Title: Baby, It's Cold Outside

Summary: "Izaya, aku harus pulang."-"Tapi, Shizu-chan, di luar sana dingin sekali."

Pairing: Izaya/femShizuo alias Izaya/Shizuko

Rate: T

Disclaimer: Nope~! Novel hebat bernama durarara! adalah milik seorang author hebat bernama Narita Ryohgo~! Dan lagu 'Baby, It's Cold Outside' adalah milik Lady Antebellum~!

Bacotan: Ini adalah fic permintaan dari tahutempenasiuduk (duh, nickname anda membuat saia lapar) dan Zimmy. Dan, maaf Zimmy, saia ga terlalu bisa bikin rate-M hetero, jadi semoga ini cukup, hehehe. Semoga kalian suka~! :D

Oh, ya, sebelum kita mulai. Lyric lagu ini dinyanyiin selang-seling, jadi mungkin agak bingung. Kalo pengen ga bingung, download aja lagunya di 4shared ato dimanapun. Huehehehe… *ga tanggung jawab mode: on*

Pokoknya, untuk mengurangi kebingungan, yang bagian ceweknya saia italic, yang bagian cowoknya saia bold, dan seperti biasa, yang bold italic itu… saia yang nyanyi *gampared* ma-maksudnya mereka berdua yang nyanyi. Jadi, yang italic nyambung ama yang italic, yang bold nyambung ama yang bold, jangan digabung, okeh?

Well, yea, segitu aja bacotan saia. Nanti ni fic malah penuh ama bacotan lagi.

Enjoy~! :D


I really can't stay
Baby, it's cold outside
I've gotta go away
Baby, it's cold outside

Pulang sekolah di tengah udara dingin tidak pernah menyenangkan bagi Shizuko. Apalagi kalau dia juga harus menumpang sebentar di rumah Izaya karena sepertinya akan ada badai.

Seperti sekarang.

"Aku pulang sekarang saja, Izaya."

"Di luar dingin, Shizu-chan."

"Tapi aku mau pulang."

Izaya menariknya duduk kembali ke sofa. "Di luar dingin.

This evening has been
Been hoping that you'd drop in
So very nice
I'll hold your hands, they're just like ice

"Terima kasih sudah mau menampungku, tapi aku mau pulang," Shizuko bersikeras.

Izaya agak merasa sedih juga. Dari tadi dia berharap Shizuko akan mampir ke rumahnya. Dia senang sekali akan ada badai karena Shizuko jadi harus tinggal dulu di rumahnya, tapi sepertinya itu tidak akan lama.

"Sore ini menyenangkan," ujar Shizuko lagi. Dia agak gemetar.

Izaya meraih kedua tangan gadis dihadapannya dan menggenggamnya erat.

"I-Izaya…"

"Tanganmu seperti es, Shizu-chan."

My mother will start to worry
Beautiful, what's your hurry?
My father will be pacing the floor
Just listen to that fireplace roar

"Okaa-san akan mencariku kemana-mana," ujar Shizuko, masih tetap mencoba untuk mendapatkan izin untuk pulang. Dia tidak bisa menelepon karena baterai handphone-nya habis, dan Izaya terlalu licik untuk tidak memberi tahu dimana dia menyimpan teleponnya.

"Kenapa harus buru-buru? Ibumu juga pasti akan berpikir dua kali untuk keluar dari rumah dan mencarimu dalam cuaca seburuk ini."

"Otou-san akan mondar-mandir di depan pintu. Kasihan dia."

Bunyi gemeretak kayu yang dibakar terdengar. "Ayolah, hangatkan dulu dirimu," balas Izaya tidak peduli sambil berjalan menuju tungku api unggun di depan sofa tempat Shizuko duduk. Dia menambahkan kayu ke dalam api, dan dengan penjepit besi, dia memindahkan bara api ke atas kayu-kayu itu agar lebih cepat terbakar.

Now really I'd better scurry
Sweetheart, what's your hurry?
Well, maybe just a half a drink more
Why don't you put some records on while I pour?

"Aku harus cepat-cepat pulang," lagu-lagi Shizuko bersuara. Cokelat hangat di cangkirnya masih sedikit mengepulkan asap. Dia langsung meminumnya sampai tinggal sedikit. Rasanya enak.

"Untuk apa cepat-cepat? Minumanmu juga belum habis."

