. Pemuda tan tinggi nan tampan yang dingin dan angkuh. Namun seangkuh apa pun Aomine kini telah bertekuk lutut terhadap Aomine Ryouta, sang istri. Jelas benar dalam ingatan bahwa saat SMA hingga kuliah Aomine menolak mentah-mentah cinta tulus Kise, namun seiring berjalannya waktu ia menyadari bahwa ia pun sama mencintai Kise. Hingga kini mereka menikah.

.

.

Dua tahun telah berlalu semenjak mereka menentukan cita-cita. Kini saatnya para mahasiswa ini dilatih magang di sebuah RS di Tokyo, yakni Akashi's Hospital. Rumah sakit itu dipimpin oleh Akashi Masaomi, ayah dari Akashi Seijuurou. Akashi Seijuurou pun bekerja disana sebagai dokter bersama sang istri, Akashi Tetsuya. Pasangan Akashi ini merupakan teman Aomine saat SMP.

Karena saat magang menghabiskan banyak waktu di tempat pelatihan, maka Aomine dan Kise memutuskan untuk menyewa apartemen dekat Rumah sakit. Agar mereka tak perlu jauh-jauh pulang ke rumah, karena rumah mereka bisa dibilang cukup jauh dari Rumah Sakit.

.

.

Saat ini Aomine dan Kise baru saja tiba di apartemen baru mereka. Aomine dan Kise tak membawa banyak barang karena ibu Aomine telah menyiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan. Sehingga mereka hanya perlu langsung menempatinya.

"Kyaaa Aomine-cchi ini sangat mewah ! Kita seperti bulan madu lagi kyaa !" Kise berteriak senang sembari memeluk tubuh tinggi Aomine dari belakang. Padahal sang suami baru saja hendak melepas sepatunya.

"Kau tahu sendiri seperti apa Ibu Kise." Aomine membalas datar. Ia berdiri tegap setelah melepaskan sepatu dan menaruhnya di rak sepatu.

"Kassan sugoii. Ah ne Aomine-chhi, bagaimana bisa Aomine-cchi menemukan tempat seperti ini ssu? Maksudku ini dekat dengan RS, hanya perlu berjalan ke seberang juga ini sangat nyaman ssu." Kise melepaskan pelukannya lalu beranjak duduk di sofa empuk disana.

"Hm. Akashi yang merekomendasi kita tinggal disini. Gedung ini juga punya Akashi." Aomine berjalan menyusul Kise.

"Woah Akashi-cchi sangat kaya ssu. Beruntung sekali Kuroko-cchi mendapatkannya ssu." Kise merespon dengan mata berbinar.

"Dan lepaskan dulu sepatumu." Lanjut Aomine. Setelah sampai didepan Kise ia berjongkok untuk melepaskan sepatu yang tengah dipakai Kise.

"Kyaa Aomine-chhi romantis-ssu !" Teriak Kise senang. Ia segera melompat ke pelukan Aomine hingga Aomine yang tidak siap dengan gerakan Kise menjadi terjengkang ke belakang. Untuk di belakang Aomine tidak ada meja, hanya ada karpet lembut yang nyaman hingga Aomine tak terlalu merasakan sakit.

"Ck Kise berhati-hatilah. Selalu saja bertindak tanpa berpikir. Untung aku bisa langsung memelukmu. Baka." Aomine memeluk pinggang Kise yang berada diatasnya. Ia berbaring dikarpet dengan Kise yang menindihnya.

"Hehe gomen Aomine-cchi." Kise tersenyum jenaka sembari mengecup bibir Aomine.

"Hm. Mandilah duluan. Aku akan membuat makan malam." Aomine berujar datar. Tangannya mengelus lembut surai emas Kise.

"Eh? Iye iye. Aku yang memasak." Kise bergegas berdiri dari tubuh Aomine.

"He? Kau yakin?" Tanya Aomine ragu. Ia duduk setelah Kise bangkit dari tubuhnya.

"Yakin-ssu. Aku sudah banyak belajar dari Kagami-cchi ssu. Sudah Aomine-chhi mandi saja sana ssu. Aku akan menyiapkan pakaian ganti Aomine-cchi." Kise menarik Aomine berdiri. Mengambil handuk baru dari lemari lalu menyerahkannya pada Aomine.

"Oi oi kapan kau belajar memasak dengan Bakagami itu? Kau tidak bilang padaku?" Aomine berdecak kesal.

"Hai hai. Sudah sana mandi Aomine-cchi." Kise mendorong punggung lebar Aomine menuju kamar mandi. Mau tak mau Aomine menuruti kemauan sang isteri.

