Ya halo~ Lagi-lagi saya datang membawa barang ambigu. Yah, kayaknya larangan membuang sampah sembarangan ngga berlaku pada saya ya :3

Dan ga bosan-bosannya saya mengucapkan terimakasih pada temen-temen yang uda review di fic sebelumnya. Oh, jangan lupa, saat membaca pastikan ruangan anda terang dan jarak antara mata dan laptop/hp/tab/pc adalah 3 m. Demi keselamatan mata anda dan kewarasan anda permirsah.

Saya ga mau di masukkin penjara karena fic ambigu bin absurd ini /huss

Yauda, hepi reading~


Title :

Hoshizora no misuteiku : O baka Hoshizora-san!

Prequel :

星空のミステイ[Hoshizora no Misuteiku]

Disclaimer :

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Story :
©Rall Freecss

Cast :

Fem!Kuroko, GoM, etc

Pair :

AkaKuro,

Warning :

GaJe, Typo Everywhere, Fem!Kuroko,OOC, etc :v


Kuroko memandang pemuda yang berdiri di depannya dengan tatapan datar. Sementara yang di tatap sibuk mengipasi dirinya dengan sebuah brosur yang ia dapat.

"Akashi-kun," panggilnya, Akashi menoleh,

"Aku lelah, aku mau pulang." Keluh Kuroko, Akashi mengacak surai aquamarine itu.

"Aku juga, Tetsura. Tapi kita harus temukan orang-orang tak berguna itu dulu."

Kuroko menghela nafas, ia mengangguk lemas. Akashi tersenyum kecil melihatnya.

Baiklah, sekarang keduanya harus menemukan Aomine, Kise, Midorima, Murasakibara, dan Satsuki di tengah-tengah keramaian ini.

Akashi sungguh tak menyangka kalau ia bisa-bisanya terjebak di tengah kerumunan orang seperti ini, di tengah teriknya matahari di musim panas. Dan lagi, ia tak habis pikir kenapa Akihabara bisa di penuhi manusia sebanyak ini.

Tunggu, Akihabara? Akashi ngapain di Akihabara? Salahkan Aomine yang menyeret teman-temannya kemari dengan alasan ingin melihat para maid yang kawaii. Padahal kalau hanya maid, di mansion Akashi dan Kuroko juga banyak ya.

Kuroko berjongkok sambil memeluk lututnya, ia benar-benar lelah. Perjalanan dari Tokyo menuju Akhihabara memang tidak jauh, tetapi mengingat keramaian yang ada, siapa yang tidak lelah berada di dalam kerumunan manusia dalam waktu panjang.

Akashi mengipasi Kuroko dengan brosur yang ia dapat. Tangannya menyeka keringat yang mengucur dari pelipis Kuroko.

"Akashi-kun, ayo pulang." Rengek Kuroko, oh, dia pasti sangat lelah. Akashi menghela nafas. Kalau saja ia tak mengikuti permintaan bodoh salah satu temannya [baca : budak], ia pasti tidak akan mengalami hal seperti ini. Seperti anak hilang.

Akashi menarik tangan Kuroko, membawa gadis itu berdiri. Keduanya berpegangan tangan, sepertinya Akashi sudah memutuskan kalau mereka akan mencari rekan-rekan mereka yang menghilang entah kemana itu.

Berjalan di tengah keramaian orang seperti yang dialami Kuroko dan Akashi ini bukanlah hal mudah. Bahu yang saling bertubrukkan menjadi resiko. Jika tak berpegangan dengan erat, terpisah menjadi hadiahnya.

Oh, Kuroko sangat tak ingin terpisah dari Akashi di tengah kerumunan orang asing seperti ini. Apalagi, sedari beberapa waktu lalu, ada sekelompok pemuda yang terus mengawasi gerak-geriknya. Walaupun sudah mendapat hadiah gunting dari Akashi, mereka ini tak kapok-kapok.

Perlahan tapi pasti, setiap langkah yang diambil Akashi untuk mencari rekannya [baca : budak] yang menyusahkan itu benar-benar terasa berat. Matanya sesekali bergerak ke arah Kuroko, memastikan apakah gadis itu masih ada di sana atau tidak.