Mendengar itu, shzuko langsung menenggak minumannya sampai habis. Rasa cokelat itu benar-benar enak dan mulai membuatnya berubah pikiran. "Aku minta setengah gelas lagi, deh."

Izaya mengambil cangkir dari tangannya. "Tolong nyalakan lagu disana sementara aku membuatkannya," ujar Izaya sambil berjalan menuju dapur pelan-pelan.

The neighbors might think
Baby, it's bad out there
Say, what's in this drink?
No cabs to be had out there

Dua anak remaja berada d satu ruangan hanya berdua. Apalagi ruangan itu adalah milik salah satunya. Para tetangga Izaya pasti akan berpikir yang tidak-tidak sekarang.

Izaya melihat wajah khawatir Shizuko. "Di luar sana dingin sekali. Jangan berpikir untuk kabur dan lari."

"Tidak, kok," balas Shizuko. Lidahnya lagi-lagi dimanjakan oleh rasa cokelat yang pekat bercampur dengan gula dan susu. Dia agak mengantuk. "Izaya, kau tidak memasukkan apa-apa ke dalam minumanku, kan?"

Izaya terkekeh pelan. "Tidak, aku hanya memasukkan sedikit brandy supaya tubuhmu hangat."

"Oh," tanggap Shizuko. "Ugh… aku mau pulang dan tidur sekarang," keluhnya ketika matanya makin berat. Sepertinya, selain membuat tubuh hangat, alkohol juga bisa membuat mengantuk, ya?

"Tidak ada taksi di luar dalam cuaca seperti ini."

I wish I knew how
Your eyes are like starlight now
To break this spell
I'll take your hat, your hair looks swell

Shizuko benar-benar berharap dia tahu bagaimana cara untuk lepas dari sihir yang membuatnya makin merasa nyaman berada di rumah Izaya karena dia merasa dia harus pulang sekarang.

Sementara dia merasakan dilema antara ingin pulang ke rumah dan ingin tinggal disana, Izaya memandang matanya. Matanya yang setengah tertutup diterpa oleh api, membuat matanya terlihat begitu berkilau.

Izaya berdiri dan mengambil topi wol Shizuko yang dari tadi tetap dia pakai. "Rambutmu agak basah, sebaiknya dibiarkan kering atau kau akan sakit kepala nanti."

I oughta say 'no, no, no sir'
Mind if I move in closer?
At least I'm gonna say that I tried
What's the sense in hurting my pride?

"Izaya, jangan."

"Eh? Aku mau duduk dekat dengan Shizu-chan~!" seru Izaya sambil terus bergeser ke samping Shizuko setiap kali didorong menjauh. Hal itu memang memalukan, tapi apa salahnya kehilangan sedikit harga dirinya untuk bisa dekat dengan gadis yang dia cintai ini?

Dan berapa kali pun Shizuko mendorong Izaya, akhirnya dia menyerah karena hangat yang dipancarkan oleh tubuh Izaya benar-benar nyaman.

Setidaknya dia bisa bilang dia sudah mencoba untuk melarang Izaya. Walaupun gagal.

I really can't stay
Baby, don't hold out!
Oh, but it's cold outside

I simply must go
Baby, it's cold outside
The answer is 'no'
Baby, it's cold outside

"Aku harus pergi."

"Di luar dingin."

"Tidak. Aku mau pergi."

"Tapi di luar dingin."

Dan Shizuko menyerah untuk lima belas menit ke depan

This welcome has been
So lucky that you dropped in
So nice and warm
Look out that window at that storm

"Sudah kubilang, Izaya, terima kasih sudah menerimaku sore ini, tapi aku mau pulang," ujar Shizuko, 'walaupun disini begitu nyaman dan hangat,' lanjut batinnya.

Padahal Izaya senang sekali dia datang. Harusnya Shizuko menyadari hal itu.

Ketika Izaya melihat keluar jendela, dia ingin rasanya berteriak senang. "Ah, untung kau tidak pulang, Shizu-chan~! Lihat, ada badai. Kau bisa saja terbang walau dengan kekuatan monstermu."

Baiklah, lagi-lagi Shizuko menyerah untuk lima belas menit ke depan.