Sedangkan Kise tersenyum lebar melihat Aomine menghilang dibalik pintu kamar mandi. Ia pun bergegas menyiapkan baju ganti Aomine. Setelah celana pendek dan kaos tanpa lengan beserta celana dalam telah tertata rapi diatas ranjang mereka.

"Hm aku harus cepat ssu. Ayo tunjukan kemampuan mu Aomine Ryouta. Yoshaaa !" Kise memberi semangat pada dirinya sendiri.

Lalu Kise pun melangkahkan kaki jenjangnya menuju dapur. Ia membuka kulkas disana. Lalu mengeluarkan beberapa bahan makanan mentah untuk dimasak.

"Woah Ibu benar-benar hebat. Semua disini lengkap ssu." Kise menatap takjub isi kulkas. Lalu mengeluarkan apa yang ia butuh kan.

"Karena kami tidak sempat makan siang tadi, mungkin sebaiknya aku membuat omelet dan ayam goreng saja. Oke pertama menanak nasi dulu." Kise berbicara sendiri sembari ia berjalan ke sana kemari mencuci beras.

"Eh Kagamicchi bilang dua ruas jari atau tiga ya? Ah tiga saja biar lembut haha." Kise mencuci beras lalu setelah itu mengisi kembali rice coocker dengan air tiga ruas jari telunjuk. Lalu menanaknya.

Skip Time

Kise masih asik di dapur hingga tak menyadari sang suami yang telah berjalan mendekatinya. Ia sibuk mencicipi makanan buatan nya. Namun setiap mencicipi makanan wajahnya mengerut aneh menandakan masakan itu tidak enak.

"Ah mungkin nasi buatan ku bisa dimakan hehe." Kise terkekeh miris. Perlahan ia mendekati rice cooker lalu membukanya. Betapa terkejutnya ia melihat beras yang seharusnya menjadi nasi malah menjadi bubur kental.

"Hiks..aku gagal lagi. Gomen Aominecchi." Isak Kise pelan. Ia mencengkeram kuat pinggiran meja dapur.

Aomine yang sedari tadi melihat Kise hanya tersenyum kecil. Ia tahu Kise telah berusaha keras untuk makan malam mereka ini. Namun ayolah, Kise tetaplah anak mama yang manja, selama hidupnya 20 tahun sebelum menikah ia sama sekali tak pernah memasak di dapur. Namun setelah kurang lebih dua tahun menikah Kise berusaha keras untuk memasak walau hasilnya sama tetap gagal.

Aomine pun berjalan mendekati Kise. Dipeluknya Kise dari belakang, tentu saja itu membuat Kise kaget.

"Sudahlah. Ini masih bisa dimakan." Ujar Aomine lembut. Tangannya terulur untuk mencomot ayam goreng di samping Kise.

"Jangan. Tidak enak. Kita pesan makanan saja ssu." Kise menahan tangan Aomine sembari menundukkan kepalanya dalam.

Namun Aomine tetap memakan ayam yang separuh mentah dan separuh gosong itu. Lalu meletakkannya kembali setelah menggigitnya sedikit.

"Ini enak jika kau tahu cara menggorengnya. Goreng sembari terus dibalik agar tidak masak sebagian. Jangan melakukan pekerjaan lain ketika menggoreng." Aomine berujar lembut. Ia menepuk sayang kepala Kise pelan.

"Mandilah. Akan ku selesaikan ini." Lanjut Aomine mengangkat dagu Kise. Lalu mencium bibirnya lembut. Hanya kecupan singkat.

"Em. Gomen ne Aominecchi." Kise bergetar mengucap itu. Ia pun segera berbalik untuk mandi.

"Seceroboh apa pun kau Kise, aku tetap tak bisa memarahimu hanya karena ini sayang. Dan ya benar, masakan mu benar-benar hancur." Ucap Aomine terkekeh geli.

Lalu ia pun kembali mengolah makanan Kise yang masih bisa diolah untuk dibuat lebih enak dimakan. Mengapa Aomine pintar memasak karena semenjak kecil ia sering ditinggal oleh orang tuanya berbisnis diluar. Jadilah ia lebih suka memakan hasil makanannya sendiri daripada pelayan rumah.

Skip Time

20 menit berlalu. Kise berjalan menunduk menuju dapur. Ia memakai baju piama besar ukuran Aomine lalu celana tidur pendek setengah pahanya. Kebiasaan dari kecil Kise berpakaian seperti itu ketika malam hendak tidur.

"Lama sekali. Menangis di dalam hm?" Aomine menuntun Kise untuk duduk dikursi makan. Lalu Aomine berjongkok di samping Kise untuk menatap wajahnya.