Bagus, sudah sejauh ini keduanya tak terpisah, mungkin belum lebih tepatnya. Namun sialnya, sosok yang mereka cari tak kunjung di temukan.

Tanpa alasan yang jelas, Kuroko merenggangkan genggamannya. Mungkin karena berkeringat jadi terasa lengket. Ketika genggaman itu melonggar, seseorang menabrak Kuroko. Benturan yang cukup keras, sukses membuat Kuroko terpisah sepenuhnya dari sang emperor.

Tangannya berusaha menggapai-gapai tangan pemilik surai merah itu. Namun sepertinya, yang berusaha digapai itu tak sadar kalau ia sudah terpisah dari sang gadis.

Kini Kuroko terasingkan di pinggiran jalan, di depan etalase toko-toko yang berjejer di sana. Pipinya memerah, ia menggigit pelan bibirnya. Matanya berair, ia harus bagaimana? Ia benar-benar sendirian saat ini. Ponsel? Oh, salahkan Akashi yang menyita ponselnya karena ketahuan mengirim pesan pada Kiyoshi tanpa sepengetahuan Akashi.

Padahal isi pesan itu hanya untuk menanyakan bagaimana cara membuat omurice pada Kagami. Dan rencananya, omurice itu akan diberikan pada Akashi. Ah, Akashi, lihat akibat dari tindakan posesif mu. Tak hanya batal mendapatkan omurice buatan Kuroko, tapi kini kalian berdua benar-benar terpisah.

Kaki Kuroko gemetar, berada di tempat asing seperti ini pasti membuatnya sangat ketakutan. Tidak, bukan itu alasannya. Ia dibuat gemetar karena beberapa pasang mata yang terus mengawasinya dari sudut sana.

Oh, Akashi, kenapa kau bisa-bisanya tak menyadari kalau kau terpisah dari Kuroko!?

Air mata Kuroko yang sudah menumpuk siap jatuh kapanpun. Tapi, lupakan soal air mata yang siap jatuh. Telinga Kuroko terusik oleh sebuah suara tangisan yang berada sangat dekat dengannya.

Kuroko menoleh, mendapati seorang gadis kecil dengan surai hitam panjang yang dikuncir satu ala cece menangis sesegukan di sana. Dengan naluri keibuan yang kuat, Kuroko langsung menghampiri gadis itu. Diusapnya pelan puncak kepala gadis itu.

"Kenapa menangis, gadis kecil? Apakah kau terpisah dari keluargamu?" tanya Kuroko ramah, gadis itu mengangguk pelan. Air matanya terus jatuh. Kuroko tersenyum kecil. Kuroko sedikit membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan gadis itu.

Jemarinya menyeka air mata gadis kecil itu. "Ayo, jangan menangis." Bujuk Kuroko.

Gadis itu menggosok matanya dengan kedua tangannya. Tambahkan sedikit senyuman manis pada wajah putih pucat Kuroko dan beberapa elusan halus pada pipi gadis itu, dan voila, gadis itu berhenti menangis.

Kuroko menghela nafas lega, syukurlah, akhirnya gadis itu tenang juga. Sekarang, dimulailah sesi tanya jawab antara gadis kecil itu dan Kuroko.

"Siapa namamu gadis kecil?" tanya Kuroko dengan ramahnya,

"Takao Kaguya." Jawab gadis itu. Otak kecil Kuroko mencerna namanya, namun tanpa disangka ada sesuatu yang cocok dengan nama itu di kepala Kuroko. Takao, takao, oh..

"Munkinkah, kamu ini adik perempuan Takao Kazunari?" tanya Kuroko lagi, gadis kecil itu—Kaguya mengangguk antusias.

"Kenapa bisa ada di sini? Takao-san kemana?" tanya Kuroko, Kaguya menggeleng cepat.

"Aku tidak tau, tadi terpisah dari Onii-chan." Jawab Kaguya,

Kuroko menghela nafas, ia mulai melirik ke kanan dan ke kiri, mencari-cari sosok yang bernama Takao Kazunari. Namun, apa mungkin menemukannya semudah itu?

Kuroko berdiri tegap, ia mengulurkan tangannya pada Kaguya.

"Ayo kita cari bersama," ajak Kuroko, "Hai'"

"Is It There, Or That, Or which, Or this?"