My sister will be suspicious
Gosh, your lips look delicious
And my brother will be there at the door
Waves upon a tropical shore

My maiden aunt's mind is vicious
Ooh, baby you're so delicious
Maybe just one little kiss more
Never such a blizzard before

Badai ini pasti akan berlangsung lama. Jadi, tidak ada salahnya kan bermesraan sedikit? Mereka kan sepasang kekasih. Tidak ada salahnya, kan?

Maka Shizuko membiarkan saja ketika Izaya menangkap bibirnya dalam sebuah ciuman yang hangat.

Tapi nanti Delic akan marah. Kakaknya itu sedikit terlalu sister-complex padanya. Dia pasti sedang menunggu di depan pintu sekarang.

Dia tidak peduli. Dia tetap membalas ciuman Izaya.

Lalu Delia yang sama sister-complex-nya dengan kembarannya juga pasti akan curiga kemana saja dia seharian.

Shizuko tetap menerima ciuman-ciuman dari Izaya.

Dan nanti bibinya di rumah pasti akan berpikir yang tidak-tidak. Seperti waktu dia terlambat pulang dulu, bibinya menyambutnya di rumah dengan pertanyaan, "Shizuko-chan, apa ini berarti sebentar lagi aku akan melihatmu menikah?" dengan sebuah senyum lebar.

Satu ciuman lagi, deh, sebelum dia akan memaksa untuk pulang lagi.

Oh, I gotta go home
You'll freeze to the bone out there
Hey, lend me your coat
It's up to your knees out there

You've really been grand
I thrill when you touch my hand
But don't you see?
How can you do this thing to me?

"Hey, aku mau pulang."

"Lagi, Shizu-chan? Kau akan beku sampai ke tulang di luar sana."

"Pinjam jaketmu."

"Saljunya menumpuk sampai lututmu, kau tahu," dan Izaya menciumnya sekali lagi.

"Tapi aku mau pulang."

There's bound to be talk tomorrow
Making my lifelong sorrow
At least there will be plenty implied
If you caught pneumonia and died

Mereka benar-benar harus bicara tentang ini besok. Tentang bagaimana Izaya seharusnya tidak menahannya di apartemennya ini. Tentu saja tidak dengan kalimat yang terang-terangan karena Shizuko tidak mau orang-orang bergosip tentang hal-hal yang tidak benar.

"Aku mau pulang," ujarnya lagi.

"Di luar dingin."

"Tidak apa-apa. Aku tahan."

"Tapi, nanti aku sedih kalau Shizu-chan mati karena peneumonia."

"Oh, ya ampun."

I really can't stay
Get over that old out
Baby, it's cold outside

"Aku harus pulang."

"Berhenti mengatakan itu dan iam di sofa. Di luar dingin."

"Tapi aku harus pulang," desak Shizuko lagi.

Izaya menyerah. Pacarnya ini terlalu keras kepala. "Baiklah, baiklah. Kau menang, Shizu-chan," balasnya agak tidak rela. Dia mengambil kunci di meja dekat sofa dan membuka kunci pintu.

It is kinda chilly
Just stay right here, baby
You ain't gotta be nowhere
All right, you win, ha ha ha

Ketika Shizuko berdiri di luar apartemen Izaya, udara dingin berhembus dan menerpanya. Dua lapis jaket tidak berhasil menghadang dingin dari mengenai kulitnya. "Hya… dingin…" keluhnya.

"Kalau terlalu dingin, masuk saja lagi, Shizu-chan."

"Aku harus pulang."

"Sudahlah, ayo masuk."

"Badainya pasti akan sampai malam, ya, sepertinya."

"Iya."

"Bagaimana ini?"

"Menginap saja."

"Aku tidak bawa baju ganti."

"Pakai bajuku saja."

Shizuko memandang pemandangan kota yang terlihat dari koridor apartemen. Terlihat warna putih yang mepalisi kota dengan selimut dingin putih bernama salju. Sepertinya akan sangat dingin sekali.

"Kau tidak sedang harus berada dimana-mana, kan?" tanya Izaya.

Shizuo sekarang berpaling dari pemandangan putih di hadapannya dan menatap Izaya yang tersenyum lembut. Ruangan apartemennya nyaman dan hangat sekali.

"Baiklah, kau menang, Izaya."

Dan dia kembali melangkah masuk. Ke dalam apartemen, dan ke dalam pelukan hangat Izaya.


END


Tada~! Selesai~!

Minta ripiunya~! *plakked*