"Sudahlah. Kita tetap memakan masakanmu." Aomine mengelus pipi Kise. Dapat Aomine lihat wajah merah dan mata sembab sang istri. Sungguh Aomine merasa pedih melihat wajah itu.

Kise pun mengalihkan pandangannya ke meja makan. Ia terkejut makanan hancurnya tadi terlihat lebih berbentuk sekarang.

"Aominecchi?" Kaget Kise lucu sembari menatap Aomine.

"Hm iya. Kurasa sudah lebih baik rasanya." Aomine duduk di hadapan Kise.

"Kyaa Sukidayo Aominecchi emmuuah." Kise melompat turun dari kursinya lalu duduk di pangkuan Aomine untuk mencium bibir sang suami.

Mereka berciuman panas sebelum makan. Setelah cukup lima menit Kise melepaskan tautan bibir mereka. Laku berbalik menghadap meja makan. Masih tetap di pangkuan Aomine tentunya.

"Woah ini enak haha." Kise bersorak gembira mencicipi makanannya.

"Hei duduklah ditempatmu. Kau berat tahu." Aomine berucap datar.

"Hidoii ssu. Huh tidak mau. Enakan disini ssu." Kise cemberut namun tetap melanjutkan makan nya.

Aomine tersenyum hangat melihat wajah sang istri kembali ceria.

"Aominecchi makan. Aaa." Kise menyuapi Aomine. Tentunya langsung direspon Aomine. Mereka menghabiskan makan malam dengan penuh canda tawa.

Skip Time

Setelah makan Aomine mencuci piring bekas makan malam mereka. Sedangkan Kise duduk di sofa menonton drama yang tengah ditayangkan.

Tadinya Kise mengajukan ingin mencuci piringnya. Namun Aomine melarang keras, tentu saja ia tak mau Kise mengacau lagi saat mencuci piring.

"Belum mengantuk? Besok kita harus pergi pagi." Aomine bertanya sembari duduk di samping Kise. Melihat sang suami telah kembali, Kise bergeser lebih dekat ke Aomine dan bersandar manja didada bidang pria tan itu.

"Belum ssu. Kangen Aominecchi hehe." Kise terkekeh lucu. Jemari lentik Kise bermain di dada Aomine.

"Hm baiklah." Aomine merespon datar. Ia bersandar pada sofa sedangkan tangannya bergerak memeluk pinggang ramping Kise.

"Aominecchi besok selesai jam berapa? Sempat makan siang bersama tidak ssu?" Tanya Kise menatap Aomine penuh harap.

"Aku bahkan ragu bisa keluar labor besok. Tapi yang jelas kegiatan ku akan selesai jam 7 malam. Makan bersama Tetsu saja besok ya?" Aomine berkata lembut sembari mengelus pipi Kise. Ia merasa bersalah dengan wajah penuh harap itu.

"Mou.. Kurokocchi bersama Akashicchi." Kise cemberut.

"Tak akan. Akashi besok bersamaku di lab hingga selesai." Aomine membujuk Kise.

"Eum hai hai. Hoamm Aominecchi ayo tidur ssu." Ucap Kise sembari menguap lebar, mulai mengantuk.

"Sudah gosok gigi?" Tanya Aomine.

"Sudah ssu."

"Baguslah. Tidurlah duluan. Aku akan menyiapkan perlengkapan ku untuk tes labor besok." Aomine menggendong Kise ala pengantin menuju kamar mereka.

"Huh selalu saja begini. Oyasumi ssu." Kise langsung berujar ketus dan berguling memunggungi Aomine setelah Aomine menaruhnya diranjang.

"Tak akan lama. Tidur lah. Oyasumi." Aomine berkata lembut sembari mengecup surai emas Kise.

"..." Kise diam tak merespon Aomine.

Melihat Kise yang merajuk Aomine pun tersenyum maklum. Ia bergegas mencari perlengkapan untuk magangnya besok. Tak ingin membuat istrinya menunggu.

Tak sampai setengah jam Aomine telah selesai mengemas barangnya untuk besok. Ia juga sempat memeriksa tas Kise untuk besok, dan benar saja masih banyak perlengkapan ya lupa pria cantik itu masukkan. Dengan senang hati Aomine pun melengkapinya.

Saat melihat Kise yang bergerak gelisah, Aomine tahu istrinya itu belum tidur. Menunggu dirinya tentu saja.

Aomine pun segera menaiki tempat tidur. Belum sempat berbaring Kise sudah berbalik memeluknya erat. Aomine pun mengubah posisi berbaring agar nyaman. Lengan kirinya di bawah kepala Kise. Sedangkan tangan kanannya memeluk pinggang Kise.