Akashi benar-benar akan memberikan Aomine hukuman sepulangnya mereka dari sana. Tak hanya terpisah dari para budak itu, kini ia juga terpisah dari kekasihnya, Kuroko Tetsura.

Ingatkan Akashi untuk memborgol tangan Kuroko dengan tangannya ketika berjalan-jalan di keramaian seperti ini lain kali. Sekarang, ia harus mencari kemana?

Oh, mungkin setelah ini Akashi harus ke rumah sakit untuk memeriksa tekanan darahnya. Mana tau, karena kejadian ini tekanan darahnya meningkat, bahayakan?

Pemuda bersurai merah itu memulai pencarian, bagaimanapun ia harus menemukan Kuroko. Apapun yang terjadi.

Akashi mulai 'blusukan' dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu toko ke toko lain, dari satu gang ke gang lain. Namun hasilnya nihil. Sosok yang sangat ia cintai itu tak kunjung ia temukan.

"Kenapa bisa sampai terpisah sih!?" sesal Akashi sambil memijat pelipisnya.

Kalau saja ia tak menyita ponsel Kuroko, ia pasti bisa menemukan gadis itu dengan mudah. Oh, ngomong-ngomong soal ponsel.

Tangan Akashi meraih sebuah smartphone dari sakunya. Ia menulis sebuah e-mail untuk para budaknya. Ingin tau apa isi pesan itu?

From : Akashi Seijuro
To : Midorima Shintarou ; Kise Ryouta ; Momoi Satsuki ; Murasakibara Atsushi; Aomine Daiki
Subject : PENTING!

Tetsura menghilang, cepat temukan dia! Jangan nampakkan wajah kalian di hadapanku jika kalian belum menemukannya! Dan jangan pulang sebelum kalian menemukannya! 30 menit lagi, kita bertemu di Latte Cafe. Jangan sampai terlambat!

Akashi.

SEND~

Akashi tersenyum kecil, smartphone itupun di kembalikan ketempatnya. Sekarang, Akashi harus kembali mencari gadis itu.

"Tetsura.." gumam Akashi.

Beralih dari sang emperor, mari kita lihat keadaan Kuroko sekarang.

Gadis itu berjalan sambil menggandeng seorang gadis kecil. Wajah mereka yang begitu imut, membuat keduanya menjadi perhatian para pedo di sana. Tak hanya para pedo, para nijigen loverspun ikut-ikutan terpesona.

Akh, bukan itu yang harus dipikirkan saat ini. Mereka harus segera menemukan Takao, agar Kuroko bisa kembali fokus mencari Akashi.

"Kuroko-nee-san, apakah kita akan bertemu dengan Kazu-nii-chan?" tanya Kaguya harap-harap cemas. Kuroko menggaruk pipinya. Ia tak dapat menjamin kalau mereka akan bertemu dengan Takao, tapi ia juga tidak akan berhenti mencari, jadi jawabannya,

"Mungkin saja, kalau kita terus mencari mungkin akan bertemu." Jawab Kuroko sambil tersenyum tipis. Kaguya yang sempat gusar menjadi sedikit tenang melihat senyuman Kuroko yang memang sangat meneduhkan itu.

Keduanya terus berjalan sambil memperhatikan sekeliling. Memperhatikan setiap wajah pejalan kaki yang lalu lalang di sana. Menemukan seserang di Akihabara, mungkin sama sulitnya dengan mencari jarum di tumpukkan jerami. Atau bahkan lebih sulit.

Oh, jika saja ini malam hari. Maka Kuroko akan menatap langit dan memohon pada para bintang seperti yang biasa ia lakukan. Namun di tengah hari yang begitu panas ini, mau membuat harapan pada siapa? Matahari jatuh? Yang benar saja.

Kuroko menghela nafas, ia lelah, kepalanya pusing. Ia ingin istirahat sekarang. Tapi, keinginan itu di buang jauh-jauh mengingat ia harus segera menemukan Takao.

"Tuhan, cobaan macam apa yang kau berikan padaku ini?" keluh hati kecil Kuroko.

Tiba-tiba..

Kuroko memegangi bahunya yang terbentur keras dengan seseorang.

"Kuroko-nee-san daijobu?" tanya Kaguya harap-harap cemas. Kuroko mengangguk pelan. Pemuda yang menabrak Kuroko mengulurkan tangannya untuk membantu Kuroko yang terjatuh berdiri.

Pemuda dengan rambut raven itu terus-terusan meminta maaf pada Kuroko. Namun, ketika iris biru keperakan itu menemukan sosok Kaguya..

"Kaguya!" serunya, "Onii-chan!"

Kaguya melompat ke dalam pelukan pemuda itu. Akh, akhirnya bertemu juga. Syukurlah.

Kuroko menghela nafas lega, ia tersenyum kecil. Akhirnya, ia bisa kembali mencari Akashi dan yang lainnya.

"Oh, Tetsu-chan janai ka?" Kuroko mengangguk, ia membungkukkan tubuhnya sedikit.

"Hisashiburi ne, Takao-san." Takao tertawa terbahan-bahak, Kuroko menatap dengan heran, Kenapa?

"Apaan tuh, 'Takao-san?'. Ayolah, dulu kau selalu memanggilku dengan 'Taka-chan' bukan?" tanya Takao mengingat-ingat masa kecil mereka.

Sebenarnya, Kiyoshi, Takao, dan Kuroko adalah teman semasa kecil. Namun, ketika Kakek Kuroko meninggal, orang tua Takao dan Kiyoshi pindah keluar kota. Oleh karena itu mereka tidak pernah bertemu lagi. Dan kali ini adalah kali pertama bagi Kuroko bertemu dengan Kaguya.

"Ie, itu sedikit.." Kuroko menggaruk pipinya yang tidak gatal. Terlintas di benak Kuroko, jika ia memanggil Takao dengan sebutan seperti itu entah bagaimana reaksi Akashi.

"Kenapa, Tetsu-chan?" Takao mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Kuroko.

"Tidak ada apa-apa. Aku harus segera mencari Akashi-kun." Balas Kuroko "—Kalau begitu, permisi." Kuroko membungkukkan tubuhnya sedikit. Baru saja Kuroko akan melangkahkan kakinya,

"Ayo cari bersama!" ajak Takao, Kuroko terkejut karena tiba-tiba Takao menggenggam tangannya. Dan entah kenapa, dengan mudahnya Kuroko menyetujui ajakan Takao. Apakah Kuroko tak memikirkan resiko jika Akashi mengetahui hal ini?

Keduanya berjalan beriringan, dengan Kaguya di gendongan Takao, mereka terlihat seperti keluarga kecil yang sedang jalan-jalan. Keluarga bahagia bisa di bilang.

Terlebih lagi, mata Kaguya yang warnanya sekilas mirip dengan milik Kuroko. Tak dapat di ragukan lagi, orang yang tak mengenal mereka pasti akan berfikir jika mereka itu keluarga kecil nan bahagia. Dengan Takao sebagai Ayah, Kuroko sebagai Ibu, dan Kaguya sebagai anak mereka.

Hm, komposisi yang sempurna!

Sepanjang jalan, mereka sibuk berbincang-bincang dan bersenda gurau. Maklumlah, lama ngga ketemu.

"Jadi sekarang kamu masih di Teiko ya?" tanya Takao, Kuroko mengangguk pelan.

"Ngga bosan apa? SMP Teiko, SMA Teiko juga?" tanya Takao lagi,

"Sama sekali tidak, karena aku punya banyak teman di sana." Jawab Kuroko sambil terseyum kecil.

"Sou kai?" Takao mengacak-acak surai aquamarine Kuroko, gadis itupun menepis tangan Takao perlahan.

"Yamete yo," Takao terkekeh, ia menjauhkan tangannya dan beralih mengusap puncak kepala Kaguya.

"Ne, ne, Kuroko-nee-san." Kuroko menoleh ke arah Kaguya yang masih berada di dalam gendongan Takao.

"Kapan Nee-san dan Kazu-nii-chan akan menikah?"

"Eh?"

Hening, langkah mereka terhenti.

"Maksudmu, Kaguya-chan?" tanya Kuroko,

"Kapan Nee-san dan—" Takao buru-buru menutup mulut Kaguya dengan tangannya, Kuroko menatap keduanya dengan penuh tanda tanya.