"Ne tidur lah." Ucap Aomine lembut sembari mengecup kening Kise.

"Heumm.." Gumam Kise mengeratkan pelukannya pada Aomine.

Tak lama setelah itu Kise pun terlelap dengan pulasnya. Disusul oleh Aomine.

Skip Time

Esok paginya memulai aktivitas baru di rumah sakit. Mereka berjalan beriringan di koridor rumah sakit. Saat di loker pribadi mereka bertemu pasangan Akashi.

"Kyaaa Kurokocchi ohayou. Akashicchi ohayou." Sapa Kise kelewat semangat sembari memeluk erat Tetsuya.

"Ohayou Kise-kun. Sesak Kise-kun." Ujar Kuroko datar sembari melepaskan pelukan Kise.

"Hm Ohayou." Akashi membalas datar.

"Daiki cepatlah ganti pakaian. Kita langsung menuju labor." Perintah Akashi mutlak.

"Hm. Kise pulanglah duluan nanti." Ujar Aomine kepada Kise. Sembari ia membuka jaketnya dan memakai jas dokter.

"Akashicchi apa nanti kalian bisa makan siang bersama kami?" Tanya Kise kepada Akashi.

"Tidak. Tetsuya akan bersama mu nanti. Dan jangan mencoba untuk mengganggu Daiki nanti." Perintah Akashi mutlak.

"Tetsuya jangan jauh-jauh dari Ryouta. Hanya dia yang bisa ku percaya untuk menemanimu. Jika sudah selesai membimbing anggota baru pulanglah duluan. Aku pergi dulu." Akashi mendekati Kuroko lalu mengecup bibir dan keningnya lama.

"Hai Sei-kun." Balas Kuroko pelan dengan wajah merona.

Sedangkan Aomine melenggang pergi tanpa menghiraukan Kise.

"Huh aku bahkan ragu dia ingat pada ku untuk berpamitan ssu." Kise mencibir kesal.

"Kise-kun termasuk beruntung. Sedangkan aku kemana-mana harus dikawal Sei-kun." Ucap Kuroko sembari memasuki ruang ganti.

"Bukankah Kurokocchi masuk perawat supaya ingin bersama Akashicchi?" Tanya Kise heran. Ia juga memasuki ruang ganti lain untuk berganti pakaian perawatnya.

"Tentu saja bukan. Sei-kun yang memaksa agar aku selalu dalam pengawasannya. Aku dulu ingin menjadi guru TK Kise-kun." Beberapa saat kemudian keduanya keluar dengan pakaian perawat mereka.

"Woah Akashicchi memang berkuasa ssu." Kise menatap Kuroko kagum.

"Itu bukan sesuatu yang pantas dipuji Kise-kun." Kuroko berkata datar.

"Hehe habisnya Aominecchi berkebalikan dengan Akashicchi. Dia tidak akan peduli dengan apa yang akan ku jalani ssu. Menyebalkan ssu." Curhat Kise sembari cemberut.

"Aomine-kun peduli dengan caranya sendiri Kise-kun. Ya sudah ayo segera ke ruangan praktek."

"Eum ssu."

Skip Time

"Aomine Ryouta ! Ini kesalahanmu yang ke sekian puluh kalinya ! Aku tahu kau istri dari dokter magang yang pintar itu, tapi bukan berarti kau mendapat perlakuan khusus !" Haruno-san selaku kepala perawat disana mencak-mencak memarahi Kise.

"Hai hai gomen nasai Haruno-san." Kise menangkupkan tangan nya menatap melas Haruno-san.

"Hah sudahlah. Lakukan dengan lebih teliti. Akashi-san kuserahkan Aomine-san padamu." Ujar Haruno-san sembari berjalan menuju mejanya.

"Ryouta sekali lagi kau membuat kesalahan ku lempar ke kandang harimau kau." Ujar Keita geram.

"Huwaaa hidoii ssu. Gomen gomen ssu." Ucap Kise takut-takut.

Flashback on

Kise dan Kuroko memasuki ruang pelatihan perawat. Disana telah ada para junior dan senior yang akan membantu mereka. Kise masuk kategori junior dan Kuroko kategori senior, karena Kuroko telah lebih dulu masuk akademi keperawatan ini.

Karena Kuroko senior maka ia bergabung dengan rekan seangkatannya yang berada didepan berhadapan dengan para junior. Kise memilih duduk dibangku paling belakang bersama dengan lelaki yang tampak seram.