"Ahahaa, anak ini ngomong apa sih.. Ahaha" Takao nyengir nista, matanya melirik Kaguya tajam, seolah memerintahkan agar anak itu diam dan tak membuka mulutnya lagi.

"Takao-san? Apa maksudnya yang barusan tadi?" tanya Kuroko, Takao menelan air ludah, ia buru-buru celingak-celinguk, berusaha mencari jalan keluar.

"Ah, ayo kita makan siang! Setelah itu kita mencari Akashi lagi!" ajak Takao.

"Tapi, aku—" belum sempat Kuroko menyelesaikan kalimatnya, Takao sudah langsung menarik tangannya menuju sebuah Maid Cafe bernama "Latte Cafe."

"Itsuwari ya Uso wo matoi"


Akashi menatap tajam pemilik surai warna-warni yang duduk di hadapannya.

"Mana Tetsura?" tanya Akashi tajam,

"Be-belum ketemu ssu." Jawab Kise ragu-ragu, "Apa?" tanya Akashi,

"Be-belum ketemu ssu!" ulang Kise, CKRIS! Oh, selamat pagi tuan gunting. Lama tak bertemu.

"Bukankah sudah ku katakan jangan tunjukkan wajah kalian jika belum menemukan Tetsura!"

Semua yang duduk di depan Akashi merinding disko.

"Ta-tapi Akashi-kun bilang kami tidak boleh terlambat kemari.." ucap Momoi, Akashi menggebrak meja, membuat semua perhatian di cafe itu tertuju pada meja nomor #8 itu.

"Apakah Tetsura sudah ketemu!?" tanya Akashi lagi, semuanya dengan kompak menggeleng cepat. Aura hitam mengelilingi Akashi, gunting keramat itupun tak henti-hentinya mengeluarkan melodi yang indah. Melodi yang sangat indah untuk mengantarkan seseorang ke dalam kematian.

Di tengah mencekamnya meja yang di huni pemilik surai warna-warni itu. Sepasang muda-mudi memasuki cafe itu bersama seorang anak kecil di dalam gendongan si pria.

"Lihat, ada keluarga kecil." Ujar Momoi sambil menunjuk pasangan itu.

"Oh, keluarga bahagia ssu." Timpal Kise, Aomine mengangguk.

"Tunggu, gadis itu sepertinya aku pernah lihat." Kata Aomine,

"Yang benar ssu?" tanya Kise, Aomine kembali menangguk.

Pasangan itu berjalan menuju meja nomor #9, tepat di sebelah mereka.

"Akashi-kun."

Gadis yang datang bersama pemuda dengan rambut raven itu memandang Akashi lekat-lekat.

"Ne, ne, Akachin. Gadis ini mirip Kurochin loh." Tukas Murasakibara sambil terus mencomot potat chips yang secara diam-diam ia bawa masuk ke dalam cafe.

Dengan malas, Akashi menoleh ke arah gadis yang di maksud Murasakibara. Begitu Akashi menemukan iris aquamarine yang mengkilap itu, ia beranjak dari tempat duduknya dan segera berlari memeluk gadis itu.

"Tetsura, syukurlah kau baik-baik saja!"

Semuanya melongo melihat adegan melodramatis itu,

"Loh, itu Kurochin ya?"

"Pantas aku merasa pernah melihat gadis itu."

"Kenapa kita sempat tak sadar kalau dia itu Kurokocchi ya ssu?"

"Itu karena kalian bodoh, nanodayo."

"Aku juga sempat tidak sadar kalau itu Tetsu-chan."

Ketika Akashi tengah sibuk-sibuknya memeluk Kuroko dengan erat. Sesuatu, tidak, seseorang menarik celana Akashi.

"Mau apa kau bocah?" tanya Akashi sambil menatap gadis kecil yang menarik-narik celananya itu.

"Lepaskan, Kuroko-nee-san." Balasnya, dengan terpaksa Akashi melepaskan pelukannya. Ia berjongkok, menyamakan tingginya dengan gadis itu.

"Kau barusan memerintahku, huh?" Akashi menyentil dahi gadis itu.

"Kazu-nii-chan bilang, Kuroko-nee-san itu punyanya." Balas gadis itu sambil mengusap-usap dahinya.

Akashi mengerutkan dahinya, "Milik siapa?" ulang Akashi,

"Kazu-nii-chan! Takao Kazu—"

Lagi-lagi, pemuda dengan iris biru keperakan yang datang bersama Kuroko itu menutup mulut mungil gadis itu dengan tangan besarnya. Ia membawa gadis itu ke dalam pelukan hangatnya.

"Ahahaha, anak kecil itu senang sekali ngomong sembarangan ya." Kembali, Takao nyengir nista. Ia melirik ke kanan dan ke kiri, sampai akhirnya kedua bola mata itu menangkap sosok Midorima yang tengah sibuk dengan gantugan kunci jerapahnya.

"Oh! Bukankah kau shooter yang katanya jenius itu!?" serunya sambil berjalan menghampiri Midorima.

"Midorima Shintarou, bukan?" tanyanya dengan wajah berseri-seri. Midorima menatapnya dengan tatapan aneh.

"Anda ini siapa ya? Dan juga, aku ini memang jenius. Bukan katanya lagi, nanodayo!" Midorima memperbaiki letak kacamatanya yang tak melorot sedikitpun.

"Aku tidak percaya akan bertemu orang sepertimu di sini!" seru Takao antusias.

Merasa di acuhkan, Akashi mengepalkan tangannya, baru saja ia ingin melemparkan gunting keramatnya pada Takao, Kuroko buru-buru mencegahnya.

"Jangan begitu Akashi-kun," Akashi menatap wajah Kuroko, gadis itu tersenyum kecil pada Akashi.

"Jangan di lempar, ya?" semburat merah tiba-tiba memenuhi pipi Akashi, ia tak tahan menghadapi suara lembut dan senyuman tipis dari gadis bersurai aquamarine itu. Dan itulah jurus penakluk andalan Kuroko.

"Takao-san," panggil Kuroko,

"Nani?" balas Takao yang masih berdiri di dekat Midorima itu.

"Ano, bisakah kemari sebentar?" dengan kecepatan di atas rata-rata Takao segera beranjak menuju posisi dimana Kuroko berdiri.

"Akan aku perkenalkan, Kare wa Akashi Seijuro desu."

Takao memperhatikan Akashi dari ujung rambut hingga ujung kaki,

"Apa?" tanya Akashi ketus, Takao menggeleng pelan.

"Kau ini pendek ya." Ujarnya, "Eh?"

"Pfftt.."

"Apa kau bilang!?"

"Pendek."

CKRIS! Gunting yang seharusnya sudah kembali ke saku Akashi itu kembali muncul.

"Coba ulangi..." aura hitam yang sangat hitam mengelilingi sang emperor, Takao dan semua yang ada di sana bergidik ngeri. Raja Iblis murka! Gawat!

"A-Akashi-kun.. tenanglah, aku yakin Taka-chan cuma bercanda."

Semuanya memandangi Kuroko dengan tatapan aneh,

"Taka—chan?"

Air mata haru membasahi pipi Takao, Kuroko buru-buru menutup mulutnya. Akashi melongo mendengarnya. Nama panggilan macam apa itu?

"Ups, keceplosan." Batin Kuroko,

"Tetsura..."

Kuroko bergidik, ia merasakan aura pembunuh yang sangat kelam. Gawat, habislah kalau begini.

"Ma, tenanglah. Aku dan Tetsu-chan hanya teman semasa kecil kok. Itu panggilanku semasa kecil. Sepertinya Tetsu-chan keceplosan." Ujar Takao sambil menepuk-nepuk puncak kepala Akashi. Namun, dengan cepat tangan pemuda bersurai merah itu menepisnya.

"Jangan sentuh aku, bodoh!" Akashi menodong Takao dengan guntingnya, membuat Kaguya yang berada di dalam gendongan Takao menangis.

"Lihat? Kau membuat seorang gadis kecil menangis, Sei-chan." Ucap Takao sambil mengusap-usap kepala Kaguya, berharap tangisan gadis itu segera mereda.

"Se-Sei—chan?!"

Akashi bergidik, panggilan macam apa itu? Menjijikkan, pikirnya. Jika Kuroko yang memanggilnya dengan sebutan itu mungkin ia masih bisa maklum, tapi seorang pria?