"Baiklah. Semua telah lengkap. Selamat datang bagi calon perawat. Saya Haruno Sakura selaku kepala perawat di Akashi's Hospital ini. Yang saya sukai adalah junior yang disiplin dan tertib, jika salah satu dari kalian tidak disiplin atau tidak tertib bersiaplah saya tendang keluar dari sini." Selama Haruno-san memperkenalkan diri tiba-tiba hawa ruangan itu menjadi mencengkam. Dapat dilihat wajah para junior pucat pasi, sedangkan para senior hanya menatap para junior dengan wajah geli.

"Baik saya akan mulai mengabsen kalian satu per satu. Harap berdiri dan sebutkan alasan mengapa kalian berada disini. Mengerti?" Tanya Haruno-san sembari membuka buku absen.

"Hai." Jawab seluruhnya serempak.

"Kaidou Ren."

"Kaidou Ren desu. Akademi ini yang terdekat." Ren memperkenalkan diri dengan singkat.

"Hah?" Semua membeo menatap Ren cengo. Termasuk Haruno-san.

"Kaidou Haru no otouto?" Tanya Haruno-san.

"Ya." Jawab Ren datar.

"Kau sungguh berbeda dari anikimu. Kupikir dengan wajah manis itu kau akan lebih banyak bicara. Baiklah kau boleh duduk." Ucap Haruno-san terkekeh geli.

"Kami bukan saudara kandung. Dan aku tidak manis." Ren berkata cemberut. Ren dapat mendengar suara kya-kya dari para senior dan teman seangkatannya, namun ia memilih cuek dan kembali duduk.

"Haha benar kata Kaidou-sensei, adiknya memang kurang bersahabat."

"Selanjutnya Takao Kazunari." Lanjut Haruno-san.

"Hai hai. Takao Kazunari desu. Aku disini karena ingin membantu dokter merawat pasien, itu cita-citaku dari kecil. Yoroshiku onegaishimasu." Takao memperkenalkan diri, tak lupa dengan senyum lebar khasnya.

"Kau tampak lebih bersinar Takao-kun. Terlebih saat menyebut kata dokter." Haruno-san menatap Takao tajam.

"Ahaha. Hanya reflek Haruno-san." Takao tertawa salah tingkah.

"Hm. Ku harap Midorima-sensei mendengar ini. Kau boleh duduk."

Takao tampak merona saat Haruno-san menyebut nama Midorima.

"Oke next. Akabane Karma."

"Akabane Karma desu. Tujuan ku ingin dekat dengan dokter anak yang pendek itu, that my wife." Karma menunjuk Nagisa yang memang berdiri depan untuk ikut mengawasi. Sontak Nagisa menunduk dalam.

"Red Devil jika memang itu tujuanmu kau bisa angkat kaki sekarang. Aku tak peduli kau suami Akabane-sensei, disini keselamatan pasien diutamakan." Haruno-san menggeram marah karena ketidaksopanan Karma.

"Are? Kau yakin akan mengusirku?" Karma bertanya santai. Ia menatap Haruno-san dengan tatapan jahil khasnya.

"Ano Haruno-san. Sebenarnya Akabane Karma adalah pemegang nilai sempurna di semua ujian keperawatan kemarin. Maafkan kelakuannya yang tidak sopan, namun kemampuannya bisa saya pertanggungjawabkan." Nagisa menjelaskan secara sopan.

Haruno-san tampak kaget. Ia kembali menatap Karma.

"Kau boleh duduk." Haruno-san menggeram lagi.

"Hai~ sankyu istriku." Karma memberikan flying kiss sebelum duduk.

Ctak

Kepala Karma tiba-tiba dilempari pulpen oleh Haruno-san.

"Berisik." Ujar Haruno-san tajam.

Semua di absen kembali hingga sampai dengan nama Kise.

"Aomine Ryouta." Mulai Haruno-san.

"Hai. Aomine Ryouta desu. Saya disini tentu saja untuk belajar menjadi perawat yang handal lalu bisa bekerja sama dengan Aominecchi yang tampan ssu. Yoroshiku onegaishimassu !" Akhir kata Kise melengkingkan suaranya.

Sontak yang lain tertawa melihat tingkah Kise.

"Hm baguslah Aomine-san. Aku berharap banyak pada istri seorang dokter yang tampan." Haruno-san menatap tajam Kise.

Glup

Kise menelan paksa ludahnya gugup.

"Kau boleh duduk."

Kise segera duduk. Namun ia merasa terganggu dengan rekan sebelahnya yang masih asik tertawa geli.

"Oi apa yang kau tertawakan ssu. Menyebalkan ssu." Kise cemberut menatap pria di sebelahnya.

"Keita Kamogari desu. Logat mu lucu haha." Keita memperkenalkan diri.

"Aomine-san, dan yang disebelahnya. Fokus ke depan." Tegur Haruno-san. Mereka pun kembali menatap ke depan.

Absen perkenalan kembali dilanjutkan.

"Terakhir Keita Kamogari."

"Keita Kamogari desu. Aku ingin menjadi perawat yang disukai oleh banyak orang. Merawat orang sakit dan membuat mereka tersenyum merupakan kebanggaan tersendiri bagiku. Yoroshiku onegaishimasu." Keita memperkenalkan diri dengan sopan.

Semua bertepuk tangan menatap Keita.

"Tujuan yang bagus Keita-san."

"Absen telah selesai. Kelompok kalian akan saya bagikan. Lelaki dengan lelaki dan wanita dengan wanita. Memudahkan kalian dalam bertugas. Kalian akan diawasi oleh satu senior dan satu dokter." Tukas Haruno-san.

Semua kelompok dibagi. Hingga sampai pada kelompok 4.

"Kelompok 4. Akabane Karma, Aomine Ryouta, Keita Kamogari, Kaidou Ren, dan Takao Kazunari. Senior pembimbing Akashi Tetsuya. Dokter pembimbing Akabane Nagisa."

"Sumimasem mengapa saya dikelompok 4 Haruno-san?" Nagisa protes.

"Agar Akabane-san bisa mempertanggungjawabkan perkataan sensei tadi."

Karma menyeringai mendengarnya. Sedangkan Nagisa hanya menghela nafas lelah apa lagi setelah melihat wajah menyebalkan sang suami.

"Akabanecchi kau menyeramkan ssu." Komentar Kise polos.

"Panggil aku Karma saja pirang. Kau tahu aku tampan hahaha." Karma tertawa iblis.

"Karmachhi titisan iblis ssu." Kise bergidik ngeri.

"Apa kau bilang hah?!" Karma menggeram marah kearah Kise.

"Ah Kurokocchi kita sekelompok. Yoroshiku onegaishimassu." Kise berpura-pura tak mendengar Karma lalu berlari memeluk Kuroko.

"Cchi? Dia memang suka menggunakan itu dibelakang nama orang ya?" Takao bertanya pada Ren.

"Tak tahu." Ren menjawab datar.

"Kau memang tidak asik Ren." Takao cemberut.

"Urusai." Ren menjawab.

"Silahkan istirahat 15 menit sembari berkenalan." Haruno-san memberi perintah sebelum keluar ruangan.

"Hai." Jawab semua serempak.

Tampak kelompok 4 sedang duduk melingkar di kursi yang tersedia. Dengan urutan Kise, Kuroko, Nagisa, Karma, Ren, Takao dan Keita.

"Aku akan memperkenalkan diri. Akabane Nagisa desu. 24 tahun, spesialis anak. Dan ya seperti kalian tahu bocah merah ini suami ku. Yoroshiku." Nagisa memperkenalkan diri sembari membungkuk hormat setelah tadinya sempat menunjuk Karma yang berada disebalahnya.

"Kyaaa Akabanecchi-sensei 24 tahun? Aku mengira dokter muda berusia 18 tahun senseii." Komentar Kise heboh.

"Ahaha panggil Nagisa saja Aomine-san. Aku tidak lagi semuda itu, maaf saja kalau aku kecil dan pendek Aomine-san." Nagisa tertawa canggung.

"Dia istriku. Jangan coba-coba merebutnya dariku." Karma memeluk Nagisa posesif.

"Alay." Komentar Ren datar.

"Diam bocah." Balas Karma tajam.

"Kita seusia baka." Ren menyela Karma tajam.

"Hanya sama bulan dan tanggal. Aku setahun diatasmu bocah pendek."

"Ano boleh aku memperkenalkan diri?" Kuroko tiba-tiba bersuara.

"Eh?!" Seru semua kaget.

"Kau siapa?!" Tanya Takao heboh.

"Sejak kapan disitu?!" Keita berseru tak kalah heboh.

"Sejak tadi." Kuroko menjawab datar.

"Ehehe minnacchi. Tolong lebih memperhatikan keberadaan Kurokocchi ne." Kise tertawa canggung.

"Ahaha gomen Tetsuya-kun. Aku bahkan lupa bertugas bersamamu." Nagisa ikut tertawa canggung.

"Tak apa Nagisa-sensei. Akashi Tetsuya desu. 22 tahun. Menikah. Menjadi perawat sejak 20 tahun. Yoroshiku." Kuroko memperkenalkan dirinya dengan nada datar.