Baiklah, kini, secara ajaib. Mereka semua duduk tenang di meja yang sama. Semua perhatian tertuju pada Kaguya mungil yang duduk di pangkuan Kuroko.

Akashi juga ikut-ikutan memperhatikan gadis kecil itu. Tapi bukan sebuah tatapan kagum atau gemas, namun tatapan 'iri'. Kenapa? Ah, kalian pasti mengerti bukan?

Tak cukup dengan kecemburuan yang di timbulkan Kaguya, tangan Takao yang terus-terusan menepuk-nepuk kepala Kuroko pelan juga turut membuat Akashi naik darah.

Oh, jika saja Kuroko tak menggenggam tangan Akashi saat ini, ia pasti sudah melemparkan gunting pada Takao.

"Aominecchi, mereka bertiga mengerikan ya ssu?" Kise berbisik pada Aomine,

"Y-ya, kau benar. Akashi mengeluarkan aura yang mengerikan. Begitu pula dengan pemuda itu. Walaupun wajahnya biasa saja, aura yang ia keluarkan benar-benar mengerikan." Tanggap Aomine.

"Jadi, siapa pemuda ini, Tetsu-chan?" tanya Momoi, membuka pembicaraan di tengah suasana yang benar-benar menegangkan itu.

"Takao Kazunari, teman semasa kecil Kuroko Tetsura." Jawab Takao, Kuroko mengangguk,

"Aku dan Tetsu-chan sudah saling kenal sejak berusia 2 tahun." Takao melirik Akashi dengan ujung matanya, seolah-olah ia sedang pamer pada pemuda dengan iris Heterokrom itu.

"Waah, berarti sangat dekat ya ssu." Tukas Kise, Takao mengangguk.

"Kau benar, bahkan kami sering tidur bersama saat masih kecil." Ujar Takao dengan bangga. Setumpuk persimpangan memenuhi dahi Akashi. Ia menggebrak meja dengan tangan kirinya.

"A-Akashi-kun, tenanglah, ia bilang itu ketika masih kecil kan?" Momoi berusaha menenangkan Akashi yang murka itu. Kuroko menyikut perut Takao.

"Jangan bicara sembarangan. Yang itu privasi," ujar Kuroko. Takao hanya cengengesan mendengarnya.

"Kalau hanya teman semasa kecil, kenapa Takaochin memandang Kurochin dengan tatapan yang berbeda?" tanya Murasakibara sambil menyendok omurice yang ia pesan beberapa waktu lalu itu.

Semuanya memandangi Murasakibara, kemudian mengalihkan pandangan pada Takao yang sedang blushing ria.

"Apa maksudmu, Atsushi?" tanya Akashi, Murasakibara menghela nafas,

"Matanya bersinar-sinar ketika melihat wajah Kurochin." Jelas Murasakibara dengan sedikit ambigu.

"Eh? Benarkah begitu ssu?"

"Kau ternyata pengamat yang hebat, nanodayo."

"Nah, bisa kau jelaskan apa maksudnya, Takao-kun?" tanya Momoi. Takao tertawa lebar, ia menggaruk kepala belakangnya. Matanya melirik wajah Kuroko sejenak. Kuroko menenglengkan kepalanya.

"Entahlah," ujarnya sambil tersenyum kecil, "—mungkin karena aku mencintainya."

"Nandaka Watashi, Anata no Koto ga Suki Mitai"


Yeaaay~ Chapter pertama dari Fic nista lainnya selesai~ /ketawa nista/

Yaah, ini merupakan sebuah keajaiban -_- Dengan kondisi tubuh yang kaya begini, ternyata aku bisa bikin cerita ambigu kaya gini ya /huss

Mari kita sebut ini sebagai sequel dari fic saya sebelumnya yang merupakan requestan seseorang. Dan yang inipun merupakan requestan seseorang, dan seseorang itu adalah user dengan nama gege akashi. Oke nih, uda di bikin, semoga sesuai.

Seperti biasa, saya ga tau ini statusnya tbc apa fin ato gimana. Ya pokoknya begitulah.

Last, mind to review? /huss

22:22
04/04/14

RallFreecss