"Hah menikah?!" Koor semua kecuali Kise, Nagisa, Karma dan Ren.

"Jangan bilang setan merah itu suami mu?" Tanya Keita heboh.

"Siapa yang kau bilang setan merah?" Sebuah suara asing berasal dari belakang Keita.

"Sei-kun?" Sontak semua menatap ke belakang Keita. Tampak para dokter kece disana, mereka adalah Akashi Seijuurou, Aomine Daiki, Midorima Shintarou dan Kaidou haru.

"Hm. Tetsuya membimbing mereka?" Akashi berjalan mendekati Kuroko. Diikuti oleh Haru yang mendekati Ren.

"Iya. Mengapa kesini? Butuh perawat?" Tanya Kuroko heran. Akashi tak menjawab melainkan malah mencium kening Tetsuya.

Disisi lain Haru tampak menggoda Ren.

"Konichiwa Ren ku. Are adik kecilku yang manis menjadi perawat." Ujar Haru kekanakan sembari memeluk Ren gemas.

"Hanase Haru ! Kau yang memaksa ku baka." Ujar Ren dengan wajah memerah malu.

"Kyaaa Aominecchi." Kise berlari memeluk Aomine yang masih terdiam menyaksikan mereka.

"Hm. Kita dirumah sakit Kise." Aomine berujar datar.

"Eh gomen hehe." Kise pun melepaskan pelukannya pada Aomine.

"Aominecchi mengapa dengan Akashicchi? Bukankah Aominecchi masih magang ssu?" Tanya Kise beruntun.

"Aku mendapat tempat spesial karena nilai ku." Aomine menjawab datar.

"Shin-chan." Sapa Takao pada Midorima.

"Hm kami akan melihat kalian saat melakukan praktek pertama nanti nodayo." Midorima menjelaskan.

"Are are Sei-nii dkk, tumben sekali mau melihat uji coba para perawat?" Tanya Karma santai sembari menyeringai iblis.

"Panggil aku sensei Karma." Akashi menjawab datar.

"Hai hai Akashi-sensei~" Ucap Karma dengan nada jahil.

"Apa hubungan kalian ssu?" Tanya Kise penasaran.

"Akashi-sensei dan Karma-kun sepupu Kise-kun." Kuroko menjelaskan.

"Astaga ini perkumpulan keluarga namanya." Keita menatap Akashi bosan.

"Lalu apa masalahmu bocah." Akashi menjawab datar.

Belum sempat Keita menjawab Haruno-san telah masuk dengan para perawat lainnya.

"Ah para dokter telah datang. Mari kita mulai. Silahkan dokter perkenalkan diri terlebih dahulu." Haruno san berujar sopan.

Keempat dokter tampan tadi pun berjalan ke depan. Memperkenalkan diri mereka.

"Akashi Seijuurou. Ahli bedah."

"Midorima Shintarou. Ahli kandungan."

"Kaidou Haru desu. Spesialis penyakit dalam. Yoroshiku minna-san." Haru mengedipkan matanya genit.

"Aomine Daiki. Dokter magang penyakit dalam."

"Kyaaaa." Teriak para wanita dan lelaki yang berstatus uke.

"Baik cukup perkenalan. Para junior lakukan tugas pertama. Menyuntik. Lakukan sebagaimana yang telah diajarkan saat kalian kuliah." Haruno-san memberi perintah.

"Kalian akan diamati oleh para dokter selain dokter bimbingan kalian." Lanjut Haruno-san.

"Hai." Semua serempak.

Semua pun bergegas mengerjakan tugas. Para dokter tampan bergantian mengamati setiap kelompok.

Setiap kelompok bergiliran berlatih menyuntik lengan teman mereka. Kelompok lain tampak berjalan lancar, namun tidak dengan kelompok 4. Semua anggota kelompok 4 dapat menyuntik dengan baik, namun tidak dengan Kise. Ia berkali-kali membuat kesalahan.

Kesaalahan pertama

"Pakai lenganku. Hati-hati, ikuti prosedur." Ucap Keita pada Kise.

"Ah hai hai." Kise mengangguk mengerti.

Kise pun mulai mengangkat lengan baju Keita. Lalu mengikat karet pada lengan berotot itu. Lalu membuka suntiknya.

"Oi oi kau harus mensterilkannya dahulu." Keita memperingati.

"Ah kau benar. Gomen ne." Kise menyengir polos.

Yang lain hanya menatap Kise datar. Bagaimana dia bisa lupa itu.

Kise pun mengusap alkohol pada lengan Keita setelah menemukan pembuluh vena pria itu.

Glup

Kise menelan ludah gugup saat ingin menyuntik. Ia berkeringat dingin.

"Cepatlah jangan takut. Konsentrasilah." Keita berujar lembut.

Kise mengangguk lalu mendekatkan jarum suntik nya ke lengan Keita. Ia menyuntiknya tanpa melihat.

"Aaaakh!" Keita berteriak keras.

"Hah tidak berdarah! Bagaimana ini?!" Kise heboh sendiri.

"Cabut bodoh !" Keita membentak Kise.

Kesalahan kedua

"Aakkhh !"

"Tidak berdarah lagi."

"Kau menutup matamu lagi. Buka matamu dan perhatikan pembuluh yang muncul lalu suntik perlahan baka ! Cepat cabut lagi !"

Kesalahan ketiga hingga kesepuluh terjadi begitu saja akibat kecerobohan Kise.

Flashback off

"Masuk jam makan siang. Kalian boleh istirahat makan." Titah Haruno-san.

"Lakukan dengan benar nanti Aomine-san." Lanjut Haruno-san menatap tajam Kise sebelum keluar.

"Huwaaa susah ssu." Kise berteriak kesal.

"Aku pergi." Aomine berkata datar. Ia melangkah keluar.

"Aominecchi matte. Ayo makan bersama." Ucap Kise menghentikan langkah Aomine.

Semua berangsur keluar kecuali kelompok 4 dan para dokter tampan.

"Kise jangan anggap ini permainan. Kau bisa membahayakan nyawa pasien. Kalau tak sanggup sebaiknya kau mundur. Aku tak mau bekerja sama dengan perawat abal-abal." Ucap Aomine tajam tanpa berbalik.

Kise POV on

"Kise jangan anggap ini permainan. Kau bisa membahayakan nyawa pasien. Kalau tak sanggup sebaiknya kau mundur. Aku tak mau bekerja sama dengan perawat abal-abal."

Deg

Kata-kata Aominecchi membuatku mematung. Tanpa sadar air mataku menggenang di pelupuk mata. Sungguh sakit mendengar itu.

"Teme !"

Kise POV off

"Teme ! Seharusnya kau membantunya, bukan membuatnya menangis !" Ujar Keita membentak Aomine. Ia membalikkan tubuh tinggi Aomine.

"Apa hakmu mengaturku." Aomine berkata dingin.

"Sudah Keitacchi tak apa ssu. Aominecchi boleh makan duluan ssu." Kise menarik Keita menjauh dari Aomine. Aomine yang melihat itu langsung pergi tanpa mengucapkan apa pun.

"Wow pria tan itu dingin sekali." Karma menceletuk asal.

"Diam Karma." Ucap Nagisa mencubit pinggang sang suami.

"Hai hai. Ayo keluar makan." Ucap Karma merangkul pinggang Nagisa.

"Tapi Ao-"

"Dia butuh waktu sendiri sayang." Bisik Karma ditelinga Nagisa.

"Yosh semua ayo makan." Ajak Karma menggandeng Nagisa keluar duluan.

"Kalian duluan saja ssu hehe." Kise tertawa canggung.

Semua mengangguk mengerti.

"Nanti kubawakan makanan Aomine-san." Ucap Takao yang disetujui Nagisa dan Kuroko.

"Hai sankyu minnachhi." Kise mengangguk dan tersenyum.

Semua pun keluar untuk makan siang. Kecuali Keita.

"Jangan menangis bodoh. Ayo berlatih Aomine." Keita menyingkap lengan bajunya yang lain.

"Keitacchi." Ucap Kise terharu sembari menatap Keita dengan mata berair.

"Buktikan kau bisa menjadi perawat yang handal Aomine."

"Hiks Keitacchi sankyuu." Tangis Kise sembari memeluk Keita.

"Ouch lenganku Aomine." Ringis Keita. Sontak Kise melepas pelukannya.

"Ah gomen Keitacchi."

"Bercanda. Ikuso kita latihan." Ucap Keita tersenyum manis pada Kise sembari mengelua rambut Kise.

"Eumm Keitacchi panggil aku Kise atau Ryouta saja ssu. Aku belum pantas di panggil dengan marga itu ssu." Ucap Kise menunduk sedih.

"Em ok. Ryouta."

.

.

~~~TBC~~~

Ff ini udah lama di hp Joy Cuma baru sekarang bisa upload :D (maklum Joy sibuk :D #soksibukplakk)

Chap 2 udah ada Cuma belum Joy edit. Kalau responnya bagus untuk ff ini ntar Joy update kilat :D

Akhir kata Review ne minna.. kritik dan saran diterima ssu...

Arigato gomawo xiexie gozaimasu(?) :)